Sugeng Kondur Yu Patmi, Pejuang Kendeng Tak Terlupakan - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Home Esai

Sugeng Kondur Yu Patmi, Pejuang Kendeng Tak Terlupakan

Mbah Nyutz oleh Mbah Nyutz
22 Maret 2017
0
A A
Sugeng Kondur Yu Patmi

Sugeng Kondur Yu Patmi

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Tetapi bagaimana engkau melawan kekuatan dengan dana triliunan? Demikian kira-kira kesedihan seorang kyai muda yang kami temui pada suatu sore.

Entah sudah berapa miliar digelontorkan untuk pembangunan pabrik Semen di Kendeng. Sebagian besar melawan. Sebagian mendukung, dengan alasan yang tentu kita sudah bisa menebaknya. Saat saya beberapa kali sowan ke Rembang, saya terkadang menyempatkan diri sowan pula ke tokoh yang ikut berperan menentang pembangunan pabrik semen. Kisah-kisah di balik perlawanan itu memang sering memilukan. Mungkin kita bertanya-tanya, kekuatan macam apa yang membuat mereka masih bertahan melakukan perlawanan sejak rencana pembangunan itu dibuat jauh-jauh hari sebelum semakin ramai seperti sekarang. Barangkali sudah banyak yang menuliskannya, tetapi saya ingin menulis salah satu kisah yang amat berkesan dan mengharukan dari ketulusan para petani dalam berjuang mempertahankan lahan mereka dan kelestarian alam.

Seorang kiai muda bercerita kepada saya alasan mengapa ia akan terus melakukan penentangan dengan caranya sendiri setelah cara-cara lama sering menyebabkan benturan sosial antarwarga pendukung dan penolak, dan menyebabkan friksi-friksi sosial, bahkan mungkin sampai sekarang ini. Kisah ini akan terdengar bagaikan dongeng bagi kita yang lebih sering mendengar, melihat, dan merasakan hilangnya ketulusan dan akhlak baik di dunia nyata maupun media sosial.

Setelah hampir dua tahun keliling mendampingi perlawanan, pada suatu hari ia kedatangan tamu seorang bapak petani tua dari sebuah desa yang jaraknya kurang lebih 10 kilometer dari rumah sang kiai. Petani tua itu membawakan makanan khas daerahnya, sejenis olahan nasi jagung sederhana. Sesudah diterima, kiai itu menanyakan apa keperluannya. Petani tua itu menjawab dengan takzim bahwa ia datang ingin menyampaikan rasa terima kasih telah dibela hak-haknya karena lahannya kala itu terancam oleh pabrik. Baginya, tanah pertaniannya yang tak seberapa bukan sekadar lahan mencari nafkah, tetapi juga “tanah air” amanat Tuhan yang mesti ia jaga kelestariannya.

Ia ingin membalas budi sang kiai, namun ia tak punya apa pun selain kemampuannya mengolah makanan yang sederhana. Sebab, petani tua itu bukan orang yang punya banyak uang. Maka ia membuat nasi jagung dengan cara khusus untuk diberikan kepada sang kiai sebagai tanda terima kasihnya. Ia mengatakan itu dengan rasa malu karena hadiahnya teramat sederhana.

Baca Juga:

Hari-Hari Seragam PNS Kementerian Keuangan

Es Goreng Rasa Mellow van Yogyakarta

Membubarkan NU Lebih Mudah daripada Membubarkan HTI

Sang kiai terharu ketika tamu itu berkisah. Sambil makan nasi jagung yang enak itu air matanya bahkan menetes setelah ia bertanya, dengan siapa dan naik apa Bapak ke sini? Bapak petani tua menjawab bahwa dia datang dengan berjalan kaki sejauh 10 kilometer. Bagaimana tak luruh hati sang kyai mengetahui bahwa demi menyampaikan rasa terima kasih dan penghormatan yang tulus, lelaki tua itu rela berjalan kaki sejauh itu. Hadiahnya memang amat murah jika diukur dengan uang, tetapi ketulusan dan keutamaan akhlaknya tiada akan pernah bisa dibeli dengan uang sebanyak apa pun.

Saya masih ingat pesan kiai muda itu setelah menceritakan kisah petani tua tersebut. “Uang miliaran yang pernah hendak ditawarkan kepada saya tiada artinya dibandingkan ketulusan dan ketabahan para petani yang sederhana dan tahu cara menghormati alam dan ulama.” Beliau lalu memberi pengajian ringkas tentang dua ayat Quran yang kerap diabaikan, atau, meminjam istilah yang sedang populer, “dinistakan” oleh sebagian orang-orang beriman.

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

“Dan apabila ia berpaling (dari mukamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai (orang yang berbuat) kebinasaan/kerusakan.”

Barangkali tidak banyak kisah semacam ini, tetapi sesedikit apa pun kisah ini, tampaknya Tuhan masih memberi harapan kepada manusia yang sekarang semakin riuh dalam arus perebutan kekuasaan dengan mengabaikan nilai-nilai akhlak, dengan menampakkan bahwa di Wilayah Kerajaan-Nya masih ada orang-orang yang walau tidak penting di mata sesama manusia, tetapi sikap dan akhlaknya terjaga sedemikian rupa sehingga tawaran dunia tak bisa menggoyahkannya.

Sore itu, beberapa tahun lalu, saya pulang dengan membawa rasa malu dan sedih sekaligus pelajaran, betapa diri ini terlalu banyak membawa beban gengsi dan arogansi iman. Dan kemarin, kita berduka, karena seorang ibu petani Kendeng meninggal dunia dalam perjuangannya menjaga alam.

Sugeng kondur, Yu Patmi ….

Tags: dipasungsemenfeaturedibu patmikendeng melawan
Mbah Nyutz

Mbah Nyutz

Artikel Terkait

Hari-Hari Seragam PNS Kementerian Keuangan

Hari-Hari Seragam PNS Kementerian Keuangan

16 Mei 2017
Es Goreng Rasa Mellow van Yogyakarta

Es Goreng Rasa Mellow van Yogyakarta

15 Mei 2017
Membubarkan NU Lebih Mudah daripada Membubarkan HTI

Membubarkan NU Lebih Mudah daripada Membubarkan HTI

15 Mei 2017
Misteri Sarung Cap Kaki Empat

Mixtape untuk Ahok

14 Mei 2017
Tahu Apa Kamu tentang Apa yang Bikin Cewek Bahagia?

Mojok Adalah Diri Saya yang Lain

26 Maret 2017
Tahu Apa Kamu tentang Apa yang Bikin Cewek Bahagia?

Tahu Apa Kamu tentang Apa yang Bikin Cewek Bahagia?

25 Maret 2017
Pos Selanjutnya

Profil Edy Rahmayadi, Cagub Sumatera Utara

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Sugeng Kondur Yu Patmi

Sugeng Kondur Yu Patmi, Pejuang Kendeng Tak Terlupakan

22 Maret 2017
Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Perguruan Tinggi Favorit MOJOK.CO

Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Masuk Perguruan Tinggi Favorit

5 Agustus 2022
Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak MOJOK.CO

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak

8 Agustus 2022
Bogor: Kota Paling Ideal di Indonesia untuk Pensiun MOJOK.CO

Kota Bogor: Kota Paling Ideal di Indonesia untuk Pensiun

2 Agustus 2022
pola pengasuhan anak mojok.co

Psikolog UGM Jelaskan Tipe Pola Asuh yang Bisa Berdampak pada Hasil Akademik Anak

5 Agustus 2022

Cara Hadapi Henry Subiakto Menurut Mahasiswanya, Itu Lho Staf Kominfo yang Unggah Liputan Narasi TV Tanpa Watermark

3 November 2020
Musimin, petani di lereng Gunung Merapi yang menolak ekspor kopi ke Jepang.

Mengenal Musimin, Petani Lereng Merapi yang Menolak Pesanan Kopi dari Jepang 

5 Agustus 2022

Terbaru

tarif ojek online mojok.co

Kemenhub Terbitkan Aturan Baru Batas Tarif Ojol, Ini Rinciannya

9 Agustus 2022
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X menyampaikan visi dan misi 2022-2027 di DPRD DIY.

Terapkan Pancamulia, Sri Sultan HB X Sampaikan Visi Misi Jadi Gubernur 

9 Agustus 2022
Sri Sultan Mampu Redam Konflik Pemaksaan Jilbab Secara Taktis, Bukti Jogja (Mungkin) Masih Istimewa MOJOK.CO

Sri Sultan Mampu Redam Konflik Pemaksaan Jilbab Secara Taktis, Bukti Jogja (Mungkin) Masih Istimewa

9 Agustus 2022
keuangan mahasiswa mojok.co

Pentingnya Pengelolaan Keuangan bagi Mahasiswa, Agar Tak Kehabisan Uang di Tengah Bulan

8 Agustus 2022
Whatsapp dan Gojek Jadi Aplikasi Paling Berpengaruh versi Google Play Store

Whatsapp dan Gojek Jadi Aplikasi Paling Berpengaruh versi Google Play Store

8 Agustus 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In