Tugas Mahaberat Cebong dan Kampret Selepas Pilpres

MOJOK.COJangan terjebak dalam hura-hura Pilpres yang katanya pesta demokrasi ini. Pasalnya, tugas mahaberat cebong dan kampret telah menanti selepas Pilpres 2019 nanti.

Mendekati hari H pemilu, suhu tubuh eh tensi politik kita makin panas. Potret lahan di sekitar kontestan atau potret relasi pebisnis di balik kedua capres yang diturunkan media-media selepas debat kedua, rasa-rasanya bagaikan duri dalam daging kedua kubu. Kubu 01 yang sebetulnya sangat diuntungkan lewat ketajaman Jokowi di debat kedua itu, seketika mati kutu menyaksikan petinggi-petinggi di belakang Jokowi-Ma’ruf juga ternyata menguasai sebagian besar lahan di bumi Indonesia ter-love ini. Yah, mati kutu, kecuali loyalis-loyalis buta yang memang, ah sudahlah.

Kampret jadinya agak lega, punya alasan untuk paling tidak untuk bertahan, atau malah melakukan serangan balik nan ciamik. Cebong fanatik tetap ngotot #DuaPeriode #JokowiLagi. Sedangkan Golputers, makin mantap ke kebun, baca buku, atau ngopi santai saja, pada 17 April nanti. Tapi, dua-duanya sama saja, bukan begitu, Dildo Mania?

Tapi, Dear Kawanku, ada tugas mahaberat menanti kita selepas Pilpres nanti, sebagai saudara sebangsa dan setanah air yang terlanjur bagaikan Tom and Jerry gara-gara perbedaan pilihan politik. Apa saja itu? Hmmm… tarik napas dalam-dalam, hembuskan pelan-pelan….

1. Nasib Cebong dan Kampret

Sudah siap kalah, wahai para Cebong dan Kampret setanah air? Pertanyaan ini, menurut saya, lebih mudah dijawab oleh Kampret ketimbang Cebong. Bagi Kampret, “Yah, bukan baru kali ini, Pak Prabowo kalah. 2014 sudah kalah, dan kami tetap bisa hidup selama 4 tahun lebih yang baru lewat.” Sesederhana itu, jawabannya. Menyusul meme-meme patriotik-sedih-gegana dalam aneka rupa.

Tapi, Cebong, bagaimana jawaban kalian? Nah, ini tugas mahaberat pertama kita. Bahwa secara psikologis Cebong terpukul, itu jelas. Bersembunyi di balik ungkapan-ungkapan yang membesarkan hati pun, saya kira tak akan bertahan lama menghadapi olok-olokan Kampret nanti. Apa situ akan tetap sabar, lihat senyum lebar Fadli Zon berpose bersama Prabowo-Sandi? Lalu memilih membakar hape, hancurkan tivi…

Sementara Golputers? Tetap kalem, tentunya, “Siapa pun presidennya, kritik adalah kami!”

Untuk itu, mengubah gaya politik dari yang hard ke yang soft, saya pikir mulai dibiasakan sejak detik ini. Mumpung belum terlambat. Toh, kalau menang berbagai cicilan tetap kamu tangggung sendiri. Jadi, buat apa ganas-ganas di media sosial hanya untuk membela pilihan yang belum tentu mengingat jasamu?

Jadi tetap santai saja, tetap cool. Pasalnya, siapa pun presidennya, kalau kamu tetap malas, ya, kamu akan tetap sekarat.

2. Nasib Profesor Akal Sehat

Terlepas dari julukan yang agak menggelikan ini, tugas mahaberat kita selanjutnya ialah memikirkan nasib Rocky Gerung. Bila Jokowi-Ma’ruf Amin menang, maka militansi Rocky akhir-akhir ini, jelas tak punya makna sama sekali. Kiritik-kritiknya pada Jokowi sebagai pejabat publik atau yang ia sering sebut, tubuh politik Jokowi, rasa-rasanya hampa belaka.

Rocky hanya akan semakin diolok-olok oleh komentar pedih-perih Cebong setanah air. Lantas Rocky akan lelah? Hmmm, bisa saja. Namun yang justru akan lelah duluan, saya kira Cebong itu sendiri.

Sebaliknya, jika Prabowo-Sandiaga yang menang, apa betul, 12 menit sejak Prabowo-Sandiaga dilantik, kritiknya pada kekuasaan akan dimulai? Pernyataan ini, sekilas simpel. Namun nyatanya punya kekuatan. Kekuatannya jatuh persis pada, kalau situ mau uji kebenaran ucapan Rocky, situ tinggal pilih Prabowo.

Sebetulnya itu adalah maksud Rocky. Bahwa wujud konsistensinya sebagai the real oposisi, itu soal lain. Tapi, saya pribadi, sih, yakin, kalau Rocky akan tetap mengkritik Prabowo-Sandi.

Soal lain yang juga akan menjadi tugas mahaberat kita adalah, menghadapi perpecahan dari dalam diri Kampret se-Indonesia. Mereka yang kini menganggung-gaungkan Rocky, karena tweet-tweetnya bisa dipakai untuk kelihatan keren di media sosial atau sekadar untuk ngatain orang ‘dungu’. Hal ini tentu akan berubah kelak saat Rocky garang dalam mengkritik Prabowo

Perlahan-lahan Kampret cum pemuja Prof. Akal Sehat juga akan terbelah. Sebagiannya akan bergabung bersama lawan mainnya dulu, Cebong, untuk menyerang Rocky. Lantas, bila Rocky terlalu amat sangat tajam, bisa-bisa semua Kampret pun bakal meninggalkannya.

Tetapi, Rocky Gerung adalah tokoh yang saya kira akan kembali menyatukan Cebong dan Kampret. Yakni, Cebong yang marah karena kekalahan Jokowi dan Kampret yang juga marah karena kritik-kritik Rocky pada Prabowo-Sandi.

Cebong dan Kampret, bersatulah! Rebut perkakas-perkakas akal sehat pada Rocky Gerung.

3. Nasib Allah

“Jika Engkau tidak menangkan kami, kami khawatir ya Allah, kami khawatir ya Allah, tak ada lagi yang menyembah-Mu.”

Jika penggalan doa ini terselip dalam sajak Joko Pinurbo, jelas satu skripsi bisa rampung untuk menafsirkannya. Sialnya, ini diucapkan oleh wakil ketua timses Prabowo-Sandi, di ruang publik pula. Yang membuat Neno Warisman dengan segera dikecam. Cebong suci-murni dengan gesit merisaknya.

Tugas mahaberat kita selepas pilpres bertambah satu lagi, bahkan kian berat. Kita, manusia fana dan tak berpotongan ini, dipaksa oleh kecerobohan Neno untuk memikirkan nasib Allah. Apakah Kampret akan meninggalkan Allah? Apakah Allah akan benar-benar sendirian selepas pilpres nanti? Atau, apakah Kampret justru akan berbondong-bondong memilih Jokowi-Ma’ruf, oleh sebab doa Neno yang sok-sok mengancam Allah?

Exit mobile version