Untuk Tengku Zulkarnain, Istri Dipaksa Berhubungan Seks itu Bisa Bikin Kesakitan Lho

MOJOK.CO Jangan-jangan Tengku Zulkarnain ini tidak tahu bahwa perempuan bisa kesakitan kalau dipaksa berhubungan seks? Bahkan ketika yang maksa itu suaminya.

Jujur saja, akhir-akhir ini saya sudah jarang menonton televisi. Apalagi menonton sebuah acara di mana sekumpulan laki-laki berjas dan berdasi saling berargumen ini-itu. Muak aja. Terserah deh saya dianggap jadi makin anti-intelektual, dungu, bodoh, atau punya IQ rendah.

Namun kemarin, ketika sedang scroll laman Facebook, mau tak mau saya melihat cuplikan acara yang baru saja viral karena ucapan seorang ustaz terkenal, Tengku Zulkarnain.

Karena postingan itu berasal dari teman saya, dan teman saya membagikannya dengan komentar “mengundang”, maka saya pun penasaran. Maka saya tengok video itu.

Wow, sukses! Sukses besar sekali! Video itu sukses membuat saya jadi tiada punya mood sampai seharian. Apalagi ketika saya membaca komentar dari netizen yang mendukung ucapan Tengku Zulkarnain di situ.

Dalam cuplikan video tersebut, Tengku Zulkarnain terlihat tidak sepakat dengan konsep bahwa tidak mungkin “suami bisa memerkosa istri.” Menurut beliau, itu impossible!

Sebenarnya sih saya tidak begitu menganggap ucapan Tengku Zulkarnain itu menganggu. Saya justru lebih merasa terganggu dengan para netizen yang mendukung pertanyaan tersebut.

Menurut mereka, istri memang sudah selayaknya melayani suami berhubungan badan bahkan ketika tidak sedang ingin. Sebab itu sudah merupakan kewajiban bagi istri.

Masalah tidak mood? Tetap harus melayani! Tidak mood bukan alasan untuk menolak hasrat suami. Ini satu.

Ada juga yang mengatakan, “Sudah mending suami minta jatah ke istri, kalau suami malah jajan di luar bagaimana? Nanti ngambek.” Lha? Yang melakukan zina si suami kok yang kena dosa malah istrinya itu bagaimana ceritanya?

Aduh, duh. Begini lho, sebagai perempuan, ketika mendengar kalimat “tidak mood” lalu disandingkan dengan “berhubungan seks”, saya pribadi langsung merasa nyeri.

Tak terbayangkan Toean! Kalau laki-laki tidak mood, mungkin kepunyaan Anda itu hanya lemas, tak bertenaga. Tapi kalau perempuan, ceritanya jelas lain.

Ketika perempuan tak merasakan hasrat, cairan lubrikasi pada miss V tak akan keluar, atau setidaknya susah keluar. Ketika perempuan berhubungan dalam kondisi miss V kering seperti ini, pasti rasanya sakit karena tak ada cairan lubrikasi. Apalagi ketika si pemilik merasa dipaksa saat berhubungan.

Saya jujur jadi bingung. Laki-laki yang tetap minta dilayani ketika istri tidak mood ini, apakah memperhatikan rasa nyaman istri ketika berhubungan? Atau mereka ini tipe ngawur dengan istri yang katanya dikasihinya itu?

Orang-orang kayak gitu itu sebenarnya cinta sama istrinya atau lebih cinta sama nafsunya sendiri sih? Heran deh. Masa yang dipikiran cuma enaknya si suami aja, sakitnya istri yang dipaksa nggak mau dipikiran juga?

Ngeri saya membayangkan menjadi pasangan dari orang seperti ini. Apalagi rasa sakit akibat miss V yang kering pun bisa jadi berlanjut pasca-berhubungan seks.

Lah, bayangkan saja ketika miss V kering, apa yang selanjutnya akan terjadi tatkala hubungan badan dipaksakan? Lecet? Bukan tidak mungkin. Lecet bisa terjadi ketika cairan lubrikasi tidak keluar. Berdarah pun dapat terjadi akibat pemaksaan kehendak tersebut.

Saya sebenarnya cukup bersyukur bahwa ada banyak komentar dari netizen pria yang menolak pendapat Tengku Zulkarnain. Ada yang menyebut perempuan juga manusia, perempuan bukan budak seks, istri juga harus dihormati, dan lain sebagainya.

Syukur Alhamdulillah. Mereka laki-laki yang baik. Tapi belum banyak yang menyentuh masalah rasa sakit yang dialami perempuan ketika dipaksa berhubungan seks padahal sedang tidak kepengen.

Hanya ada satu komentar yang menulis itu. Kebanyakan argumen yang membela istri lainnya berupa argumen penghormatan bagi kaum hawa. Lagi, itu baik, tapi masalah lainnya yang sama-sama penting belum terbahas (masalah miss V sakit).

Saya pun mau tak mau menduga, jangan-jangan laki-laki tak sadar kalau perempuan bisa merasakan sakit luar biasa ketika dipaksa berhubungan badan dalam kondisi sedang tidak mood?

Jangan-jangan kebanyakan pria berpikir bahwa keberadaan penis serta merta bisa membuat miss V merasa “baik” dan tidak mungkin menyebabkan kesakitan?

Kalau iya, jelas ini hal yang menyedihkan. Jangankan rasa nyeri, lha wong mendapatkan kenikmatan hubungan seks dengan penetrasi saja banyak perempuan yang tidak bisa, lho.

Monggolah silahkan searching sendiri tema seperti itu di google. Rasanya ini bahasan penting, apalagi kalau Toean-toean ingin membahagiakan istri maupun calon istri kelak.

Back to laptop: Miss V yang bisa sakit ketika perempuan tidak mood.

Saya kadang jadi curiga juga dengan kebiasaan netizen Indonesia menonton film porno. Katanya kan negara kita ini salah satu negara yang laki-lakinya paling gemar nonton bokep di dunia. Makanya, banyak pria yang kemudian mengambil referensi dari film porno ketika berhubungan seks.

Saya pribadi pernah menjumpai komentar begitu dari kawan saya sendiri. Intinya, ia mengatakan bahwa perempuan juga bisa menikmati hubungan seksual ketika diperkosa. Lalu ketika saya bilang “Hah?” dengan ekspresi yang benar-benar kaget, ia dengan setengah bercanda malah bilang, “Lah itu di JAV. Hehe.”

Ealah, dikira lubang vagina itu isinya syaraf kenikmatan kali, ya? Ya ada sakitnnya, Toean.

Efeknya juga bukan cuma rasa nyeri dan lecet selama serta setelah berhubungan seks. Perempuan juga bisa merasakan trauma ketika nantinya diajak lagi berhubungan badan dengan suaminya sendiri.

Kan ironis. Sebuah aktivitas yang seharusnya romantis dan sakral menjadi momok bagi si perempuan. Ini pun baru efek psikologis.

Bagaimana kalau vaginanya kemudian mengalami infeksi setelah mengalami lecet? Tidak lucu, bukan? Apa si istri sampai harus ke dokter hanya karena nafsu Anda?

Makanya, ketika bicara “istri tidak mood”, toean-toaen jangan cuma bicara soal hak suami saja, tapi juga dipertimbangkan juga hak istri.

Dalam situasi ini, toean juga bisa membuat para istri menderita berbagai penyakit, dari psikis sampai fisik. Toen telah mengubah aktivitas romantis menjadi bencana.

Akan tetapi, imbauan ini tentu dengan catatan: kalau toen-toen sekalian melihat bahwa perempuan yang dijadikan istri toen itu dianggap sebagai manusia juga.

Exit mobile version