Manunggaling YZR-M1 dan Valentino Rossi di MotoGP - Mojok.co
  • Kirim Artikel
  • Terminal
Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
Home Esai

Manunggaling YZR-M1 dan Valentino Rossi di MotoGP

Edi AH Iyubenu oleh Edi AH Iyubenu
15 September 2015
0
A A
Manunggaling YZR-M1 dan Valentino Rossi di MotoGP

Manunggaling YZR-M1 dan Valentino Rossi di MotoGP

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Berkali-kali nonton live race MotoGP di Sepang, Malaysia, bertubi-tubi pula keyakinan saya menebal bahwa Valentino Rossi (VR46) telah benar-benar mencapai level rider-makrifat. Orang boleh memekikkan nama Jorge Lorenzo, Marc Marquez, atau Dani Pedrosa sebagai junjungannya, serupa kaum muda memuja Agus Mulyadi, tetapi jika landasan teorinya adalah hierarki “syariat-tarekat-hakikat-makrifat” dalam jagat mistisisme MotoGP, hanya VR46 pencapai tertingginya.

Marc, misalnya, nyaring disebut-sebut sebagai penantang serius VR46. Dua musim berturut Marc menyikat gelar juara dunia balapan roda dua kelas premier itu. Tahun 2013 dan 2014. Ke mana VR46 dalam kurun dua musim itu?

Selama di Ducati (2011-2012), VR46 memang tak menangguk capaian podium istimewa. Akan tetapi, jika Anda berhenti pada pandangan slapstik demikian, yakinlah bahwa Anda termasuk orang yang belum move on dari label syariat dalam melihat segala sesuatu.

Cobalah beranjak ke level tarekat saja di sini, Anda akan melihat betapa VR46 telah menghibahkan impresi-impresi investatif untuk masa depan Ducati. Pada awal-awal musim balap tahun ini, Ducati melejit tak terduga dengan tiga torehan podium via Andrea Dovizioso. Jangan lupakan pula Andrea Iannone yang hanya berjarak seiprit poin dari Marc. Semua itu buah lezat dari impresi investatif yang diwariskan VR46.

Lantas, dengan timing yang ciamik, tahun 2013 VR46 hijrah ke Yamaha, pulang penuh semringah. Ia dan YZR-M1 pun kembali menyatu.

Baca Juga:

Pelajaran Political Correctness untuk Edy Mulyadi dari Suku Dayak

Tak Ada Milan Kundera di Mandalika

Kengeyelan demi Kengeyelan Valentino Rossi

Wahdatul Wujud YZR-M1 dan VR46

Dalam jagat sufisme, puncak capaian seorang salik (penempuh sufisme) adalah wahdlatul wujud (peleburan Diri dan Tuhan), seperti Al-Hallaj dengan ittihad-nya, Abu Yazid al-Bushtami dengan “la ilaha illa ana”-nya, Rabi’ah al-Adawiyah dengan takhalli-nya, Maulana Rumi dengan dervish dance-nya, ataupun Siti Jennar dengan Manunggaling Kawula-Gusti-nya.

Seseorang baru akan disebut murad, bukan murid, bila sudah berhasil ber-musyahadah pada Wujud Allah; dalam segala hal lagi ihwal. Melebur, menyatu, berittihad dalam ketunggalan. Manunggaling.

VR46 dan motor yang menjadi tunggangannya, YZR-M1, telah melebur sedemikian rupa hingga tak ada lagi jarak antara keduanya. Yang paling kasat mata, setiap akan start, VR46 selalu melakoni ritual khusyuk di sebelah YZR-M1; keduanya seolah saling berbicara, mendengar, menatap, hingga kemudian melesat.

Sampai di sini, dibandingkan Lorenzo dan Marc yang menjadikan motor sebagai kuda besi belaka, VR46 sudah sangat jauh melampaui. Dalam setiap race, mau tercecer di posisi berapa pun saat kualifikasi dan start, VR46-YZR-M1 selalu padu dan melesat-kilat setahap demi setahap memamah setiap rider di depannya. Termasuk Lorenzo dan Marc, apalagi Pedrosa yang masih gagap sama hafalan doa junub.

Coba bandingkan dengan sosok Marc. Ia selalu bicara tentang data, data, dan data, khas modernis-Cartesian. Setiap jelang free practice dan kualifikasi, betapa sibuknya Marc dengan kalkulasi komputer, statistik, analisis data, history race, dan kesesuaian sirkuit dengan motor. Marc terlihat betul bak pelaku syariat yang selalu sibuk dengan bacaan, tata gerak, rukun, bahkan syarat sah, sampai lupa menyelami hakikat bacaan dan gerakan ritualnya. Ia belum beranjak sama sekali ke ranah makrifat, ranah manunggaling.

Maka maklumi saja bila kemudian Marc kerap memperlihatkan sentimen negatif kepada VR46, seperti ketika ia disalip di tikungan terakhir di sirkuit Assen, Belanda, pada Juni kemarin. Bejibun klaim intoleran dilesatkan, persis orang yang baru tahu syarat dan rukun ibadah. Tak ada pemaknaan substantif sama sekali, yang niscaya akan lebih menenangkan hatinya.

Di sebelah Marc, meski lebih dewasa, Lorenzo tak jauh beda levelnya. Memang ia lebih matang secara emosional, tetapi tetap saja ia belum beranjak ke jenjang hakikat—masih jauh makrifat. Lorenzo masih mengeram di sarang tarekat belaka; jalan pintas-praktis.

Tak heran, dalam setiap race, Lorenzo ngibrit sekencang-kencangnya sejak start, berusaha melebarkan jarak sejauh mungkin dengan para rider lainnya. Ia begitu terobsesi dengan “jalan pintas”. Jika Lorenzo start di pole position, ah sudahlah, dapat diduga race bakal berjalan dengan sangat membosankan.

Tapi ya maklumi saja, memang begitulah lelaku orang yang belum naik ke level hakikat, apalagi makrifat. Abai terhadap kepuasan penonton, asyik dengan diri sendiri, dan isi kepala hanya tentang menang dan menang belaka. Di wilayah sepak bola, sosok Jose Mourinho adalah kembaran mental Lorenzo yang paling identik.

Jika kemudian hasil race tak sesuai skenario ngibritnya, dengan ringan lidah Lorenzo akan menyalahkan banyak hal. Helm yang berembun; gaya balap almarhum Marco Simoncelli yang membahayakan; dan sebagainya. Sampai-sampai Danilo Petrucci, cah cilik dari tim Pramac Racing Team, sempat meledek Lorenzo dalam helatan MotoGP Inggris, Agustus kemarin. Petrucci bilang, bahwa saat akan menyalip seniornya itu di Silverstone, ia sangat takut justru pada komentar Lorenzo nantinya, bukan balapannya. Pebalap 25 tahun itu pun berhasil menjadi runner up dengan catatan waktu 46 menit 18.627 detik.

Ngenyek Lorenzo banget to kowe ki, Ci.

Begitulah, di MotoGP, hanya VR46 satu-satunya pembalap yang sudah makrifat sehingga selalu sukses menyuguhkan aksi-aksi yang memesona. Kalau kalah, tak sekalipun ia menyalahkan siapa-siapa seperti Lorenzo; tak pula ia menggebu-gebu memaksakan motor over limit sampai terjengkang di Silverstone ala Marc; tak pula ia bergaya biar lambat asal selamat seperti tulisan di bak truk Magelangan yang khas Pedrosa.

VR46-YZR-M1 adalah sintesis “manunggaling pembalap dan motor”. Sensasi latest breaking, sliding, taking over, cornering, wet/dry race, hingga desain helm, semuanya lebur-tunggal-suwung dalam jagat kemakrifatan.

Sebagai rider makrifat, Valentiono Rossi selalu sangat asyik untuk ditonton dan dijunjung. Maksud saya, bila ada orang yang mengaku salik, murad, seyogianya ia pun sangat asyik untuk dilihat, diajak bicara, dikawani. Sebab seorang salik sudah pasti merasa malu untuk berkeras-keras hati kayak yang itu-itu.

Terakhir diperbarui pada 18 Juli 2017 oleh

Tags: #PekanOlahragaAgus MulyadimotogpValentino Rossi
Edi AH Iyubenu

Edi AH Iyubenu

Yang punya Kafe Basabasi.

Artikel Terkait

Pelajaran Political Correctness untuk Edy Mulyadi dari Suku Dayak

Pelajaran Political Correctness untuk Edy Mulyadi dari Suku Dayak

24 Januari 2022
Tak Ada Milan Kundera di Mandalika

Tak Ada Milan Kundera di Mandalika

21 November 2021

Kengeyelan demi Kengeyelan Valentino Rossi

15 November 2021
Ketika Katharina Stögmüller Bertemu Agus Mulyadi

Ketika Katharina Stögmüller Bertemu Agus Mulyadi

30 Agustus 2021
Pokoknya Seni, Seni, dan Seni!!!

Pokoknya Seni, Seni, dan Seni!!!

11 Agustus 2021
ilustrasi Percakapan Redaktur Mojok soal Tempat Angker Mana yang Paling Seram: Bangunan SD, SMP, atau SMA? mojok.co

Percakapan Redaktur Mojok soal Tempat Angker Mana yang Paling Seram: Bangunan SD, SMP, atau SMA?

9 Juli 2021
Pos Selanjutnya
Yoga dan Spiritualisme Karbitan

Yoga dan Spiritualisme Karbitan

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Manunggaling YZR-M1 dan Valentino Rossi di MotoGP

Manunggaling YZR-M1 dan Valentino Rossi di MotoGP

15 September 2015
mie ayam pak kliwon mojok.co

Mie Ayam Pak Kliwon, Kesayangan Anak Teladan

15 Mei 2022
Sinar Mandiri melaju di Pantura MOJOK.CO

Melintasi Pantura Bersama Roda Lusuh Bus Sinar Mandiri

21 Mei 2022
makam raja-raja imogiri mojok.co

Mengenang Kebesaran Raja-raja Jawa di Pajimatan

18 Mei 2022
Jarang Pulang ke Rumah karena Gampang Mabuk Perjalanan

Ringkasan Cerita ‘KKN di Desa Penari’ buat Para Pemalas dan Penakut

29 Agustus 2019
Gunung Semeru: Lagu Pilu di Balik Keagungan Mahameru MOJOK.CO

Gunung Semeru: Lagu Pilu di Balik Keagungan Mahameru

12 Mei 2022
Higgs Domino dan Parlay Bola Memang Seksi, Membuatku Berani Bilang Persetan kepada Trading, Kripto, dan NFT MOJOK.CO

Higgs Domino dan Parlay Bola Memang Seksi, Membuatku Berani Bilang Persetan kepada Trading, Kripto, dan NFT

16 Mei 2022

Terbaru

Jokowi minta relawan Projo untuk tidak kesusu

Jelang Pilpres 2024, Jokowi Minta Projo Jangan Kesusu Munculkan Nama

21 Mei 2022
horor rumah hantu malioboro

Rumah Hantu Malioboro dan Alasan Orang-orang Suka Sesuatu yang Horor 

21 Mei 2022
Sinar Mandiri melaju di Pantura MOJOK.CO

Melintasi Pantura Bersama Roda Lusuh Bus Sinar Mandiri

21 Mei 2022
Syaeful Cahyadi: Menceritkan Makam Untuk Menggali Konteks Kesejarahan

Syaeful Cahyadi: Menceritakan Makam Untuk Menggali Konteks Kesejarahan

20 Mei 2022
kemendes mojok.co

Konsep Transmigrasi Sudah Kuno, Kemendes Terapkan Transpolitan

20 Mei 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In