Lima Jenis Orang Pintar yang Bisa Anda Temui di Jalan Raya

Lima Jenis Orang Goblok yang Bisa Anda Temui saat Berhenti di Lampu Merah MOJOK.CO

Lima Jenis Orang Goblok yang Bisa Anda Temui saat Berhenti di Lampu Merah MOJOK.CO

MOJOK.COTidak semua orang di jalan raya bikin emosi. Masih ada orang baik kok, yang tingkah lakunya bikin kita salut dan ingin menyalaminya.

Tulisan “Lima Jenis Orang Goblok yang Bisa Anda Temui saat Antre di SPBU” menjadi artikel paling hits dari Mojok beberapa pekan ini. Sebelumnya, Agus Mulyadi menulis tentang lima orang goblok yang bisa ditemui di bioskop. Setelah itu, Mbak Apsky juga menulis tentang lima orang goblok yang bisa ditemui saat berhenti di lampu merah.

Setelah muncul 3 tulisan mengenai 5 orang goblok di berbagai tempat, sebenarnya saya berharap akan muncul tulisan penyeimbang mengenai lima orang pintar entah di bioskop, SPBU, atau lampu merah. Harapan ini dilandaskan pada kepercayaan saya bahwa Mojok itu tidak berpihak kepada mereka yang fokus dengan kejelekan manusia lain saja, tetapi juga pada kebaikan-kebaikan manusia yang membuat our faith in humanity restored.

Tetapi, apalah arti menunggu bila kamu tak cinta lagi. Akhirnya, saya putuskan untuk menulis lima orang pintar yang bisa kamu temui di jalan raya.

1. Orang yang memberi kesempatan menyeberang

Salah satu jalanan paling seru yang pernah saya temui berada di dekat kampus saya, UGM. Mulai dari perempatan MM UGM hingga lampu merah Kentungan. Pada jam-jam sibuk, menyeberang di jalan ini sesusah pindah dari Partai Allah ke Partai Setan. Pokoknya, kalau kamu bukan pengendara yang bernyali tinggi dan mau ambil kesempatan sekecil apa pun, menyeberang di jalan ini bisa memakan waktu lebih dari 5 menit.

Sebenarnya, jalanan lain di Jogja (dan mungkin juga di kota lain) juga sudah mulai terjangkit sindrom Mengapa-Harus-Aku-yang-Mengalah. Mereka yang mengidap sindrom ini tak mau menyia-nyiakan sedikit pun waktu di jalan raya sehingga ketika ada orang yang mau menyeberang, tetap tak digubris. Bahkan, ketika ada kendaraan lain yang berhenti untuk memberikan kesempatan menyeberang, pengendara pengidap sindrom tersebut tetap saja nyeleweng seperti tanpa dosa.

Itu sih versi gobloknya. Kalau versi pintarnya, ya mereka yang mau memberikan kesempatan bagi pengguna jalan lain (baik yang menggunakan kendaraan bermotor atau jalan kaki) untuk menyeberang. Tak jarang pula orang jenis ini mendapat makian dari orang-orang goblok yang tak mau mengalah karena berhenti di tengah jalan. Meski begitu, orang-orang pintar ini bergeming. Ini harus dicontoh!

2. Orang yang menepi untuk membantu orang lain menyeberang

Masih berkaitan dengan kegiatan seberang-menyeberang, ada satu lagi jenis orang pintar sekaligus pahlawan yang bisa kamu temui meski mungkin sudah jarang. Orang pintar jenis ini adalah mereka yang termasuk juga dalam jenis pertama, namun memiliki tingkatan lebih tinggi lagi.

Meski sudah memberi kesempatan, tak jarang ada pengguna jalan lain yang mungkin masih kesulitan untuk menyeberang, seperti lansia ataupun difabel. Apalagi keberadaan zebra cross nggak jauh beda sama perhatianmu ke gebetan incaran, ada namun tak dianggap. Maka orang pintar ini, yang sadar bahwa jalan adalah milik publik, tergerak untuk membantu pengguna lain yang kesusahan. Sebuah wujud tindakan nyata pengamalan pelajaran PPKn zaman SD dulu.

Saya kurang tahu apakah pelajaran menyeberangkan nenek tua masih diajarkan di SD. Kalaupun iya, mungkin jika dibuat soal akan dimasukkan unsur kekinian jadi seperti,

Ketika ada seorang nenek ingin menyeberang jalan, maka kita harus?

a. Memotret lalu lapor ICJ

b. Membantu menyeberangkan

c. Ngetwit “Ini keluarganya di mana sih kok neneknya dibiarin pergi sendiri?”

d. Merenungi lalu membuat status tentang bagaimana pemerintah abai terhadap kepentingan lansia

3. Orang yang tetap diam meski diklakson ketika berada di lampu merah yang ada rambu “Belok Kiri Ikuti Lampu APILL” atau tak ada rambu sama sekali

Orang satu ini menjadi goblok jika rambu-rambu membolehkan belok kiri jalan terus, tetapi menjadi pintar ketika tidak ada rambu-rambu tersebut atau ada rambu yang melarang.

Yaps, menurut aturan lalu lintas, jika tidak ada rambu-rambu yang membolehkan untuk belok kiri langsung, yang berlaku adalah mengikuti lampu rambu-rambu lalu lintas.

Tetapi, masih banyak orang yang tidak memahami aturan ini ataupun memaksakan diri melanggar rambu. Maka, ketika ada orang yang berhenti di lajur kiri, tak jarang sahutan klakson disertai makian menghunjamnya. Padahal, secara aturan, orang yang berhenti ini benar karena tidak jalan terus. Memang pengendara di negeri ini sama kayak netizennya: nggak mau ngalah.

4. Orang yang memberi tanda ketika ingin menyalip

Salah satu cara mencegah terjadinya kecelakaan adalah rasa saling hormat dan memahami antarpengguna jalan. Untuk bisa saling memahami, yang diperlukan adalah komunikasi. Dan cara berkomunikasi di jalan tentu bukan dengan berkendara motor berjejer dua lalu ngobrol di tengah jalan. Itu sih termasuk jenis orang goblok namanya.

Setiap kendaraan dibekali alat untuk menjalin komunikasi dengan pengendara lain. Salah satunya lampu sein. Lampu satu ini sempat ngetren menjadi bahan pergunjingan netizen untuk mengomentari pengendara motor, khususnya emak-emak yang dianggap sering tak seiya sekata dengan lampu sein motornya.

Perkara penggunaan lampu sein bukan hanya untuk pertanda mau belok. Orang pintar di jalan raya menggunakan lampu sein sebagai kode bahwa ia akan menyalip, terutama ketika yang disalip adalah kendaraan yang lebih besar seperti truk.

Truk itu konon raja jalanan. Tidak hanya karena truk sering membawa barang-barang penting demi berlangsungnya hajat hidup orang banyak, juga karena “bokongnya” memberi banyak petuah kehidupan yang realistis, sesuai dinamika kehidupan yang terjadi pada rakyat jelata. Menyalakan lampu sein selain untuk mengabarkan ingin menyalip, juga merupakan perkara sopan santun permisi lewat kepada si raja jalanan.

5. Orang yang membonceng motor sambil membaca buku

Buku adalah jendela ilmu. Orang pintar selain minum Tolak Angin juga lahap memakan ilmu. Dalam situasi dan kondisi apa pun, ilmu harus selalu dicari. Bahkan ketika membonceng motor sekalipun meski terganggu kencangnya embusan angin.

Itulah lima jenis orang pintar yang bisa Anda temui di jalan raya. Sebenarnya ada yang nomor enam, yaitu ketika Anda bertemu Mbah Mijan di jalan, hehehe. Sekali lagi, tulisan ini adalah upaya memberikan keseimbangan. Jika sebelumnya di Mojok sudah ada contoh buruk, saya beri contoh yang baik sehingga Anda tiada tersesat.

Semoga Anda pembaca sekalian termasuk golongan orang-orang pintar di jalan raya. Ingat, berkendaralah dengan bijak, sebab keluarga Anda menanti di rumah. Kalau Anda belum punya keluarga dan belum punya rumah, ya udah, kita sama.

Exit mobile version