MOJOK.CO – Tujuan tulisan ini tidak untuk menjatuhkan. Ini murni curhatan saya, korban yang paketnya dibobol. Siapa tahu bisa menjadi semacam pengingat kepada Shopee seller dan semua entitas bisnis online kalau pembobolan paket ini perlu dicarikan solusi terbaik.
Per September 2021 yang lalu, Shopee tidak lagi menjadi marketplace dengan jumlah kunjungan terbanyak. Dulu, di 2019, mereka memang menjadi rajanya. Kini, Tokopedia numero uno.
Namun, meski tak lagi menjadi marketplace dengan kunjungan terbanyak, Shopee masih jadi jujugan yang menyenangkan. September lalu, jumlah kunjungan per bulan mereka mencapai 126 juta orang. Angka yang menunjukkan kalau peminat toko online oranye ini masih tinggi.
Kalau ngomongin Shopee, dua hal langsung terbayang, yaitu murah dan gratis ongkir. Dua hal yang bikin banyak Shopee seller betah berbisnis di sini. Belum lagi jika setiap toko mengadakan diskon besar-besaran. Siapa yang nggak tergiur?
Sudah lebih dari tiga tahun saya menjadi pengguna setia Shopee. Bahkan beberapa bulan terakhir saya mencoba menjadi Shopee seller. Saya memilih metode dropshipper untuk berbisnis kecil-kecilan. Kenapa saya memilih menjadi dropshipper?
Selain tidak membutuhkan banyak modal, menjadi Shopee seller dengan metode dropshipper juga tidak harus menyediakan stok barang di rumah. Saya jadi tidak harus sibuk mengurus packing produk.
Namun, yang namanya bisnis, menjadi Shopee seller, sekaligus konsumen, akan selalu ada risiko. Mau tidak mau, pahit dan manis harus ditelan semua.
Paket dibobol, Shopee seller perlu waspada
Sebetulnya, kejadian ini sudah terjadi sejak Oktober 2021. Saat itu, saya memesan sweater di salah satu Shopee seller langganan saya. Kebetulan, mereka memang produsen, jadi harga yang ditawarkan jauh lebih murah.
Selain harga yang menjadi dilema buat kami yang jauh dari kota besar, ongkos kirim kerap membuat pening. Bagaimana tidak, ongkir bisa jadi lebih mahal dari harga barang.
Shopee tentu memahami masalah ini. Oleh sebab itu, mereka sering ngasih voucher gratis ongkir. Belanja jadi bisa lebih tenang karena potongan ongkir yang enggak main-main.
Potongan harga untuk ongkos kirim tentu berpengaruh mengerek intentitas penjualan di Shopee. Seiring bertambahnya paket yang diantar, tindak kriminalitas ternyata meningkat.
Singkat cerita, sweater yang saya beli dari salah satu Shopee seller langganan sudah sampai. Saya langsung unboxing dan mengirim video ke Shopee seller tersebut. Tidak lama kemudian, seller justru bertanya, “Gift-nya belum divideo, ya?”
Saya agak kaget, sekaligus ragu, karena merasa tidak ada gift di dalam paket. Saya buka lagi paket plastik itu perlahan-lahan. Nihil.
Shopee seller langganan saya menegaskan kalau mereka jelas-jelas memasukkan serum Scarlett lengkap dengan day dan night cream. Pertanyaannya, gift buat saya saya nyempil di mana?
Enggak sampai di situ. Ternyata packing yang saya terima juga beda. Saat unboxing, saya hanya membuka plastik packing biasa. Padahal, dari keterangan Shopee seller langganan saya, mereka packing menggunakan kardus Shopee warna oranye.
Kami sama-sama curiga paket ini sudah dibobol. Hebatnya, yang membobol bisa packing ulang paketnya dengan rapi. Makanya, ketika paketnya sampai, saya tidak terlalu mempermasalahkan kotak paket yang tidak menggunakan warna oranye khas Shopee. Mungkin lagi kehabisan. Pikir saya.
Jadi, paketnya sudah di-unboxing orang lain, gift untuk saya diambil, kardus paket khas Shopee dibuang, lalu di-packing ulang pakai plastik. Celakanya, packing orang jahat ini rapi juga. Nggak mau melamar jadi pegawai pengemasan toko online aja?
Setelah kejadian itu, Shopee seller langganan saya berusaha menelusuri paket yang jadi kacau itu. Sementara itu, saya sendiri nggak terlalu mempermasalahkannya. Pertama, saya nggak tahu ada gift untuk saya. Jadi, saya nggak terlalu berharap. Kedua, pesanan saya landing dengan selamat di rumah. Ketiga, mungkin karena saya belum pernah jadi korban. Jadi, saya agak abai waktu itu.
Namun, teman saya, sesama Shopee seller langsung memarahi saya. Menurutnya, ini bukan soal “belum rezeki”. Kalau sebuah paket sampai dibobol, tindakan itu jelas masuk aksi kriminalitas. Lagian, suatu saat, bisa jadi usaha dropshipper saya jadi korbannya.
Setelah mengobrol dengan beberapa teman lainnya, saya menemukan kenyataan bahwa aksi pembobolan paket ini sebetulnya sering terjadi. Banyak yang diusut sampai dapat, banyak pula yang hilang begitu saja kasusnya.
Satu hal yang perlu dipahami, harga gift yang diberikan Shopee seller bisa jadi lebih mahal ketimbang barang yang dipesan. Gift tersebut jadi semacam alat untuk mempererat hubungan konsumen dan toko online. Beberapa menjadi wujud rasa terima kasih sudah menjadi pelanggan setia.
Gift juga bagian strategi penjual. Tidak ada konsumen yang tidak untuk menyukai hal yang berbau gratis. Yang lirik bakalan lebih banyak. Apalagi kalau harga gift lebih mahal.
Mengenai gift Scarlett saya yang lenyap, Shopee seller langganan saya sudah mencoba menghubungi pihak ekspedisi. Nah, pihak ekspedisi minta bukti kalau serum dan cream tersebut memang ada saat packing. Sayangnya, seller tidak sempat foto atau video. Selama ini paket selalu aman.
Mungkin bisa menjadi pelajaran untuk setiap toko yang mengadakan gift untuk menyimpan bukti foto atau video. Cuma, menurut saya ini juga bukan solusi tepat. Memang bakal lebih mudah untuk toko yang jumlah pesanannya kecil. Apa kabar sama toko yang pesanan tiap harinya bisa ratusan?
Sekali lagi, saya tidak bermaksud menuduh pihak tertentu. Nama baik semua entitas yang ada di dalam proses ini pasti tercoreng. Oleh sebab itu, ketimbang menyerahkan nasib kita kepada hukum Indonesia yang sulit diandalkan oleh rakyat kecil, mari waspada saja.
Memang, waspada itu melelahkan. Namun, siapa yang bisa diandalkan selain diri sendiri, bukan?
BACA JUGA Diskonan Shopee dan ShopeeFood yang Merepotkan Ojol dan Merchant dan artikel menarik lainnya di rubrik ESAI.