ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai

Menjadi Wagu dan Bodoh bersama Florence Sihombing

Iqbal Aji Daryono oleh Iqbal Aji Daryono
2 September 2014
0
A A
Florence Sihombing

Florence Sihombing

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Suatu kali budayawan Emha Ainun Najib bikin acara obrolan bersama. Di situ, selain hadir segenap “ummat” Cak Nun, juga hadir banyak orang lintas agama. Ada pastur berikut para suster, pendeta Protestan, para bhiksu dan bhiksuni, dan lain-lain.

Saking aneka warnanya pemeluk keyakinan yang datang, Cak Nun nyeletuk, “wah ini malaikatnya pada pusing ini, gimana mau mencatat kebaikan orang-orang ini?” Hadirin tertawa.

Semua boleh ketawa. Tapi mendengar celetukan Cak Nun itu tadi, beberapa orang yang entah pada malam itu lagi ngapain, kemudian lempar komentar. Lewat media sosial, juga lewat media resmi mereka. “Cak Nun ngawur! Lha wong malaikat itu jelas-jelas makhluk Allah yang tidak bisa khilaf, diciptakan memang untuk tunduk total kepada Allah, masak dibilang malaikat bingung?? Cak Nun ini paham agama enggak sih? Jelas pernyataannya itu menunjukkan kesesatan cara berpikirnya!”

Kurang lebih begitu kejadiannya. Membaca komentar-komentar galak tadi, saya speechless habis. Sampai bingung mau menghadirkan sudut pandang saya seperti apa. Yang bisa saya sampaikan cuma komentar paling bernas, tajam, ilmiah, akuntabel, tapi hanya terdiri dari dua kata saja, yaitu: “Capek deeeeeh…!”

Ketika beberapa hari ini ramai kasus Florence Sihombing, saya teringat dengan peristiwa celetukan Cak Nun dan respons beberapa orang istimewa itu. Memang pola keduanya nggak mirip-mirip amat sih. Tapi yang kita lihat adalah pemandangan yang sama, banyak orang cenderung berlebihan dan membabi-buta.

***

Pernah suatu ketika di sebuah kontrakan lusuh di bilangan Sagan, Yogyakarta, saya dan teman-teman semalaman suntuk mendiskusikan definisi ‘wagu’. Kami gagal. Rapat Badan Bahasa Sagan mengalami deadlock. Alih-alih menemukan rumusan makna yang memuaskan atas istilah itu, kami malah terlalu produktif menyusun contoh-contoh manusia wagu. Mereka adalah teman-teman kami sendiri, yang tentu saja nggak ikut hadir di forum malam itu.

Dan sekarang, sekelompok orang yang menyeret Florence Sihombing ke penjara itu masuk ke dalam daftar kami. Entah apa istilah akademis yang cocok buat mengkategorisasi sikap-sikap mereka itu, yang jelas saya pribadi meyakini istilah ini memang paling pas buat orang-orang LSM Jatisura dan sejenisnya: W-A-G-U. Gak jauh beda dengan orang-orang galak yang menghujat Cak Nun karena celetukannya soal malaikat.

Nah, kalau kategorisasi orang-orang itu sekabur ‘wagu,’ satu istilah paling absurd se-KBBI, lalu apa Sampeyan kira saya akan bisa memberikan analisis ndakik-ndakik atas semua ini? Ya enggak lah. Otak saya gak nyandhak. Wagu ya wagu. Nggak usah dicerna pakai nalar, cukup dirasa-rasakan saja seberapa level kewaguan orang-orang itu.

Ketika mereka ngamuk karena dibilang bodoh, sampai-sampai menyeret Flo biar dipenjara, mereka lupa bahwa makian bodoh jugalah yang dulu justru melambungkan nama Jokowi. Waktu itu Jokowi diomeli dengan sebutan “walikota bodoh” oleh Gubernur Jateng Bibit Waluyo, gara-gara Jokowi menolak merobohkan pabrik es kuno Saripetojo untuk dibikin mall.

“Ya memang, saya ini bodoh,” begitu Jokowi menjawabnya. (Makhluk ini emang ajaib dan lunyu tenan).

Dengan menggunakan prinsip Aikido, ‘menyerang dengan tenaga lawan,’ Jokowi berhasil menjadikan omelan Bibit Waluyo sebagai bumerang. Bibit roboh akibat ocehannya sendiri, yang dipantulkan oleh kelicinan Jokowi. Dan sekarang.. Lihat tuh, Jokowi jadi presidenmu kan?

Orang-orang LSM Jatisura itu nggak jeli belajar dari fenomena Jokowi. Mereka nggak paham marketing, nggak pernah salaman sama Hermawan Kertajaya, nggak pernah sarapan ilmu strategi, dan kemungkinan nggak ada yang pinter main catur apalagi Dragon City. Pinginnya asal tubruk saja atas nama membela harga diri.

Sudahlah, saya nggak mau ikutan komen lebih jauh, nanti saya ikutan ditubruk juga. Mereka boleh saja melaporkan Flo ke Pak Polisi dengan bekal UU ITE. Tapi satu yang pasti: mereka itu wagu. Wagu puooool.

***

Minggu pagi kemarin, saya nulis di dinding fesbuk saya. Begini:

“Alur ceritanya simpel kok. Florence Sihombing bilang orang Jogja tolol dan tak berbudaya. Nah, orang-orang yang nyeret cewek itu ke polisi sedang memberikan bukti, bahwa kata-kata Florence memang benar adanya. Sesederhana itu.”

Dua teman saya berkomentar di sana. Darmanto Oloan Sitompul, seorang petani progresif, dan Purnomo Trilaksono, juragan perhiasan merangkap penggemar Soto Kemangi. Keduanya bilang kalau status fesbuk saya itu cerdas dan brilian.

Ya Tuhan, saya dibilang cerdas dan brilian. Saya berencana mempolisikan Darmanto dan Purnomo.

Terakhir diperbarui pada 4 Juni 2021 oleh

Tags: bodohflorencewarga
Iklan
Iqbal Aji Daryono

Iqbal Aji Daryono

Penulis dari Bantul. Lulusan Sastra Jepang, UGM.

Artikel Terkait

es teh es kopi reshuffle kabinet gibran rakabuming adian napitupulu erick thohir keluar dari pekerjaan utusan corona orang baik orang jahat pangan rencana pilpres 2024 kabinet kenangan sedih pelatihan prakerja bosan kebosanan belanja rindu jalan kaliurang keluar rumah mudik pekerjaan jokowi pandemi virus corona nomor satu media kompetisi Komentar Kepala Suku mojok puthut ea membaca kepribadian mojok.co kepala suku bapak kerupuk geopolitik filsafat telor investasi sukses meringankan stres
Kepala Suku

Hindari Corona, Tetaplah Hidup Walau Tidak Berguna

13 April 2020
Kisah Santri Pintar tapi Bapaknya Bodoh Nggak Ketulungan
Khotbah

Kisah Santri Pintar tapi Bapaknya Bodoh Nggak Ketulungan

27 Maret 2020
Edy Rahmayadi PSSI MOJOL.CO
Esai

Biar Nggak Konyol Kayak Edy Rahmayadi, Ini Cara Jawab Pertanyaan Wartawan

28 September 2018
MICIN
Esai

Yang Bikin Bodoh Bukan Micin, tapi Komentarmu Itu

2 November 2017
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

mahasiswa kkn.MOJOK.CO

Dapat Kelompok KKN “AFK” dan “Nggak Napak Tanah” Itu Seburuk-buruknya Nasib: Merepotkan Teman dan Warga Cuma Demi Nilai A

17 Juni 2025
Bus ekonomi Mira, saksi perantau Surabaya nekat ke Jogja tanpa bekal apa-apa buat cari kerja. Tujuh jam menderita dengan kerandoman penumpang MOJOK.CO

Naik Bus Mira karena Pengin Nikmati Perjalanan dengan Harga Murah, Malah Menderita karena “Keanehan” Penumpangnya

16 Juni 2025
Lomba Bidar Palembang Budaya Betulan, Bukan Sound Horeg MOJOK.CO

Saya Resah Melihat Palembang ketika Budaya Bodoh Bernama Sound Horeg dan Organ Tunggal Dianggap Pesta Rakyat Seperti Lomba Perahu Bidar

19 Juni 2025
lolos CASN lebih menjanjikan ketimbang kuliah S3. MOJOK.CO

Merelakan Kuliah S3 usai Lolos CASN adalah Pilihan Realistis di Tengah Kondisi Negeri yang Semrawut, meski Penempatan Tak Sesuai Harapan

17 Juni 2025
ASN.MOJOK.coJakarta Wajib Naik Transum Bisa Lahirkan Celah Tipu Muslihat MOJOK.CO

Anak Jadi PNS Bikin Ortu Suka Pamer Pencapaian, Padahal Sang Anak Tersiksa karena Gaji Kecil dan Sering “Dipalak” Teman

19 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.