MOJOK.CO – Sekitar 200 warga di Padukuhan Wonorejo-Ponggol, Kalurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman melakukan syawalan dan paskahan bersama-sama. Acara syawalan dan paskahan bersama-sama ini ditandai dengan menyalakan obor dari bambu sambil mengucapkan sila demi sila Pancasila.
Setelah penyalaan obor dengan pembacaan teks Pancasila ini juga yang diiringi nyanyian lagu “Indonesia Tanah Air Beta” dilanjutkan dengan ikrar syawalan yakni permohonan maaf dari yang muda kepada yang tua. Anak-anak kemudian menyanyi lagu “Desaku” dan “Laskar Pelanggi”. Sebagai puncak acara, seluruh warga makan bakso bersama.
“Syawalan dan paskahan ini adalah pertama kalinya kami laksanakan. Maka saya sungguh berterima kasih kepada semua warga dan hadirin atas terlaksananya kegiatan ini. Semoga bisa berlanjut di waktu-waktu mendatang dalam kebersaman,” kata Dukuh Wonorejo-Ponggol, Esti dalam siaran pers yang diterima Mojok.co, Sabtu (29/4/2023). Acara syawalan dan paskahan bersama warga dusun ini mengusung tema “Guyup Rukun dalam Kebinekaan”.
Hadir dalam kegiatan syukur keagamaan warga RW 27 Padukuhan Wonorejo di lereng Gunung Merapi, Amin Sarjijto selaku Lurah Kalurahan Hargobinangun dan Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat H.Y. Aji Wulantara, SH, M.Hum mewakili Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo.
Ketua RW 27 Belarianta mengatakan kegiatan ini adalah inisiatif murni dari warga. Menurutnya, kegiatan ini awalnya hanya berupa syawalan saja. Namun, dalam rapat tingkat RW, ada usulan dari warga Muslim sebaiknya syawalan bisa bareng dengan paskahan.
“Usulan dari warga itu karena Paskah dan Idulfitri masih dalam bulan yang sama. Inilah bentuk kebersamaan dalam kebinekaan,” jelas Bella.
Lewat syawalan dan paskahan bukti Pancasila ada di masyarakat
Amin Sarjito, Lurah Kalurahan Hargobinangun, Sleman dalam sambutannya merasa terharu dan bangga. Menurutnya Pancasila itu sangat dekat dan ada di tengah-tengah kehidupan warga Padukuhan Wonorejo dan Ponggol. Ia pun mengapreasiasi dengan mengajak tepuk tangan atas realita kebersamaan itu.
“Saya merasa trenyuh dan terharu. Ternyata Pancasila itu begitu dekat dan ada di tengah-tengah kita dan warga. Sungguh bisa menumbuhkan persatuan dan kesatuan. Pada bulan April ini umat Islam merayakan Idulfitri dan di awal bulan April Umat Katolik merayakan Paskah. Syukuran perayaan keagamaan syawalan dan paskahan ini sungguh menjadi modal besar untuk menciptakan dan mempertahankan kerukunan dalam kebinekaan,” kata Amin.
Salah seorang warga, Slamet Riyadi mengatakan, penyalaan obor saat syawalan dan paskahan ibarat jadi terang bagi warga padukuhan untuk terus rukun dan penuh kedamaian. Ia berharap meski warga di tempatnya tinggal berbeda keyakinan, akan terus hidup berdampingan daam kebersamaan.
Penuli: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Meneladani Singkawang, Kota Paling Toleran di Indonesia dan tulisan menarik di kanal Kilas.