Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Pengalaman “Horor” di Perjalanan dari Surabaya Menuju Sidoarjo

Pemkot Surabayat perlu bekerja ekstra keras mengajak warganya pindah ke transportasi publik. Ajak warga dengan memberikan mereka alternatif transportasi yang lebih murah, aman, dan nyaman.

Iwan Nurdianto oleh Iwan Nurdianto
26 Oktober 2022
A A
Pengalaman “Horor” di Perjalanan dari Surabaya Menuju Sidoarjo MOJOK.CO

Ilustrasi Pengalaman “Horor” di Perjalanan dari Surabaya Menuju Sidoarjo. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

“Horor” itu masih berlanjut

“Horor” berikutnya adalah saat saya salah jalur. Setelah menyeberang dengan aman, saya memilih jalur kedua karena berpikir bisa mengakses jembatan dari jalur itu. Jalur tengah memang lebih aman karena jumlah kendaraan relatif lebih sedikit.

Rupanya saya keliru. Ada selokan yang menghalangi saya sebelum jembatan. “Asyuuu,” pikir saya. Saya sempat menyeberang tanpa melewati jembatan. Karena saya harus melewati jalur arah Sidoarjo dan sebuah rel kereta serta tanah becek di sekitarnya, saya memutuskan balik kanan.

Saya terpaksa kembali dan menyusuri jalur satunya. Jalur itu sebagian digenangi air. Saya harus berjalan di atas taman demi mencapai jembatan. Sebuah mobil melaju kencang dan celana saya terkena muncratan air dari genangan.

“Jancoook!” Saya berteriak.

Siksaan bertambah saat celana makin basah terkena daun-daun tanaman hias. Belum lagi lubang di beton taman yang harus saya hindari.

Akhirnya, saya bisa mencapai jembatan laknat ini. Tak ada penerangan, saya mesti menaiki tangga yang cukup tinggi. Jembatan ini tak memiliki atap sehingga air hujan langsung turun membasahi tubuh. Jangan bayangkan warga disabilitas atau lanjut usia bisa melewati jembatan ini.

Bus yang terasa lengang

Turun dari jembatan, ada armada Suroboyo Bus di halte. Takut ketinggalan, saya bergegas mengejarnya. Dan akhirnya, setelah berjuang melewati jembatan di tengah hujan, dengan “horor-horor” yang menyertai, saya bisa menaiki bus menuju Terminal Bungurasih.

Cukup banyak warga Surabaya yang menaiki bus ini meski tidak memenuhi kapasitas. Saya sempat ngobrol dengan mas-mas dari Magetan yang ternyata sering memanfaatkan Suroboyo Bus. Dia mengaku senang karena biayanya yang lebih murah dibanding jika naik bus biasa atau angkot.

Beda dengan saat berangkat, bus arah Bungurasih ini terjebak kemacetan cukup lama. Jalur ini memang dikenal dengan kemacetan karena merupakan akses utama menuju Sidoarjo dan luar kota. Hal itu diperparah jika ada insiden yang menghalangi jalan. 

Beruntungnya saya, malam itu rupanya ada insiden kecelakaan di dekat Bundaran Waru. Waktu yang saya tempuh dari Halte UINSA ke Bungurasih hampir satu jam.

Jalur khusus bukan prioritas 

Ada perdebatan apakah Surabaya perlu jalur khusus untuk bus. Bagi saya, jalur khusus bukan prioritas. Lebih baik Pemkot mensubsidi tarif hingga 50 persen atau memperbaiki halte-haltenya. Angkutan-angkutan feeder juga perlu dihadirkan bekerja sama dengan sopir lyn (angkot kecil). Intinya, bagaimana Pemkot bisa membuat warga tertarik pindah dari angkutan pribadi ke angkutan publik.

Setelah sampai di Bungurasih, saya tak kesulitan mendapatkan armada Trans Jatim. Perjalanan menuju Halte Pondok Jati juga tak butuh waktu lama, yakni 30 menit. Akhirnya saya bisa sampai rumah dengan tersenyum. Total perjalanan saat pulang adalah 2,5 jam.

Meski ada kekurangan di sana-sini, pengalaman naik bus ke tempat kerja cukup menyenangkan. Beberapa hal positif antara lain badan tidak capek, peluang mengalami kecelakaan menurun, dan bisa lebih produktif sepanjang perjalanan.

Pemkot Surabayat perlu bekerja ekstra keras mengajak warganya pindah ke transportasi publik. Ajak warga dengan memberikan mereka alternatif transportasi yang lebih murah, aman, dan nyaman.

Iklan

Walikota Surabaya, Eri Cahyadi, pernah merasa bangga saat Surabaya menerima penghargaan sebagai kota ramah bersepeda. 

“Ada kebanggaan tersendiri bagi Kota Surabaya, karena hari ini diberikan penghargaan sebagai kota ramah bersepeda oleh perwakilan pengurus pusat Bike To Work Indonesia. Surabaya mendapatkan peringkat ketiga atau perunggu,” kata Eri Cahyadi saat perayaan Hari Sepeda Sedunia di Balai Kota Surabaya, Minggu (5/6/2022), seperti dikutip dari beritasatu.com.

Transportasi Surabaya harus ramah untuk siapa saja

Tentu saja Eri dituntut untuk membuat Surabaya tak hanya ramah bagi pesepeda tapi juga pejalan kaki dan para penumpang transportasi publik. Sayangnya, “horor-horor” yang saya alami menjadi gambaran jika Surabaya masih belum ramah untuk mereka.

“Horor-horor” itu tak lantas membuat saya kapok naik transportasi publik dan berencana menggunakannya setiap hari. Sehari setelah melakukan ujicoba, saya tetap menggunakan transportasi publik. 

Tapi, ada kebiasaan yang harus saya ubah semisal jam mandi, makan, dan berangkat lebih pagi. Saat naik motor, saya bisa masuk kerja seenaknya. Memang, tempat kerja saya di Surabaya membebaskan jam masuk kantor.

Meski biaya lebih mahal dibanding naik motor, saya tetap akan menggunakan transportasi publik menuju kantor. Dengan selisih biaya tak seberapa, harga yang saya bayar sepadan dengan manfaat yang saya peroleh.

“Horor-horor” yang saya alami semalam rasanya masih bisa saya terima.

BACA JUGA 8 Kebohongan tentang Kota Surabaya dan kisah menarik lainnya di rubrik ESAI.

Penulis: Iwan Nurdianto

Editor: Yamadipati Seno

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 24 September 2025 oleh

Tags: SidoarjoSurabayasuroboyo bustrans jatim
Iwan Nurdianto

Iwan Nurdianto

Content creator yang kini terdampar di stasiun tivi.

Artikel Terkait

Sirilus Siko (24). Jadi kurir JNE di Surabaya, dapat beasiswa kuliah kampus swasta, dan mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola amputasi MOJOK.CO
Sosok

Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

16 Desember 2025
Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO
Esai

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
Perantau Sidoarjo nekat jadi wasit futsal demi bertahan hidup di Jogja hingga akhirnya menyerah MOJOK.CO
Ragam

Perantau Sidoarjo Nekat Jadi Wasit Futsal demi Hidup di Jogja, Berujung Menyerah Kejar Mimpi di Kota Pelajar karena Realita

28 November 2025
Job fair untuk penyandang disabilitas di Surabaya buka ratusan lowongan kerja, dikawal sampai tanda tangan kontrak MOJOK.CO
Aktual

Menutup Bayangan Nganggur bagi Disabilitas Surabaya: Diberi Pelatihan, Dikawal hingga Tanda Tangan Kontrak Kerja

26 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

UAD: Kampus Terbaik untuk “Mahasiswa Buangan” Seperti Saya MOJOK.CO

UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan

16 Desember 2025
Lulusan IPB kerja sepabrik dengan teman-teman lulusan SMA, saat mahasiswa sombong kinin merasa terhina MOJOK.CO

Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah

17 Desember 2025
Kegigihan bocah 11 tahun dalam kejuaraan panahan di Kudus MOJOK.CO

Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

16 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Saat banyak teman langsungkan pernikahan, saya pilih tidak menikah demi fokus rawat orang tua MOJOK.CO

Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban

15 Desember 2025
Atlet panahan asal Semarang bertanding di Kota Kudus saat hujan. MOJOK.CO

Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

19 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.