MOJOK.CO – Saat Bli Jerinx menyatakan rela disuntik virus corona untuk membuktikan perkara teori konspirasi, hal itu sudah jadi kemenangan yang tak terbantahkan.
Grup Band Superman Is Dead (SID) telah menambahkan khasanah bermusik bagi saya ketika awal-awal saya belajar bermain gitar. Sewaktu saya masih SMP dan masih cupu soal main gitar, memainkan salah satu lagu SID dengan gitar kopong seakan menjadi sebuah kesombongan yang cukup membahagiakan bagi saya.
Bahkan saya pun menggemari permainan drum Bli Jerinx yang tentu saja tidak bisa disandingkan dengan Cak Met. Terbayang dong jika mereka berdua kolab, sepertinya hal tersebut akan membuat vianisti garis keras dan Outsider akan saling berperang dengan komentar pedasnya.
Sejak MTV tidak muncul di Indonesia, dan acara Dahsyat berubah dari konser musik lypsinc hingga pamer skill masak aer, saya sudah mulai jarang melihat Bli Jerinx tampil di televisi.
Kalau boleh saya berprasangka, mungkin saja Bli Jerinx sedang mempelajari sesuatu yang tidak semua masyarakat di negara +62 ini mempelajarinya. Ya, teori konspirasi, sebuah teori yang membuat seseorang tercengang dan berpikir lebih dalam mengenai sesuatu.
Bahkan pemain drum bertato ini juga meyakini bahwa saran lockdown di tengah pandemi COVID-19 merupakan saran yang salah. Dirinya juga rela disuntik virus corona dengan syarat kalau dirinya sembuh maka para tenaga medis, selebgram, SJW, hingga penjaga portal lockdown di kampung-kampung harus secara sukarela masuk penjara.
Saya sebagai salah satu penggemar musik punk juga tercengang dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Bli Jerinx. Terutama ketika Bli Jerinx mempercayai bahwa fenomena COVID-19 tidak akan semasif ini jika ia tidak memakan korban orang-orang kaya.
Selain memiliki talenta dalam membuat lagu punk dengan nuansa perlawanan, Bli Jerinx juga paham tentang statistik angka kematian di dunia. Bli Jerinx pun mengetahui bahwa per tahun, jutaan manusia meninggal akibat kelaparan di seluruh dunia.
Pemikiran kritis dari Bli Jerinx pun sungguh anti-mainstream. Narasi tersebut blio tambah dengan pertanyaan yang susah dijawab bahkan oleh Google Asisten sekalipun.
Bli Jerinx justru bertanya kenapa kematian yang disebabkan oleh kelaparan tidak menjadi pandemi? Pertanyaan itu pun bisa dijawab sendiri oleh blio tanpa perlu googling.
Bli Jerinx melalui teori konspirasi ini percaya bahwa kelaparan tidak membunuh orang kaya. Sehingga Bli Jerinx yakin bahwa COVID-19 memang bertujuan untuk menyerang orang kaya, bukan menyerang masyarakat biasa yang masih berharap bisa membayar cicilan panci selama pandemi.
Semakin terlihat meyakinkan, teori konspirasi ini pun mendapat respons dari dokter Tirta. Bahkan sampai dokter Tirta tidak berani untuk menyanggah konsistensi Bli Jerinx terhadap teori konspirasi yang dianutnya.
Namun kita semua tahu, tak ada teori yang tak retak, semua teori pastilah punya kekurangan. Hal ini yang kemudian membutuhkan pembuktian, pembaruan, atau bahkan pengakuan.
Seperti teori geosentris yang dikemukaan oleh astronom asal Yunani-Mesir, Cladius Ptolemeus—misalnya. Teori yang mengungkapkan bahwa bumi sebagai pusat tata surya.
Lalu teori geosentris pun dibantah dengan teori heliosentris oleh ilmuwan asal Italia, Galileo Galilei. Teori heliosentris mengungkapkan bahwa matahari lah yang berperan sebagai pusat perbelanjaan di tata surya.
Terlepas dari benar atau tidaknya kedua teori tersebut, tentu saja kita patut memberikan apresiasi kepada Cladius maupun Galileo, setidaknya kedua nama tokoh tersebut telah terabadikan di buku RPAL.
Hal tak jauh berbeda juga dilakukan oleh Bli Jerinx. Tidak seperti musisi tanah air lainnya yang mengampanyekan berkarya di rumah, Bli Jerinx justru memilih untuk berpikir jauh lebih ilmiah. Sampai kejauhan ilmiah malah kayaknya.
Bahkan blio juga berkolaborasi dengan seorang dokter untuk melangsungkan debat terbuka yang bisa ditonton oleh seluruh tenaga medis dan Outsider di seluruh NKRI.
Keberanian Bli Jerinx dalam mengutarakan teori konspirasi saya pikir cukup layak untuk dijadikan kandidat penerima gelar Doktor Honoris Causa bidang Ilmu Konspirasi. Jenis pengetahuan baru yang makin populer belakangan ini. Apalagi ketika dirinya secara jantan memberanikan diri untuk debat terbuka dengan seorang dokter.
Meski begitu, jaminan dan keberanian Bli Jerinx untuk disuntik virus corona sepertinya memang perlu mendapatkan perhatian khusus. Soalnya ini pertaruhan yang sudah dimenangkan Bli Jerinx bahkan sejak dalam niatan.
Kenapa begitu?
Sebab, hampir bisa dipastikan tidak akan ada satu pun tenaga kesehatan yang dengan sukarela mau menyuntikkan virus tersebut ke tubuh seseorang. Mengingat semua tenaga kesehatan bekerja di bawah sumpah.
Bagaimana mungkin tenaga kesehatan memiliki rasa tega untuk dengan sengaja memasukkan virus mematikan tersebut kepada pelantun lagu “Lady Rose” ini?
Ini belum dengan kemungkinan jika tenaga kesehatan yang menyuntikkan virus tersebut ternyata merupakan salah satu Outsider yang semasa SMP sudah merasa keren ketika membawakan lagu “Bukan Pahlawan” saat pensi tengah semester. Tentu saja ia tidak akan sampai hati menyakiti sang idola.
Kalaupun terpaksa harus menyuntikkan itu virus, bisa jadi ia hanya akan menyuntikkan cairan pengoplos obat tanpa ada tambahan apapun. Lalu di spuitnya akan ditulis “COVID-19” dengan spidol besar.
Alhasil, suntikan plasebo tersebut tentu tidak akan berefek apa-apa, kecuali keyakinan Bli Jerinx serta teori konspirasinya yang menyatakan bahwa lockdown adalah sesuatu yang salah. Lantas tenaga kesehatan akan melepas hazmatnya dan bertemu polisi untuk menyerahkan diri agar bisa masuk jeruji besi.
Melihat kemenangan di depan mata dari Bli Jerinx ini, izinkan saya untuk menutup tulisan ini dengan sebuah pesan:
Dear, Bli, selaku kandidat Doctor Honoris Causa bidang Ilmu Konspirasi.
Ketahuilah bahwa tenaga kesehatan yang tengah berperang melawan COVID-19 memang bukan seorang pahlawan berparas tampan. Sayap-sayap kami pun bisa pupus terbakar. Salah benar juga pernah kami lakukan. Kami juga ingin angkat gelas dengan keluarga kami di rumah dan bisa bersulaaang.
BACA JUGA Dear Bli Jerinx, Simak Tips Meredam Emosi Berikut Ini atau tulisan rubrik ESAI lainnya.