MOJOK.CO – Ekspansi Warteg Kharisma Bahari akan sangat menguntungkan warga Jogja. Khususnya kemudahan akses ke menu sayur yang kadang langka.
Dua hari yang lalu, saya menemukan sebuah tulisan di Mojok yang membahas tentang makanan warteg. Sebuah tulisan yang menurut saya agak mengada-ada. Namun, di sisi lain, tulisan itu mengingatkan bahwa ekspansi Warteg Kharisma Bahari di Jogja itu sebuah kabar baik. Mari kita bahas satu per satu.
Adalah Muchlis Amin, nama penulis artikel berjudul “3 Makanan Red Flag dan Sebaiknya Dihindari di Warteg karena Nggak Dijaga Kebersihannya”. Tulisan tersebut tayang di Terminal Mojok. Sebuah kanal User Generated Content (UGC) yang konon memberikan honor paling tinggi di antara UGC lainnya yang saya kenal.
Nah, Mas Muchlis menulis bahwa kamu sebaiknya menghindari tiga menu tertentu di warteg. Menu yang dimaksud adalah menu dengan bahan udang, kerang, dan olahan sop. Argumen Mas Muchlis seperti ini: penjual sering lupa tidak membersihkan kulit dan kepala udang. Lalu, katanya, kebersihan kerang juga kadang tidak diperhatikan. Terakhir, penjual sering lupa membersihkan kulit wortel yang menempel. Padahal, wortel tumbuh di tanah.
Menggunakan argumen Mas Muchlis, dengan demikian, semua menu di warteg pantas mendapatkan red flag. Misalnya, ikan nila goreng. Selalu ada kemungkinan penjual tidak bersih ketika membersihkan bagian sisik. Lalu, menu ayam goreng. Sangat mungkin penjual lupa membersihkan beberapa bulu ayam yang masih menempel.
Nah, menggunakan logika Mas Muchlis, sudah pasti semua makanan, nggak cuma di warteg, pasti kena red flag. Seakan-akan semua petugas warteg itu pasti lalai. Ada juga warteg yang sangat menjaga kualitas. Misalnya jaringan Warteg Kharisma Bahari, yang mungkin nggak butuh waktu lama bisa menguasai palagan kuliner Jogja.
Baca halaman selanjutnya….
Warteg Kharisma Bahari menjawab kegelisahan
Warteg Kharisma Bahari kali pertama menancapkan kakinya di Jogja pada November 2022. Gerai pertama mereka buka di di depan gedung FE UII Condongcatur, Sleman. Nah, saat ini, Juli 2023, cabang mereka sudah mencapai 20 buah gerai. Bahkan, saya curiga kalau jumlah cabang mereka sudah bertambah ketika saya selesai menulis ini.
Siapa tahu, Warteg Kharisma Bahari akan menjadi pesaing meme Mixue. Dulu, orang bilang jangan membiarkan sebuah lahan itu kosong terlalu lama, nanti Mixue akan muncul di sana. Nah, kalau sekarang, begitu ada lahan kosong, maka Warteg Kharisma Bahari yang akan lahir. Bahkan nggak cuma lahan kosong, lho. Saya melihat di pertigaan Jalan Besi Jakal, bekas warung pempek sudah berubah menjadi Kharisma Bahari.
Saya pribadi nggak heran kalau misalnya, dalam satu tahun ke depan, Warteg Kharisma Bahari menguasai Jogja. Mereka saja sukses menginvasi Jabodetabek. Konon, tahun lalu, Kharisma Bahari sudah mempunyai 1.500 cabang hanya di Jabodetabek. Katanya lagi, setiap 300 meter, pasti ada gerai “waralaba rakyat” ini.
Sebagai konsumen, sebenarnya strategi Warteg Kharisma Bahari untuk mengekspansi sebuah daerah itu sederhana. Pertama, menjaga kebersihan gerai di mana lantai keramik menjadi salah satu ciri khasnya. Kedua, keragaman lauk di mana kebersihan dan kesegarannya terjaga. Maklum, sebagai waralaba, mereka sangat menjaga kualitas.
Nah, ini seharusnya sudah bisa menjawab kegelisahan Mas Muchlis di atas. Nggak semua warteg itu nggak bisa membersihkan udang, kerang, dan wortel. Ada juga yang mampu menjaga kebersihan dan kesegaran bahan. Bahkan sudah mengekspansi sebuah wilayah sedemikian luas seperti Jabodetabek berbekal kemampuan mereka menjaga kualitas.
Warteg Kharisma Bahari adalah kabar baik untuk Jogja
Nah, bagi konsumen, ekspansi Warteg Kharisma Bahari adalah kabar baik untuk Jogja. Jadi, kalau tidak salah menghitung, jumlah sayur dan lauk yang biasanya ada di Kharisma Bahari ada 30 jenis. Artinya, rumah makan ini menawarkan keragaman sayur dan lauk untuk warga Jogja. Lebih spesifik lagi, saya pengin kita ngobrol soal sayur.
Bagi saya pribadi, mencari menu sayur untuk makan malam di Jogja itu lumayan susah. Kalau sudah malam, menu yang lazim dan mudah kamu temui di Jogja, antara lain penyetan, sego sambel, variasi bakmi jawa serta nasi goreng, sate-satean, dan kuliner khas Jogja, yaitu ayam goreng Olive.
Sebagian besar warga Jogja masih menganggap sayur sebagai sebuah menu yang sewajarnya dimasak sendiri. Misalnya sop dan sayur bening. Sangat sulit menemukan dua variasi sayur itu untuk makan malam. Sop, sih, ada tetapi tidak murni sebagai sayur. Pasti sudah menjadi variasi sendiri seperti sop ayam dari Klaten atau sop iga.
Warteg Kharisma Bahari bisa menjadi solusi di sini. Sejauh pengetahuan saya, sayur yang mereka sediakan selalu segar. Ya memang tidak lagi panas atau hangat. Namun, masih dalam kategori sangat layak konsumsi untuk makan malam. Kamu bisa membayangkan betapa asyiknya di Jogja ketika bisa makan sayur kapan saja.
Nah, saya membayangkan jaringan Warteg Kharisma Bahari bisa buka 24 jam seperti beberapa warmindo di Jogja. Jadi, ketika lapar di tengah malam, menunya nggak cuma mie instan atau nasi telur saja. Bayangin, kamu bisa makan nasi sop yang masih hangat, lauk tempe garit yang baru diangkat dari penggorengan, dan sambal tomat dengan kepedasan wajar di pukul dua dini hari. Nikmat sekali.
Penulis: Moddie Alvianto W.
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Hal yang Bikin Saya Jengkel Saat Beli Makan di Warteg dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.