Siap Jadi Aktor dalam Perang Melawan Corona? - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal PemiluBARU
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal PemiluBARU
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Siap Jadi Aktor dalam Perang Melawan Corona?

Haryo Setyo Wibowo oleh Haryo Setyo Wibowo
16 Maret 2020
0
A A
Siap Jadi Aktor dalam Perang Melawan Corona?

Siap Jadi Aktor dalam Perang Melawan Corona?

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Publik kembali terbelah menjadi dua dalam menanggapi kesigapan pemerintah menangani corona. Konflik macam cebong-kampret kembali terbuka.

Ada dua kejadian penting yang membuat penanganan terhadap ancaman virus corona menjadi jauh lebih diperhatikan dan transparan oleh pemerintah.

Pertama, begitu WHO secara resmi menyatakan COVID-19 sebagai pandemik global setelah dua bulan terdeteksi dan mengganas di Wuhan. Sementara yang kedua, begitu Menteri Perhubungan, Budi Karyadi Sumadi, dinyatakan positif terinfeksi virus corona.

“Loh, kurang diperhatikan dan transparan bagaimana, pemerintah langsung mengumumkan begitu ada yang positif terinfeksi corona kok. Ini jelas framing media!”

Sebagaimana saat pilpres, publik kembali terbelah menjadi dua dalam menanggapi kesigapan maupun keseriusan pemerintah. Konflik ala cebong-kampret kembali terbuka.

Satu pihak menyatakan keyakinan bahwa presiden bersama jajarannya telah bekerja sangat baik mengatasi pandemik corona. Pihak berlawanan menyatakan bahwa pemerintah belum melaksanakan protokol kesehatan saat menghadapi wabah sebagaimana mestinya.

Baca Juga:

pilkada 2024

Manuver Anak-anak Jokowi di Pilkada 2024

25 Januari 2023
ganjar pranowo pilpres

Survei LSI: Ganjar Pranowo Unggul Ditopang Fans Jokowi 

25 Januari 2023

Narasinya pun kerap ugal-ugalan. Ada yang menuduh WHO sebenarnya agen dari perusahaan yang menjual test kit COVID-19 atau corona. Ada yang mengatakan kalau kita menerima hibah dari Cina itu berarti kita harus siap jadi antek aseng.

Kedua anggapan tersebut dalam skala tertentu bisa aja mengandung kebenaran, tetapi jauh lebih penting segera mengambil keputusan secara cepat, terukur, dan tranparan. Itu akan menenangkan dan meneguhkan kepercayaan rakyat.

Keseriusan pemerintah dalam mengatasi wabah ini pada awalnya memang patut dipertanyakan. Bagaimana bisa kita sesantuy itu?

Sementara negara-negara tetangga sudah berjibaku dengan virus tersebut, pejabat negara kita dari menteri kesehatan sampai dengan wakil presiden malah lebih memilih mengeluarkan pernyataan-pernyataan akrobatik.

Lucu mungkin bagi balaterawan, tetapi tidak bagi yang menyimak sejak awal bagaimana pengaruh virus tersebut meluluhlantakkan berbagai aspek kehidupan suatu bangsa.  Ketenangan yang dibangun dengan pernyataan akrobatik atau bahkan guyon, dalam tempo nisbi cepat mulai runtuh.

Ketahanan kita dengan makan sembarangan di pinggir jalan tanpa sakit perut, tidak seperti kalau orang barat mencicip food truck ala nasi kucing langsung diare atau bahkan typus, ternyata tidak membuat kita kebal virus.

Nyatanya, menteri yang berkelakar bilang orang Indonesia kebal corona karena doyan nasi kucing itu sendiri malah yang akhirnya positif corona.

Sama halnya dengan berdoa. Itu tidak serta merta menjadikan penganutnya lebih resisten terhadap virus dibandingkan dengan yang atheist.

Keyakinan seperti itu hidup subur di tengah masyarakat kita yang religius nanggung. Lupa bahwa keyakinan tertinggi dalam beragama itu pasrah pada ketentuan Tuhan. Tidak ada cerita Tuhan mengamandemen kiamat hanya karena doa hambanya.

Menariknya, di Jazirah Arab, negeri-negeri yang dikadrun-kadrunkan oleh orang Indonesia lebih tanggap terhadap imbauan pemerintahnya. Mekah menjadi senyap, hal yang tidak pernah terjadi dan mampu dibayangkan umat Islam.

Demikian juga di negara lainnya, umat berhasil digiring untuk memakmurkan masjid sekeliling pemukiman saja, atau sholat di rumah lebih dianjurkan.

Boleh saja mengatakan umat beragama tidak takut virus, karena ada Tuhan yang menjadi sumber kebenaran dan tempat bergantung. Tetapi jangan lupa, Tuhan juga juga meminta hambanya berpikir.

Ada sejarah maut hitam atau black death yang memangkas separuh penduduk satu benua itu mengerikan. Orang sadar tengah ada wabah pes mematikan, tapi tak tahu cara mengatasinya dan kemudian memilih bersekutu dalam doa.

Doanya baik, karena itu pertanda makhluk masih memelihara harapan untuk tetap hidup. Tapi begitu mereka berkumpul, penularan tak terhindarkan lagi dan semakin meluas. Maka kebijakan meliburkan diri secara terbatas untuk sebagian penduduk di beberapa daerah sebenarnya sudah sebaik-baiknya kebijakan.

Mau apa lagi? Yang kita perlukan memang memperlambat penyebarannya!

Kebijakan menghambat orang terkonsentrasi di satu waktu, di satu tempat, dalam satu periode waktu tertentu memang dimaksudkan sebagai upaya pencegahan wabah semakin meluas.

Pertimbangan utamanya jelas keterbatasan kemampuan sistem kesehatan suatu negara. Jumlah tenaga kesehatan maupun kapasitas rumah sakit jelas tidak sebanyak pasien yang dirawat seandainya angka pasien terus bertambah.

Itu berlaku di seluruh dunia, apa lagi Indonesia yang rasio tempat tidur rumah sakitnya hanya 1:1.000. Secara matematika, sangat mungkin angka 1 itu pun hasil pembulatan.

Sulit kita membayangkan kalau penduduk semakin banyak bertumbangan. Karena rasio tersebut berlaku bukan untuk penanganan pasien yang perlu diisolasi.

Nah berapa sebenarnya rasio isolasi per 100.000 penduduk di Indonesia?

Boleh juga mengatakan lockdown belum perlu karena terbilang mudah untuk sembuh dari infeksi virus corona. Tidak salah, tetapi juga kurang tepat.

Sadari juga bahwa kemampuan corona dalam menginfeksi manusia sangat tinggi. Jika terinfeksi, istirahat dua minggu pun sudah pulih. Tapi orang tua Anda bisa jadi akan begitu rapuh kalau terkena—beda dengan Anda.

Kalau sekolah seperti di Jakarta diliburkan, kemudian serombongan remaja malah pada main ke Puncak atau tempat lain sehingga membuat risiko orang di sana terinfeksi bagaimana?

Itu guna orang sekitarnya untuk mengingatkan. Jangan malah menyalahkan kebijakan Anies Baswedan hanya karena Anda tidak memilihnya atau dianggap tidak becus terkait banjir.

Hempaskan dulu ego kita sebagai “binatang politik”. Tidak perlu ada kubu-kubuan di tengah cekaman wabah seperti saat ini. Sadari dulu bahwa manusia sebenarnya makhluk lemah yang bisa dihantam dengan mudah oleh makhluk dalam skala mikro, untuk kemudian terkapar sakit. Jadi rapuh. Persis kalau ditinggal mbaknya pas lagi sayang-sayangnya.

Kita hanya perlu mengerem kegiatan sementara waktu, memberi kesempatan bumi untuk dapat sejenak mengambil nafas dari kebuasan manusia saat melakukan kegiatan ekonomi. Tidak perlu juga mengikuti cara menteri kesehatan yang mengangkat duta imunitas.

Untuk apa? Toh apa yang terjadi saat ini sering kali hanya untung-untungan, bukan karena kita kebal.

Kita bisa menjadi aktor utama dalam perang semesta ini. Iya, cukup berjuang dengan rebahan. Itu jelas menjadi salah satu bagian terpenting dalam mengatasi wabah.

Berdiam diri di rumah atau di kosan untuk sementara waktu. Tentu saja, terima kasih tak terkira untuk kaum rebahan di negeri ini, yang tanpa disadari sudah menginspirasi kita semua selama ini.

Tenang, uang bisa dicari lagi, cinta tak akan koyak hanya karena dua minggu LDR.

Jadi gimana? Kuy rebahan lagi?

BACA JUGA Yang Membunuh Kita Bukan Corona Virus atau tulisan Haryo Setyo Wibowo lainnya.

Terakhir diperbarui pada 16 Maret 2020 oleh

Tags: Anies BaswedancoronaCOVID-19jokowipendemiwabah
Haryo Setyo Wibowo

Haryo Setyo Wibowo

Artikel Terkait

pilkada 2024
Kotak Suara

Manuver Anak-anak Jokowi di Pilkada 2024

25 Januari 2023
ganjar pranowo pilpres
Kotak Suara

Survei LSI: Ganjar Pranowo Unggul Ditopang Fans Jokowi 

25 Januari 2023
Cak Nun Salah, Jokowi Bukan Firaun karena Firaun Tidak Setuju UU Cipta Kerja MOJOK.CO
Esai

Cak Nun Salah, Jokowi Bukan Firaun karena Firaun Tidak Setuju UU Cipta Kerja

21 Januari 2023
uu pprt mojok.co
Kotak Suara

Jokowi Desak RUU PPRT Disahkan, Mandek 19 Tahun Lamanya

20 Januari 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Paul Pogba Manchester United Juventus virus corona MOJOK.CO

Paul Pogba dan Kontrak Baru yang Logis: Cara Manchester United Menjauhkan Juventus

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Siap Jadi Aktor dalam Perang Melawan Corona?

Siap Jadi Aktor dalam Perang Melawan Corona?

16 Maret 2020
Surat Cinta untuk Warga Solo: Jangan Ulangi Problem Pariwisata Jogja MOJOK.CO

Surat Cinta untuk Warga Solo: Jangan Ulangi Problem Pariwisata Jogja

4 Februari 2023
Blak-blakan Reno Candra Sangaji, Lurah 1.000 Baliho yang Sempat Bikin Geger Jogja. MOJOK.CO

Blak-blakan Reno Candra Sangaji, Lurah 1.000 Baliho yang Sempat Bikin Geger Jogja

4 Februari 2023
bisnis raffi ahmad mojok.co

Nama-nama Penting di Balik Gurita Bisnis Raffi Ahmad

30 Januari 2023
jd.id tutup mojok.co

JD.ID Tutup, Lalu Bagaimana Nasib Pegawai dan Aset Penggunanya?

31 Januari 2023
Mencoba Lawson yang Baru Buka: Oden Enak yang Harganya Nggak Enak Buat UMR Jogja MOJOK.CO

Mencoba Lawson yang Baru Buka: Oden Enak yang Harganya Nggak Enak Buat UMR Jogja

29 Januari 2023
Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak yang Dihujat Warganet - MOJOK.CO

Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak Surabaya yang Dihujat Warganet

24 Januari 2023

Terbaru

po bus mojok.co

5 PO Bus AKAP Terbaik Versi Kementerian Perhubungan 

6 Februari 2023
Elena Ricchitelli: Belajar Bahasa dan Sastra Arab untuk melawan Islamofobia

Elena Ricchitelli: Belajar Bahasa dan Sastra Arab untuk melawan Islamofobia

6 Februari 2023
awal bulan puasa 2023 mojok.co

Awal Bulan Puasa 2023 Versi Muhammadiyah dan Pemerintah Diperkirakan Sama

6 Februari 2023
Menengok Makam Roro Mendut, Gadis Jelita Rampasan Perang Mataram versus Pati MOJOK.CO

Menengok Makam Roro Mendut, Gadis Jelita Rampasan Perang Mataram versus Pati

6 Februari 2023
media sosial

Cegah Disinformasi, Parpol Cuma Boleh Punya 10 Akun Medsos

6 Februari 2023
penculikan anak mojok.co

Psikolog UGM Bagikan 5 Tips untuk Mencegah Penculikan Anak

6 Februari 2023
Umroh: Menyaksikan Tingkah Polisi Arab yang Menyebalkan MOJOK.CO

Umroh: Menyaksikan Tingkah Polisi Arab yang Menyebalkan

6 Februari 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Podium
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Kunjungi Terminal
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In