Saya Katolik tapi Hormati Keputusan Deddy Corbuzier jadi Mualaf - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Saya Katolik tapi Hormati Keputusan Deddy Corbuzier jadi Mualaf

Robertus Bellarminus Nagut oleh Robertus Bellarminus Nagut
24 Juni 2019
0
A A
Saya Katolik tapi Hormati Keputusan Deddy Corbuzier jadi Mualaf
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Saya menghormati keputusan Deddy Corbuzier jadi mualaf, meski itu artinya kami yang Katolik ini bisa saja merasa semakin inferior di negeri ini.

Mendengar kabar Deddy Corbuzier jadi mualaf, saya tiba-tiba ingat masa saya mengalami situasi yang sulit sekali, ketika merasa bahwa pindah agama akan menyelesaikan segala persoalan hidup. Padahal, tentu saja, itu belum tentu. Iya to?

Saya pikir, sebagian besar orang pernah mengalami situasi serupa, merefleksi apakah agama yang dipeluknya saat ini adalah yang paling mampu membahagiakannya atau justru hanya sebagai pelarian semata?

Deddy Corbuzier tentu meyakini yang pertama sebagai mualaf. Karena itulah dia dengan mantap mengucapkan syahadat sekaligus mengumumkan secara resmi keyakinannya yang baru, meski tidak berhasil melakukannya secara live di televisi.

Karena keyakinan itulah saya menghormati keputusan tersebut, meski itu artinya kami yang Katolik ini bisa saja semakin merasa minoritas di negeri ini.

Sebab Deddy Corbuzier, yang public figure itu, yang di setiap sembahyang Rosario bergilir di komunitas basis gerejani, tidak lagi bisa menjadi percakapan yang membanggakan—“tadi nonton transtivi to? Deddy Corbuzier itu kita punya orang e. Hebat juga kita punya orang e”—yang mampu meningkatkan kepercayaan diri bahwa meski negeri ini mayoritas muslim tetapi ruang-ruang publik adalah milik semua orang yang hebat terserah apa pun agamanya.

Baca Juga:

katolik dan kristen protestan mojok.co

Katolik dan Kristen Protestan Serupa tapi Tak Sama, Ini Beberapa Perbedaannya

14 Februari 2023
letkol tituler mojok.co

Sosiolog UGM Minta Penjelasan Prabowo Soal Letkol Tituler Deddy Corbuzier

15 Desember 2022

Bagaimanapun, keputusan pindah agama adalah hal yang tak pernah mudah. Selain soal personal—keyakinan akan kebahagiaan dunia-akhirat dan lain sebagainya, soal-soal sosial adalah hal yang harus menjadi pertimbangan yang dipikirkan masak-masak.

Saya ingat betul bagaimana saya dan teman-teman Katolik saya meyakini bahwa menurunnya prestasi Manny Paquiao akhir-akhir ini lebih berhubungan dengan keengganannya berdoa Rosario sebelum pertandingan, dan mengabaikan bahwa hal itu tersebab faktor usia The Packman yang sudah tidak muda lagi.

Atas dasar itulah saya menulis catatan ini, yang akan  terdiri dari dua bagian.

Pertama soal nama santo pelindung yang harus Deddy tanggalkan, dan kedua soal perjuangan menghadapi mulut nyinyir kita sekalian.

Pertama, Soal Santo Pelindung

Begini. Kamu mungkin baru tahu bahwa nama lengkap Deddy Corbuzier adalah Deodatus Andreas Deddy Cahyadi Sunjoyo.

Jangan berkecil hati. Saya juga baru tahu (memangnya saya siapa?) dan serentak iri hati karena arti dua kata pertama itu indah sekali; Andreas yang diberikan/dihadiahkan Tuhan.

BapaMama-nya pasti senang sekali ketika Kak Deddy lahir makanya diberilah nama baptis seindah itu. Tapi, bukan berarti sa pu BapaMama tir senang ketika saya lahir.

Di Kupang, ketika saya lahir, satu-satunya referensi pemberian nama baptis adalah Kalender Katolik. Nah, saya lahirnya ketika Orang Kudus yang diperingati hari itu adalah Robertus Bellarminus. Demikianlah asal usul nama saya.

Orang tua saya bahagia sekali hari itu. Dan di hari-hari berikutnya. Sampai suatu ketika saya bilang saya agak lelah jadi Katolik.

“Bagaimana kalau saya pindah agama?” tanya saya suatu ketika di usia yang masih muda belia.

Guru Don, Ayah saya yang mantan seminaris itu, hening lama. Sebelum akhirnya bertanya agama baru apa yang saya pilih? Giliran saya yang diam.

Maksud saya, di bawah pertanyaan itu, ratusan kalimat tanya lainnya tak terucap. Di antaranya:

Apakah akan jadi lebih baik sebagai manusia di agama yang baru? Apakah ingin pindah agama karena ingin nikah beda agama—mereka selalu membayangkan akan menikahkan anak-anak mereka di gereja?

Apakah saya tidak akan rindu masakan mama (misalnya agama baru membuat saya tidak boleh menyantap makanan tertentu)? Apakah agama yang baru itu lebih baik? apakah dengan pindah agama saya bisa membuat wajah toleransi kita akan lebih baik? Dan lain-lain.

Pertanyaan yang paling mudah dijawab dari daftar tak terungkap tadi adalah apakah agama baru itu lebih baik?

Meski ketika itu saya belum memutuskan akan pindah ke agama apa, jawabannya jelas! Bagi saya, semua agama sama baiknya! Yang sulit adalah soal masakan mama (saya tidak mau mama mengubah cara memasak atau terpaksa bekerja lebih keras menyiapkan menu khusus), dan yang paling sulit adalah apakah saya akan jadi manusia yang lebih baik jika pindah agama?

Aduh, itu sulit sekali. Iya, rajin ke gereja saja tidak lantas membuat saya menjadi manusia yang lebih baik. Perlu ada pekerjaan besar lain selain menjadi orang beragama agar saya bisa jadi manusia yang baik.

Banyak yang ibadahnya hebat sekali tetapi mulutnya kotor sekali. Iya kan?

Namun, seperti tidak hendak membiarkan keputusan pindah agama itu mudah, pertanyaan lain disampaikan: mau pakai nama apa nanti?

Demi Robertus Bellarminus yang Teofilus itu, saya bingung sampai ke level advance ketika dengar pertanyaan ini. Tidak datang dari BapaMama tetapi dari beberapa teman yang merasa bahwa saya tidak punya alasan yang cukup meyakinkan untuk pindah agama. Nama apa yang akan saya pakai di agama yang baru?

Maksud saya, memilih nama baru di zaman setiap hal harus memiliki pesan tersembunyi seperti sekarang ini berarti bahwa saya harus belajar lagi arti-arti nama tokoh-tokoh atau peristiwa penting di agama yang baru itu, agar saya tampak keren pilihan tersebut dapat dijelaskan secara masuk akal.

Saya merasa, itu adalah pekerjaan yang luar biasa sulitnya. Bertanggung jawab pada Santo Robertus Bellarminus saja tidak pernah berhasil saya lakukan padahal nama itu saya pakai bertahun-tahun. Butuh berapa tahun lagi agar saya dapat bertanggung jawab pada nama yang baru?

Namun, tentu bukan hal sederhana itu yang membuat saya batal pindah agama. Yang terbesar adalah karena saya tidak terlampau yakin apakah ketika memeluk agama yang baru nanti saya tidak tergoda untuk menjelek-jelekkan agama yang lama atau membandingkan agama yang baru itu dengan betapa lebih mudah segalanya bagi saya ketika memeluk agama yang lama?

Karena itulah saya menghormati keputusan Deddy Corbuzier mengucapkan syahadat.

Dia pasti telah melalui masa-masa refleksi yang panjang dan telah melampaui segala persoalan sederhana tadi. Dia telah mantap meninggalkan Deodatus Andreas dan akan segera memakai nama baru. Semoga segala urusan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dapat berjalan lancar.

Kedua, Soal Mulut Nyinyir Kita Sekalian

Deddy Corbuzier akan berhadapan dengan dua pihak sekaligus. Pihak yang ditinggalkan dan pihak yang ditujunya.

Pihak pertama pasti menudingnya aneka rupa. Deddy butuh popularitas karena itu dia harus pindah ke kelompok mayoritas. Aduh, jual agama demi harta.

Itu tuduhan kami yang ditinggalkan; tanpa berpikir bahwa Deddy sudah populer sekali dengan trik-trik sulapnya.

Sementara itu, pihak kedua belum tentu akan dengan serta merta menerimanya. Ah… udah mulai nggak laku kan? Makanya bikin sensasi melalui sentimen mayoritas. Memalukan!

Begitulah! Di balik setiap peristiwa besar, terdapat mulut netizen yang lebih besar.

Deodatus, Andreas, eh, Deddy Corbuzier tentu telah memikirkannya dengan matang. Karena itulah saya menghormati keputusannya. Keputusan yang diambil Deddy Corbuzier di masa-masa yang sulit di negeri ini; agama menjadi komoditas apa saja.

Bahwa ada hal yang seharusnya tidak perlu Deddy Corbuzier lakukan adalah merencanakan peristiwa pindah agama itu sebagai percakapan publik. Maksud saya, apakah dengan mengucapkan syahadat di televisi akan membuat Deddy Corbuzier menjadi pemeluk Islam yang taat?

Apakah dengan menjadikannya viral maka akan semakin banyak orang lantas berpikir untuk menjadi mualaf? Belum tentu.

Saya sendiri tidak pindah agama karena belum cukup baik memeluk agama yang lama. Lalu menikah secara Katolik. Dengan gadis Katolik yang taat. Sampai sekarang menjadi Katolik dan belum cukup baik juga.

Kapan, Kakak?

Bukan karena alasan yang terlampau sulit. Saya hanya merasa, saya baru boleh pindah kalau telah cukup hebat membuat semua pemeluk agama saya menjadi toleran kalau kepindahan saya membahagiakan: saya dan orang-orang di sekitar.

Kalau tujuannya adalah popularitas, tidak perlu dengan pindah agama. Media sosial saya kira cukup. Asal tahan banting saja. Sesuatu yang Deddy Corbuzier sudah punya sejak lama. Selamat buat Om Deodatus Deddy Corbuzier. Semoga menjadi muslim yang taat dan dicintai semua orang.

Terakhir diperbarui pada 24 Juni 2019 oleh

Tags: deddy corbuzierDeddy Corbuzier mualafKatolik
Robertus Bellarminus Nagut

Robertus Bellarminus Nagut

Artikel Terkait

katolik dan kristen protestan mojok.co
Sosial

Katolik dan Kristen Protestan Serupa tapi Tak Sama, Ini Beberapa Perbedaannya

14 Februari 2023
letkol tituler mojok.co
Politik

Sosiolog UGM Minta Penjelasan Prabowo Soal Letkol Tituler Deddy Corbuzier

15 Desember 2022
deddy corbuzier letko tituler mojok.co
Kilas

Diangkat Jadi Letkol Tituler, Bagaimana Nasib Youtube Close The Door Deddy Corbuzier?

13 Desember 2022
Deddy Corbuzier Harus Mendengar Istrinya: Jangan Kepo Urusan Rahim! MOJOK.CO
Esai

Deddy Corbuzier Harus Mendengar Istrinya: Jangan Kepo Urusan Rahim!

21 November 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
arsenal freddie ljungberg

Arsenal dan Freddie Ljungberg: Menyambut Kebijakan “Klub Miskin”

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka MOJOK.CO

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka

15 Maret 2023
Saya Katolik tapi Hormati Keputusan Deddy Corbuzier jadi Mualaf

Saya Katolik tapi Hormati Keputusan Deddy Corbuzier jadi Mualaf

24 Juni 2019
Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Ego di Jalan Raya MOJOK.CO

Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya

18 Maret 2023
sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
Samsung Galaxy A Series Android Terbaik MOJOK.CO

Samsung Galaxy A Series: Seri Terbaik untuk Kelas Midrange Android

21 Maret 2023
Honda Supra X 125 Tetap Juara di Pelosok Indonesia MOJOK.CO

Honda Supra X 125: Tetap Juara di Pelosok Indonesia

20 Maret 2023
jurusan kedokteran mojok.co

Selektivitas 7 Jurusan Kedokteran Terbaik di Indonesia 

16 Maret 2023

Terbaru

manfaat puasa mojok.co

Pakar UGM: Berpuasa Baik untuk Kesehatan Mental

23 Maret 2023
rohana kudus pahlawan perempuan

Rohana Kudus: Bermula dari ‘Homeschooling’, Jadi Gemar Bikin Sekolah, Lanjut Jadi Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia

23 Maret 2023
Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah. MOJOK.CO

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah 

23 Maret 2023
universitas brawijaya mojok.co

15 Jurusan yang Sepi Peminat di Universitas Brawijaya, Tingkat Ketetatannya Rendah!

23 Maret 2023
surat pelaku mutilasi mojok.co

Isi Lengkap Surat Pelaku Mutilasi di Sleman Sebelum Tertangkap

23 Maret 2023
massa mengambang jelang pemilu

Jelang Pemilu, Apa itu Massa Mengambang yang Jadi Rebutan Parpol?

22 Maret 2023
Wage Rudolf: Rasisme Jogja dan Kumandang Indonesia Raya

Wage Rudolf: Rasisme Jogja dan Kumandang Indonesia Raya

22 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In