Selamat Hari Ibu untuk Ibu yang Tidak Romantis Blas - Mojok.co
  • Kirim Artikel
  • Terminal
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
Home Esai

Selamat Hari Ibu untuk Ibu yang Tidak Romantis Blas

Prima Sulistya oleh Prima Sulistya
22 Desember 2016
0
A A
Selamat Hari Ibu untuk Ibu yang Tidak Romantis Blas

Selamat Hari Ibu untuk Ibu yang Tidak Romantis Blas

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Ibu mungkin orang yang paling nggak merasa lucu dengan permainan “om telolet om”.

Anak-anak yang berdiri di pinggir jalan raya, jalur antarprovinsi pula, mata yang kerap tidak fokus karena lebih sering memperhatikan ponsel: pemandangan anak-anak yang minta tolelot—bunyi yang benar menurut klarifikasi perusahaan bus Efisiensi, pelopor klakson ini—adalah pemandangan yang bikin ibu khawatir bukan kepalang. Kalau kesamber bus gimana? Kalau ddirazia polisi karena ganggu lalu lintas gimana? Itu yang ada di pikirannya.

Ibu memang manusia paling khawatiran terhadap anaknya. Termasuk ibuku, ibu yang menurutku paling enggak romantis di dunia. Dan sebagai balasan (anak macam apa) atas ketidakromantisannya, aku menulis catatan yang tidak romantis ini pula untuknya (kalau aku berani kasih dia baca).

Kali pertama tinggal jauh dari rumah, yakni ketika kuliah, aku sempat melongo melihat cara teman sekelasku merayakan Hari Perempuan Ibu 22 Desember. Dia membeli setangkai mawar, karena uang sakunya hanya cukup untuk beli setangkai, lalu ia selipkan kertas yang digambari dan tulisi sendiri dengan cantik: Selamat Hari Ibu, Mama <3. Besoknya dia bercerita kepadaku bahwa bunga itu ia berikan selepas kuliah sembari mencium pipi dann memeluk ibunya.

Astaganaga, batinku.

Baca Juga:

Selamat Hari Ibu untuk Sembilan Perempuan

Jarang Bilang Sayang ke Orang Tua Gara-Gara Malu? Bukan, Ini Semua Gara-Gara Orang Tua Itu Sendiri

Hari Ibu untuk Ibu yang Tak Sempat Merasakan Bangku Sekolah

Ibuku tidak pernah mengajari kami mengungkapkan perasaan terang-terangan. Bapak juga. Mereka tidak pula melakukan itu di rumah. Bahkan dia tidak mengajari kami adik beradik untuk saling memanggil dengan panggilan kekerabatan. Ya jadinya, adikku yang beda umur 12 tahun denganku tetap memanggilku dengan nama saja.

Kalau kuingat, mungkin terakhir kali aku dipeluk atau memeluk ibu itu waktu TK atau SD kelas I. Habis itu, kami hidup seperti teman saja. Nggak ada romantisme kayak dia kasih selamat ulang tahun ke aku atau sebaliknya. Bahkan mungkin kalau kami bisa saling memanggil bro, itulah yang kami lakukan. Jangan ketawa, ini serius. Tahu apa panggilan ibuku kepada ibunya alias nenekku?

Bibi.

Perangai temanku yang kayak gitu bikin aku kaget sekali. Oh, jadi ada ya hubungan anak dan ibu yang demikian. Kasih mawar dan cium-cium pipi. Kukira di seluruh dunia, semua ibu dan anak kayak di rumah kami.

Pernah sekali ibuku mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku. Waktu itu aku sudah SMA. Dan apa yang ia lakukan?

Ia menyelipkan sebuah amplop berisi uang 150 ribu, yang pada amplopnya ditulisi:

SELAMAT ULANG TAHUN, YA! (dengan tanda seru.)

UANGNYA DIPAKAI BAIK-BAIK (masih dengan tanda seru.)

Amplop itu dimasukkan lewat celah pintu lemariku. Ketika aku pulang sekolah dan membuka lemari itu, aku kaget sendiri dengan ucapan dan kado aneh itu (waktu itu belum dianggap aneh).

Di sisa hari itu, aku tidak bilang terima kasih. Ibuku juga tidak menyinggung soal ulang tahunku. Hari berjalan layaknya hari-hari lain. Kalau ingat itu, aku antara mau ketawa dan menangis.

Amplop itu diberikan karena sejak tahun itu aku bekerja dengan baik (nah, kan!). Ibuku perempuan bekerja yang sepanjang hari di rumah—kalau hari ini dia masih mahmud dan punya medsos, dia akan selamat dari debat “ibu rumah tangga vs perempuan karier”. Sejak aku kanak-kanak, ia membuka warung di depan rumah. Kalau aku pulang sekolah, kami gantian: dia tidur siang (karena bangun sejak pukul 3) dan aku yang menunggui warung.

Jadi, kado itu agak tidak jelas. Ungkapan kasih sayang atau kontraprestasi majikan kepada buruhnya. Kraiii.

Mungkin kalian berpikir, garing sekali relasi kekeluargaan di rumah kami. Ya, kadang begitu. Seperti tinggal di rumah tetangga saja. Orang tua irit bicara dan tidak gemar bermanja-manja dengan anak. Kadang masih ada guyonan yang bikin ketawa di ruang keluarga, seringnya datang dari bapak. Guyonnya dulu lucu, tapi sekarang kok rasanya sadis. Dia, yang diikuti oleh kami, mengerjai adikku dengan bilang bahwa adik adalah anak tukang becak. Kami mengulang-ngulang itu sampai si adik marah.

Atau lawakan (di mata kami para anak memang kayak lawakan) ketika ibu dan bapak berdebat sampai urat lehernya keluar soal (1) Peterpan itu bagus atau tidak (ibu fans garis keras Ariel, bapak tidak suka), atau (2) Jokowi atau Prabowo yang pantas menang. Mereka memang beda pilihan waktu itu.

Tapi, setelah makin tua aku baru sadar, gaya ibuku itu bikin kami mandiri dan tidak manja.

Kami tidak pilih-pilih makanan (karena baginya, makan apa yang ada di meja—masakan yang ia bikin 15 menit sebelum waktunya makan akibat dia sibuk kerja—atau kalau rewel, nggak usah makan sekalian). Kami tidak suka merengek minta antar jemput sekolah (karena malah kena omel). Juga tidak pernah merengek berlebihan minta sesuatu (tambah diomelin). Aku dan adik-adikku bahkan mencari sendiri universitas yang kami inginkan, daftar sendiri, pergi ke kota lain sendiri, dan cari kos sendiri.

Hingga aku lulus kuliah, ibuku tak pernah sekali pun menjengukku di Jogja.

Hal-hal itu tidak banyak berubah hingga kami besar. Aku sudah delapan tahun tidak tinggal di rumah. Dan hingga hari ini, kami SMS-an—belakangan WhatsApp-an—paling hanya sekali sebulan. Itu pun dia tanya kabar kucingku. Ya: (((KUCINGKU))).

Pernah ada anomali. Suatu kali ibuku ulang tahun. Dua adikku di rumah, yang besar dengan kultur nonton Running Man alay itu sok-sok ngasih surprise untuk ibuku. Hal yang mungkin sampai Isrofil kasih telolet kelak, hanya akan terjadi sekali dua kali. Kisah ini diceritakan ibuku kepadaku saat aku pulang.

Tengah malam, adik pertama (kelas 3 SMA) membangunkan adik kedua (masih SD). Keduanya lalu mengendap-endap ke gudang mengambil kue yang sudah dibeli sore tadi dan disembunyikan di sana. Adik kedua ke ruang tamu mencari korek yang biasa dipakai bapak untuk merokok.

Sementara mereka kasak-kusuk di belakang, rupanya ibuku dengar berisik itu dari kamarnya. Sejak dulu ibuku memang suka terbangun malam-malam untuk mengecek apakah ada yang mengompol atau sedang sakit.

Mendengar kasak-kusuk itu, dia sudah siap-siap marah. Apalagi nih anak dua, malam-malam masih ngendap-ngendap, pikirnya. Ketika dia memergoki dua anak itu di gudang, keduanya terlonjak kayak lihat hantu. Lah, yang mau dikasih kejutan datang, padahal lilin kuenya belum dinyalain. Mereka langsung kasih kue itu ke tangan ibuku, lalu bilang “Selamat ulang tahun, Mak!” cepat-cepat, terus ngacir ke kamar. Ibuku melongo lihat kue di tangannya.

Dia ceritain itu ke aku sambil ketawa ngakak sampai nangis. Karena ternyata, selain kue itu, dua cecunguk tadi juga punya kado lain: sebuah buku tentang Jokowi. Ibuku memang pro-Jokowi di pilpres 2014.

Besok paginya, ibuku menginterogasi keduanya. Ternyata, kemarin sore keduanya sempat “hilang” agak lama. Yang SD ngacir naik sepeda dengan alasan beli pelet ikan, yang SMA nggak kunjung pulang dari sekolah walau sudah sore. Pas pulang, keduanya dimarahin.

Dengan ibuku yang seperti itu, aku masih merasa janggal sekaligus lucu kalau harus bilang “Selamat Hari Ibu” ke dia. Atau nunjukin tulisan ini ke dia. Bisa-bisa aku ngomong gitu cepat-cepat dan langsung ngacir pula.

Ini bukan berarti aku tidak sayang sama ibuku. Ada yang bilang, anak perempuan lebih dekat dengan bapak sampai mereka tahu rasanya melahirkan dan merawat anak. Aku rasa aku nggak perlu menunggu selama itu untuk tahu perjuangan ibu itu berat dan menghargainya.

Aku pikir, hal terbaik dari Hari Ibu adalah dengan mengingat ulang hal-hal aneh yang lucu dan sedih di antara kami, dan kemudian memaklumi, seiring aku yang makin tua, bahwa bagus dan jeleknya apa yang ibuku lakukan dulu, harusnya aku maklum saja. Sekarang aku sudah tahu rasanya jadi orang dewasa, walau belum jadi istri dan ibu.

Menulis ini, aku tetiba teringat kepada ibu-ibu Kendeng yang hampir dua tahun masih berjuang melawan kesewenangan pabrik semen dan pemerintah daerah, ke sana kemari untuk mencari keadilan. Mungkin anak-anaknya rindu ibu mereka yang sehari-hari di rumah. Tapi, mereka harus bangga karena ibu mereka itu hebat sekali. Jika semua hari dalam setahun jadi Hari Ibu, rasanya itu pun masih terlalu sedikit untuk membalas jasa mereka.

Terakhir diperbarui pada 1 Juli 2017 oleh

Tags: featuredhari ibuom telolet omtelolettolelot
Prima Sulistya

Prima Sulistya

Penulis dan penyunting, tinggal di Yogyakarta

Artikel Terkait

selamat hari ibu hari perempuan 22 desember sejarah asal-usul ucapan selamat hari ibu mojok.co

Selamat Hari Ibu untuk Sembilan Perempuan

22 Desember 2019

Jarang Bilang Sayang ke Orang Tua Gara-Gara Malu? Bukan, Ini Semua Gara-Gara Orang Tua Itu Sendiri

20 Juli 2019
ibu

Hari Ibu untuk Ibu yang Tak Sempat Merasakan Bangku Sekolah

22 Desember 2018
Minat Baca di Indonesia Rendah, Ah Kata Siapa?

Ketika Hari Ayah Baru Terasa Ketika Kamu Sudah Jadi Ayah

12 November 2018
Laki-laki Indonesia

Bahagialah Laki-Laki Yang Hidup di Indonesia

22 Desember 2017
Hari-Hari Seragam PNS Kementerian Keuangan

Hari-Hari Seragam PNS Kementerian Keuangan

16 Mei 2017
Pos Selanjutnya

Alasan Absurd Orang Tak Suka Jengkol

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Selamat Hari Ibu untuk Ibu yang Tidak Romantis Blas

Selamat Hari Ibu untuk Ibu yang Tidak Romantis Blas

22 Desember 2016
Lokasi 18 SPBU di Jogja untuk uji coba MyPertamina

Lokasi 18 SPBU di Jogja yang Jadi Tempat Uji Coba MyPertamina untuk Roda Empat

30 Juni 2022
Garuda Pancasila, Sudharnoto

9 Fakta Pencipta Lagu Garuda Pancasila yang Tersingkir dari Sejarah

26 Juni 2022
kecurangan SBMPTN

Polisi Amankan 15 Pelaku Kecurangan SBMPTN di UPN Veteran Yogyakarta

28 Juni 2022
Pertamina dan aplikasi MyPertamina yang bikin ribet rakyat kecil! MOJOK.CO

MyPertamina dan Logika Aneh Pertamina: Nggak Peka Kehidupan Rakyat Kecil!

29 Juni 2022
Kasman Singodimedjo tagih janji ke Sukarno sial Piagam jakarta

Kasman Singodimedjo, Menagih Janji 7 Kata Piagam Jakarta pada Sukarno

26 Juni 2022
PPDB SMA/SMK DIY dan sekolah pinggiran kekurangan murid

PPDB SMA/SMK Ditutup, Sekolah Pinggiran di DIY Kekurangan Murid

30 Juni 2022

Terbaru

prambanan jazz mojok.co

Tentang ‘Golden Hour’, Waktu Tersyahdu Nonton Prambanan Jazz

3 Juli 2022
es doger balai yasa mojok.co

Kesegaran Es Doger Balai Yasa dan Kenangan tentang Lapas Cebongan

3 Juli 2022
Wasesa dari Dragon Ball dirikan Hobikoe jual beli barang antik di Indonesia

Berawal dari Dragon Ball, Wasesa Jual Beli 200 Ribu Barang Antik

3 Juli 2022
sai sapi jogja mojok.co

Sei Sapi, Saat Daging Asap NTT Beradaptasi dengan Lidah Jogja

2 Juli 2022
tyrell malacia mojok.co

Tyrell Malacia Resmi ke MU, Target Selanjutnya Lisandro Martinez

2 Juli 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In