Suka dan Duka Tinggal di Rumah Kontainer Berukuran 6 x 2,4 Meter Persegi
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Politik
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Politik
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Beranda Esai

Suka dan Duka Tinggal di Rumah Kontainer Berukuran 6 x 2,4 Meter Persegi

Suryagama Harinthabima oleh Suryagama Harinthabima
29 Juni 2021
0
A A
Suka dan Duka Tinggal di Rumah Kontainer Berukuran 6 x 2,4 Meter Persegi MOJOK.CO

Suka dan Duka Tinggal di Rumah Kontainer Berukuran 6 x 2,4 Meter Persegi MOJOK.CO

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Saya nggak pernah menyesal sudah membangun dan tinggal di rumah kontainer. Bagi saya, ini seperti mimpi yang menjadi nyata.

Sudah 2 tahun ini saya tinggal di dalam rumah kontainer ukuran 20 feet, tepatnya 6 x 2,4 meter persegi. Kalau kalian tinggal di Jogja, di area dalam benteng Kraton sisi timur, kalian akan menemukan sebuah kontainer warna biru di mana saya tinggal… yang kemudian kalian akan bertanya-tanya: “Lho gimana caranya bisa ada kontainer masuk sini,” yang mana juga senada dengan kegumunan banyak orang selain warga sini yang kebetulan lewat.

Saya besar di Jogja. Namun, setelah lulus S1, saya pindah ke Jakarta. Sejak 2017 lalu, saya putuskan untuk tinggal di kota ini lagi untuk menemani ibu saya yang sudah sepuh.

Ada beberapa alasan saya memilih untuk tinggal di rumah mungil yang tidak biasa ini. Intinya, saya butuh tempat yang cepat dan milik saya sendiri. Saya belum berumah tangga. Sebelumnya, kalau pulang ke Jogja, saya menumpang di rumah saudara.

Sayangnya, saya nggak paham apa-apa tentang mendesain dan membangun rumah serta pertukangan. Saya hanya punya sebidang tanah kecil pemberian orang tua. Lalu, terinspirasi dari pengalaman saya melihat langsung beberapa rumah atau kantor berukuran mikro hasil konversi dari kontainer dan gerbong kereta di luar negeri, saya pikir, sepertinya menarik nih kalau saya coba buat yang serupa di sini.

Saya membeli kontainer bekas ini di area pelabuhan Tanjung Mas, Semarang. Maunya sih saya beli 2, tapi karena keterbatasan lahan dan lokasi, akhirnya saya putuskan beli satu dulu saja.

Baca Juga:

Jogja yang Katanya Murah: Tidak untuk Harga Tanah dan Rumah

Jogja yang Katanya Murah: Tidak untuk Harga Tanah dan Rumah 

17 Februari 2022

Orang Kaya Serakah Penimbun Investasi Tanah, Dalang di Balik Mahalnya Harga Properti

7 Oktober 2021

Ketika kontainernya sampai ke sini, wah, ini satu cerita yang seru. Karena ini area kota, dari pihak penjual dan supir setuju untuk mengantar kontainer tepat pukul 12 malam biar jalanan sepi. Sebelumnya, saya infokan dulu rencana kedatangan ini ke RT/RW setempat dan beberapa tetangga sekitar. Seorang tetangga saya ada yang bilang, “Nanti kalau udah mau dateng, saya dikasih tahu ya, saya pingen lihat.”

Lahh… wqwqw

Tengah malam itu, saya agak syok ketika melihat ukuran truk trailer yang datang. Sementara itu, forklift sudah menunggu di lokasi. Karena kegaduhan yang ada, para tetangga pada bangun dan keluar menonton. Saat itu saya sangsi kalau kontainernya bisa masuk dan, beneran, di belokan terakhir, supir truk sempat menyerah. Seorang teman bilang kalau ada tetangga yang kira-kira nyeletuk, “Udah Mas, kontainernya digotong aja rame-rame.”

Badalaaah… seru juga tuh kalau warga sini ramai-ramai menggotong kontainer itu. Pasti viral.

Tapi alhamdulillah, nggak perlu sampai membangunkan semua warga buat menggotong. Dibantu beberapa teman di sini, proses “pendaratan” berlangsung selama kira-kira satu jam saja.

Pelan-pelan, saya dibantu beberapa teman dan tenaga tukang mengonversi kontainer ini menjadi rumah mikro hingga selesai pada 2019. Pelan-pelan itu maksudnya pelaaan sekali. Selain ada beberapa kali masalah keluarga, seperti yang saya bilang tadi, saya nggak tahu soal pertukangan. Jadi, semuanya harus saya pelajari dari nol.

Desain rumah kontainer ini adalah sebuah pengejawantahan dari diri saya, seperti sebuah mimpi yang menjadi nyata. Ini adalah hal yang paling saya sukai dari tinggal di rumah ini. Saya memang agak anti-mainstream dari kebanyakan orang lain di sekitar saya. Lalu, sejak kecil saya memang memiliki ketertarikan di bidang seni dan desain, tapi tidak pernah serius di situ. Alih-alih, saya kuliah di jurusan akuntansi yang, setelah lulus dan bekerja beberapa tahun sesuai jurusan saya, kok saya merasa apa yang kerjakan tidak riil dalam artian tidak ada sesuatu yang berwujud fisik yang saya hasilkan (kecuali gaji tentu saja), dan saya merasa ada yang “kosong” di situ.

Ya iyalah, namanya juga jurusan ilmu sosial… serba ngawang, serba relatif dan (kadang) membutuhkan imajinasi tingkat dewa.

Lalu karena ukurannya mikro, tidak perlu waktu lama untuk membersihkan rumah kontainer ini. Karena dari awal ukuran rumahnya sudah kecil, maka saya dari awal sudah dipaksa untuk tidak memiliki banyak barang. Jadi, nggak perlu merapikan barang-barang dengan metode ala Marie Kondo itu. Lha wong barangnya aja dikit, kok.

Bagusnya lagi, no tikus dan no bocor-bocor kalau hujan. Lebih tahan gempa pula (insyaallah). Enak kan?

Rumah kontainer saya ini seperti sebuah apartemen studio. Dapur mungil, ruang tamu/makan dan ruang tidur di ruangan open plan seluas 14 meter persegi tanpa sekat (hanya ada partisi untuk bilik shower). Tempat tidurnya kecil model lipat kustom dan ada hammock untuk leyeh-leyeh kalau lelah.

Namun, karena open plan, kalau ada tamu, entah kenapa, kadang saya merasa terekspose karena sang tamu juga otomatis berkunjung ke kamar tidur saya. Ini adalah satu hal di mana saya butuh waktu untuk terbiasa.

Kemudian, karena kecil, hanya ada bilik shower di dalam. Saat dulu dibangun, saya pikir-pikir, agak riskan soal bau dan kerumitan membangun sistem pembuangan WC di dalam rumah kontainer. Jadi, WC hanya ada di kamar mandi di luar. Oleh karena itu, kadang kalau tengah malam kebelet pipis, saya mesti keluar rumah ke kamar mandi belakang. Kadang berasa agak spooky karena sepi. Ya masak saya mesti tidur pakai pempers ya kan.

Lalu, rumah kontainer ini mengusung konsep ramah lingkungan… ya, sebisa mungkin sih ya. Karena itu, saya tidak pasang AC. Jadi, terlepas dari lapisan insulasi yang sudah dipasang, kalau pintu dan jendela tidak dibuka lebar-lebar, saat siang bisa lumayan gerah. Bagusnya, pintu masuk utama rumah ini mengarah ke halaman samping dan bukan ke arah jalan. Nggak besar, tapi ada rumput dan beberapa tanaman. Jadi, kalau pintunya dibuka lebar-lebar, malah lumayan dapat sedikit pemandangan ijo royo-royo.

Saya senang menjelaskan kalau ada yang bertanya tentang latar belakang dibangunnya rumah kontainer ini. Menurut saya, ada sedikit unsur mengedukasi bahwa tidak selamanya bentuk rumah tinggal itu ya seperti itu, dan bahwa yang paling utama dibutuhkan adalah i-ma-ji-na-si seperti kata Spongebob (selain uang ya).

Namun demikian, saya paham betul kalau rumah berukuran mikro itu bukan untuk semua orang, apalagi rumah kontainer. Buat sebagian orang itu menarik, tapi untuk sebagian lainnya tampak aneh dalam artian jelek, kurang layak, dan sejenisnya. Cukup adil sih ya. Dan iya, kadang saya berandai-andai seandainya saya membangun rumah konvensional dengan ukuran yang lebih luas dengan kamar-kamar di dalamnya.

Menyesal?

Ya nggak lah. Terlepas dari semua kekurangannya, pengalaman membeli, membangun dan tinggal di rumah kontainer ini sungguh sebuah proses pembelajaran yang sangat berharga buat saya dan, seperti yang saya bilang tadi, ini ibarat sebuah mimpi yang menjadi nyata. Dan saya adalah seseorang yang suka mengejar mimpi.

Tapi setelah itu, saya sadar dan terpikir, lha besok kalau saya memutuskan untuk berumah tangga, istri sama anak saya mau ditaruh mana coba? Masak dititipkan di rumah saudara lagi.

BACA JUGA Derita Rumah Pinggir Jalan dan Usaha Bersyukur Udah Nggak di Kontrakan dan tulisan menarik lainnya di rubrik ESAI.

Terakhir diperbarui pada 29 Juni 2021 oleh

Tags: harga tanah di jogjakontainerkraton jogjarekomendasi rumahrumah di jogjarumah idamanrumah kontainerrumah murahrumah tahan gempa
Suryagama Harinthabima

Suryagama Harinthabima

Mantan pekerja kantoran Jakarta yang pulang kampung ke Jogja. Dulu anak akuntansi, sekarang mencoba menjadi desainer produk dan pengrajin.

Artikel Terkait

Jogja yang Katanya Murah: Tidak untuk Harga Tanah dan Rumah
Susul

Jogja yang Katanya Murah: Tidak untuk Harga Tanah dan Rumah 

17 Februari 2022
Pojokan

Orang Kaya Serakah Penimbun Investasi Tanah, Dalang di Balik Mahalnya Harga Properti

7 Oktober 2021
Derita Rumah Pinggir Jalan dan Usaha Bersyukur Udah Nggak di Kontrakan MOJOK.CO
Esai

Tidak di Jakarta, Tidak di Jogja: UMR Ditekan Serendah-rendahnya, Harga Rumah Dikatrol Setinggi-tingginya

3 Oktober 2021
Derita Rumah Pinggir Jalan dan Usaha Bersyukur Udah Nggak di Kontrakan MOJOK.CO
Esai

Derita Rumah Pinggir Jalan dan Usaha Bersyukur Udah Nggak di Kontrakan

26 Juni 2021
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
18 Pertanyaan untuk Silampukau puthut ea mojok.co

18 Pertanyaan untuk Silampukau

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak yang Dihujat Warganet - MOJOK.CO

Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak Surabaya yang Dihujat Warganet

24 Januari 2023
Cak Nun Salah, Jokowi Bukan Firaun karena Firaun Tidak Setuju UU Cipta Kerja MOJOK.CO

Cak Nun Salah, Jokowi Bukan Firaun karena Firaun Tidak Setuju UU Cipta Kerja

21 Januari 2023
Suka dan Duka Tinggal di Rumah Kontainer Berukuran 6 x 2,4 Meter Persegi MOJOK.CO

Suka dan Duka Tinggal di Rumah Kontainer Berukuran 6 x 2,4 Meter Persegi

29 Juni 2021
Xiaomi 13 Series: Monster Baru dari Xiaomi, Hape Terbaik 2023 MOJOK.CO

Xiaomi 13 Series: Monster Baru dari Xiaomi dengan Senjata Kamera Leica Berpotensi Jadi Hape Terbaik 2023

20 Januari 2023
mie ayam takeshi bantul yang ayamnya ora umum!

Mie Ayam Takeshi Bantul, Ekstra Ayamnya Ora Umum!

22 Januari 2023
nasi kapau dan nasi padang punya banyak perbedaan

Gulai Tambusu dan Hal-hal lain yang Membedakan Nasi Kapau dengan Nasi Padang

23 Januari 2023
chatgpt mojok.co

Mengenal ChatGPT, Benarkah Bakal Akhiri Era Google?

24 Januari 2023

Terbaru

PO Haryanto Bikin Perjalanan Cikarang Jogja Jadi Menyenangkan MOJOK.CO

PO Haryanto Sultan Bantul Bikin Perjalanan Cikarang-Jogja Jadi Sangat Menyenangkan

27 Januari 2023
Kepala BPID Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Ivanovich Agusta dan Gubernur DIY, Sri Sultan HB X di Kepatihan, Kamis (26/01/2023) menyampaikan tidak ada lagi desa tertinggal di DIY MOJOK.CO

Disebut Provinsi Termiskin, DIY Tak Punya Desa Tertinggal

27 Januari 2023
kecamatan di sleman mojok.co

5 Kecamatan Paling Sepi di Sleman yang Cocok untuk Pensiun

27 Januari 2023
teror ular kobra

Tolak Safari Politik Anies di Banten, Oknum Lempar Sekarung Ular Kobra

26 Januari 2023
perangkat desa di diy mojok.co

Ribuan Perangkat Desa Geruduk DPRD DIY, Tolak Disamakan dengan Kades

26 Januari 2023
perempuan penyelenggara pemilu

Kenapa Keterlibatan Perempuan Sebagai Penyelenggara Pemilu Masih Rendah?

26 Januari 2023
Suara Hati Petani di Gunungkidul Karena Monyet yang Marah Kena JJLS

Suara Hati Petani di Gunungkidul karena Monyet yang Marah Kena JJLS

26 Januari 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Kunjungi Terminal
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In