Surat Terbuka untuk Mami Nikita Mirzani

MOJOK.CO – Mami Nikita Mirzani kan mantan santriwati Gontor, jadi saya yakin Mami tahu cara menempatkan diri sebagai pejalan agama yang bijak dan selow.

Dear Mami Nikita Mirzani. Gimana kabarnya? Di mana pun Mami berada semoga tetap sehat selalu ya, Mi?

Begini, Mi, saya lihat semingguan ini Mami sudah pake jilbab dan banyak orang tiba-tiba bilang Mami cantik karena berjilbab. Tapi maaf Mi, di mata saya, Mami sih dari nggak pakai jilbab juga sudah cantik dari dulu.

Di salah satu komentar, ada yang bilang wajah Mami Niki bersinar setelah pakai jilbab. Tolong jangan percaya ya, Mi. Jilbab nggak ada kaitannya sama kekuatan pancaran sinar yang membuat wajah cemlorot, sebab saya sudah berjilbab dari SD tapi terbukti wajah saya tak kunjung bersinar. Ya maklum, Mi, cuma pakai sabun mandi.

Mami Nikita Mirzani, sebagai fans militan tentu saja tiap kabar dari Mami saya ikuti. Saya memantau akun-akun instagram gosip dan channel youtube yang memberitakan kabar Mami. Saya dengar, hubungan pernikahan Mami dengan Pak Suami sedang dalam kondisi yang tidak baik. Saya paham, dikhianati laki-laki yang Mami Nikita Mirzani cintai memang perih. Apalagi suami yang keren banget seperti Bang Dipo Latief. Tetapi Mami harus kuat daripada memilih tak berdaya dan dipoligami.

Jika laki-laki itu memilih meninggalkan Mami, sudah benar kalau Mami juga memilih untuk melepaskannya. Sebab untuk apa memberikan kesetiaan kita pada seseorang yang tidak bersyukur untuk merawatnya? Waktu kelak pasti menyembuhkan sakit Mami Niki dan Mami Niki akan tertawa jika mengingat semua kebodohan hari ini.

Oleh sebab itu, kalau Mami Niki pada akhirnya memilih untuk berjilbab, saya ngerti. Memang berat sih Mi urusan hati yang terkatung-katung ini. Kadang-kadang sakit itu cuma bisa diredakan dengan jalan spiritual. Saya juga kalau sedang kekurangan duit pasti lebih ingat berdoa, apalagi urusan ketahanan asmara yang perihnya membabi buta, memang baiknya diselesaikan dengan cara-cara yang sakral ketika diplomasi antarmanusia sudah buntu.

Meskipun begitu, saya merasa ada beberapa pesan yang hendak saya sampaikan ke Mami Nikita. Pesan ini datang dari observasi mendalam dan studi kasus saya pada artis-artis hijrah.

Saya lihat banyak banget meme gambar Shireen Sungkar berseliweran. Konon, Shireen Sungkar pake jilbab karena takut Teuku Wisnu nggak bisa masuk surga kalau istrinya tidak menutup aurat. Jujur saja, saya lelah dengan video-video viral yang menganggap perempuan atau istri adalah sumber dosa laki-laki.

Saya punya teman yang ayahnya melakukan poligami, suka main kasar pada istri dan anak, lalu setelah nonton video ustaz youtube, dia bilang ke istrinya kalau ia takut tidak bisa masuk surga kalau istrinya tidak berjilbab. Yaelah, tong, harusnya dia takut dosanya banyak karena tidak bisa adil kepada istri dan banyak zalim kepada keluarga, kenapa lagi-lagi perempuan yang harus ditakut-takutin?

Sebetulnya ini masukan aja sih, Mi. Di youtube itu terlalu banyak ustaz laki-laki yang sotoy sama kehidupan perempuan. Mulai dari ustaz yang komentar soal riasan perempuan, sepatu perempuan, cara melahirkan perempuan, sampai yang terakhir berat badan perempuan. Mereka seneng banget ngelarang perempuan ini dan itu dengan ngasih dalil yang nakut-nakutin plus ancaman neraka.

Bayangin aja ya, perempuan itu sudah bangun paling pagi, mengerjakan semua pekerjaan rumah, kalau ia ibu berkerja maka ia harus siap digunjing dengan segala konsekuensinya, kalau anak sakit atau kurang berprestasi maka ibulah yang dimintai pertanggungjawabannya, tapi pas perempuan bikin salah satu aja, langsung deh neraka ancamannya. Ya, ini cuma sekadar masukan buat ustaz yutub agar memperbanyak konten mencari dalil yang ramah perempuan dan memperbanyak stok dalil untuk kewajiban laki-laki juga dong biar lebih adil.

Maksud saya begini, Mami Nikita Mirzani. Menutup aurat itu memang baik kalau memang keyakinannya begitu. Tapi lebih baik lagi kalau itu bersumber dari pilihan sadar dari diri perempuan. Syariat berpakaian kesopanan ini sebetulnya sederhana kok. Ia adalah keyakinan bahwa berpakaian kesopanan adalah wujud kesederhanaan sehingga sebagai manusia tidak memuja yang berlebih-lebihan dan oleh sebab itu lebih mudah mendekatkan diri kepada Tuhan. Sudah, sesederhana itu.

Manusia saja yang kemudian menambah-nambahi beban kepada perempuan. Bahwa katanya, perempuan berjilbab lebih taat pada suami, lebih baik, lebih bersinar, lebih ini, lebih itu. Kenyataannya tidak sama sekali. Pergulatan hati dengan iman yang naik turun setiap hari itu lebih ribet dari sekadar selembar kain di kepala, Mi. Kita tidak bisa menghakimi amal seorang perempuan lebih banyak atau lebih sedikit dari kerudung yang ia pakai.

Itulah kenapa saya tidak pernah menghujat Caesar yang kembali bergoyang atau Rina Nose yang memutuskan melepas jilbab. Setiap orang punya waktunya masing-masing. Setiap orang punya medan pergulatannya masing-masing.

Pesan yang penting lainnya, biasa aja kalau udah pakai jilbab ya Mi, jangan tiba-tiba ngustadzah kayak Kartika Putri. Jangan tiba-tiba suka ceramah-ceramahin orang juga ya, Mi? Sebagai orang yang sama-sama tahu bahwa hidup ini sudah terlalu akrobatik dengan beragam dramanya, tentu Mami tahu bahwa yang lebih dibutuhkan orang adalah bukan stok ceramah, melainkan uang, kekuasaan, kesejahteraan duniawi dan hubungan asmara yang stabil dan kondusif. Jadi, kami mohon kerja sama yang koperatif kepada artis hijrah sekalian.

Oh iya, Mi. Manusia yang baru hijrah seringnya memang merasa bahwa apa saja hal baru yang ia temukan terlihat luar biasa. Kewajiban menyampaikan walau satu ayat memang benar sih, tapi satu ayat dalam kitab suci itu pun belajarnya juga harus mendalam, Mi. Bukan berarti tahu satu ayat langsung berdakwah dan bikin acara pengajian. Tapi, Mami Nikita Mirzani kan mantan santriwati Gontor. Saya yakin Mami tahu cara menempatkan diri sebagai pejalan agama yang bijak dan selow.

Akhirul kalam, kalau Mami mengiklankan pemutih wajah atau pelangsing body juga iklan saja, bebas aja, Mi. Saya senang Mami dapat banyak rezeki halal. Tapi plis, kagak usah ditambah kata-kata mutiara Islami atau dalil-dalil nggak nyambung di paragraf pertamanya. Ngiklan produk kecantikan dengan menjelaskan kandungan kimia produknya lebih penting daripada ngiklan pakai dalil. Pokoknya tetep metal dan tetep ngendorse Mi biar tetep mandiri dan bisa menghempaskan kebudayaan laki-laki.

Last but not least, kalau Mami mau bergabung dengan geng artis penjual kue oleh-oleh (meskipun berbagai kue oleh-oleh yang saya coba rasanya gitu-gitu aja dan nggak ada kaitan sama kekhasan lokalitas daerah), tentu saja sebagai fans saya merestui. Dari hati yang paling dalam, saya doakan agar Bang Dipo Latief melihat kesungguhan hati Mami dalam mencintainya dan sebagai laki-laki, ia mampu menundukkan ego dirinya.

Love you, Mi.

Exit mobile version