Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai

Putus Cinta dan Alasan Ogah Move On

Nurhady Sirimorok oleh Nurhady Sirimorok
26 November 2014
0
A A
Putus Cinta dan Alasan Ogah Move On
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Barusan saya tonton lagi video YouTube itu. Bila diminta memberinya judul, saya akan tulis begini: “Seorang dosen mendengarkan mahasiswinya yang basah kuyup bercerita tentang kisah cinta yang putus, dan inilah yang terjadi…”

Kisahnya dimulai ketika sang dosen mendengarkan cerita mahasiswinya yang habis menembus hujan demi menghadiri kelas. Itu kejadian lama, tahun 1978, dosen itu menceritakannya ketika nyaris seluruh rambut di kepala dan wajahnya sudah memutih. Si gadis curhat di kelas mengenai hubungan dengan kekasihnya. Dari sana diskusi berkembang, membahas bagaimana orang menggambarkan situasi hubungan asmara mereka. Khususnya, kiasan apa saja yang mereka gunakan untuk kisah cinta yang putus itu.

Walhasil, pria dengan brewok putih itu, George Lakoff, menemukan sesuatu yang akan menentukan kariernya. (Eh, karena cerita si gadis, ia menjadi salah satu ahli metafora yang disegani dunia.) Tapi ceritanya kita singkat saja. Dari diskusi itu, Lakoff melihat satu hal menarik: metafora-metafora yang dipakai untuk menjelaskan situasi hubungan percintaan ternyata punya pola tertentu. Saking konsistennya, pola itu “nyaris seperti peta matematika saja,” katanya.

Coba lihat deretan potongan kalimat ini: “…hit dead-end street” (menemui jalan buntu), “at cross road” (sedang di persimpangan), “…long bumpy road” ([sedang melewati] jalan yang panjang dan berbatu), “we spinning our wheel” (roda berputar, kendaraan tidak bergerak), “…off the track” (keluar badan jalan) atau “go in different direction” (terpisah arah tujuan).  Semua mengandaikan hubungan asmara sebagai sebuah kendaraan yang tengah bepergian, dalam perjalanan menuju satu tujuan. Dua sejoli yang memadu kasih menjelma sepasang pengelana. Cinta adalah perjalanan.

(Bagi kalian yang tertarik, silakan tonton kuliah Pak Lakoff ini)

Bagaimana dengan cinta di Indonesia? Saya agak terkejut juga ketika iseng menerjemahkan potongan-potongan kalimat di atas. Menggunakan kiasan perjalanan sangat sulit untuk menjelaskan hubungan asmara dalam bahasa Indonesia. “Hit dead-end street” atau “at cross road”, di Indonesia lebih mudah kalau diartikan sebagai kekasih yang sedang galau menghadapi keretakan hubungan. Sedangkan “long bumpy road” atau “spinning our wheel”, gampangnya, sepasang kekasih sedang berjuang mempertahankan hubungan supaya tidak putus. “Off the track” atau “go in different direction” dalam bahasa Indonesia artinya jelas: putus cinta.

Bisa lihat kan, bedanya?

Baiklah, kalau masih kurang jelas, mari kita lihat frasa-frasa yang sudah sangat akrab bagi kita semua: putus cinta, patah hati, hati hancur dan kawan-kawannya. Apa yang dilakukan kata-kata yang menempeli kata cinta dan hati itu?

Kata ‘patah’ mengubah cinta menjadi sebatang kayu atau balok, sementara ‘putus’ mengingatkan kita akan tali atau jembatan, sedangkan ‘hancur’ atau ‘remuk’ membuat kita membayangkan rusaknya benda seperti batu, porselen atau batok kepala.

Kalau begitu, setidaknya dalam keseharian kita, cinta dibayangkan sebagai penyatuan sesuatu yang sebelumnya terpisah untuk kemudian mengeras, memadat, menjadi satu benda padat. Kita pun sering menemukan keterangan seperti “seiring berjalannya waktu” untuk menggambarkan proses memadat itu. Sebaliknya, bila hubungan asmara terhenti, berarti benda padat itu rusak, bisa dengan cara patah, putus atau hancur, bergantung jenis benda padatnya.

Kesimpulan sementara: para kekasih adalah partikel terpisah yang sedang menyatu, hubungan percintaan adalah proses pemadatan partikel yang sedang menyatu itu. Cinta adalah benda padat.

Tentu ada banyak cara menafsir perbedaan ini. Tapi saya cenderung bilang begini: bila di budaya penutur Inggris, cinta diandaikan sebagai perjalanan menuju satu tujuan bersama, di Indonesia tujuannya adalah penyatuan itu sendiri.

Bila cinta—benda padat itu—terputus, patah, hancur atau remuk, lazimnya kita sering melihat ada dua pilihan: diperbaiki lagi atau dibiarkan terpisah untuk mencari pasangan masing-masing. Artinya mengulang lagi proses penyatuan entah dengan pasangan baru atau yang sama. Penyatuan (kembali) selalu menjadi tujuan.

Jadi, kawan-kawan, jangan khawatir. Karena bagi kita cinta bukan sebuah perjalanan, kita memang tidak perlu berusaha move on dari putus cinta.

Terakhir diperbarui pada 2 Maret 2021 oleh

Tags: MantanMove OnPatah HatiPutus Cinta
Iklan
Nurhady Sirimorok

Nurhady Sirimorok

Artikel Terkait

Kapankah Saat yang Tepat untuk Putus Cinta? | Semenjana Eps. 6
Movi

Kapankah Saat yang Tepat untuk Putus Cinta? | Semenjana Eps. 6

3 Maret 2025
Mereka yang Disuruh Putus Orang Tua Pacar karena Bukan Mahasiswa: Sakit, tapi Tak Perlu Repot-repot Kasih Pembuktian MOJOK.CO lebaran
Liputan

Cerita Pilu 2 Pria yang Hubungannya Kandas Menjelang Lebaran, Ada yang Bawa-bawa Agama dan Dianggap Tak Punya Masa Depan!

9 April 2024
Sinar Jaya, Sleeper Bus Saksi Gagal Menikahi Mantan MOJOK.CO
Otomojok

Sleeper Bus Sinar Jaya Sukses Membangkitkan Kenangan Pahit Setelah Saya Gagal Menikahi Mantan

20 Maret 2024
Orang-orang yang Ngasih ‘Jatah’ Mantan Sebelum Nikah, Ingin Tuntaskan Rasa yang Tertinggal MOJOK.CO
Ragam

Orang-orang yang Ngasih “Jatah Mantan” Sebelum Nikah, Demi Kepuasan dan Tuntaskan Rasa yang Tertinggal

19 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

3 Strategi Menikmati Kopi Klotok, Ujung Tombak Wisata Jogja (Hammam Izzudin:Mojok.co)

Kopi Klotok Jogja Bikin Malas Warga Lokal, tapi Dicintai Wisatawan meski Harus Antre Panjang sambil Berdiri Sampai 1 Jam

6 Juli 2025
Pakuwon Mall Surabaya tarif parkir mahal bagi orang Jakarta. MOJOK.CO

Syok Saat Pertama Kali ke Pakuwon Mall Surabaya, Tarif Parkirnya Lebih Mahal daripada di Jakarta padahal Cuman Ingin Nongki

3 Juli 2025
Naik Bus Ladju ekonomi Surabaya Jember: takjub dengan jenis penumpangnya, bersiap dengan banyak hal tak terduga MOJOK.CO

Naik Bus Ladju Ekonomi Surabaya-Jember: Takjub sama Jenis Penumpangnya, Bikin Waswas karena Banyak Hal Tak Terduga

9 Juli 2025
Catatan Kritis Atas Reduksionisme Biologis Pemikiran Ryu Hasan MOJOK.CO

Catatan Kritis Atas Reduksionisme Biologis Pemikiran dr. Ryu Hasan

3 Juli 2025
Honda Vario 125 Pilihan Orang Waras, Tua tapi Kuat MOJOK.CO

Honda Vario 125 Pilihan Orang Waras, Warisan Rangka Tua yang Nggak Menyedihkan Seperti Warisan Rangka ESAF Honda

10 Juli 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.