Panduan Menyikapi Payudara Perempuan untuk Laki-laki Lemah Syahwat

Zara, Posting Video Pribadi Emang Hak Kamu, tapi Hak Itu Nggak Bebas Konsekuensi perempuan edgy kalis mardiasih mojok.co

Pada bulan Oktober lalu, ada peristiwa di linimasa Twitter yang membuktikan betapa menyedihkan sekaligus menjijikkannya kehidupan para laki-laki lemah syahwat.

Alkisah, akun official BMKG mengunggah satu video informasi ramalan cuaca. Presenter berita dalam video tersebut adalah seorang perempuan, berkerudung, sedang menyampaikan informasi dengan artikulasi presentasi yang apik. Tak menunggu berapa lama, serbuan komentar primitif pun berhamburan.

“Ada yang membesar tapi bukan balon,” dan, “Ada yang membulat tapi bukan tekad,” adalah beberapa contoh isi kepala kotor itu.

Beberapa tahun terakhir, pola kalimat yang menormalisasi budaya pelecehan seksual semacam dengan mudah belaka kita temukan di kolom komentar Instagram artis. Tentu saja, komentar itu dimaksudkan untuk mengomentari payudara subjek dalam foto.

Namun, komentar melecehkan tubuh perempuan yang dinormalisasi, lama-lama tidak hanya tertuju kepada tubuh artis atau tokoh publik.

Perempuan “biasa” pun kini selalu diobjekkan tiap kali mengunggah foto diri, sekalipun mengenakan pakaian casual saja. Pelecehan seksual online sesungguhnya adalah pelecehan seksual yang cuma pindah tempat.

Jika jaman sekolah dulu, ada geng cowok-cowok primitif yang hobi mengomentari payudara siswa perempuan dengan desas-desus atau bahkan secara terang-terangan menepuk pantat perempuan dengan tujuan membuat korban malu, takut, terhina dan tak berdaya, maka aktivitas semacam itu kini berpindah bentuk menjadi komentar-komentar di media sosial.

Pelakunya sih sama saja, oknum-oknum primitif yang belum menerima pencerahan cara hidup setara sebagai sesama manusia.

Dalam peristiwa pelecehan seksual, biasanya akan muncul juga para manusia bebal yang belum paham betapa mengenaskannya diri mereka dengan berujar pembelaan diri, seperti, “Salah sendiri punya toket gede. Sebagai laki-laki normal, ya wajarlah kalau nggak kuat lihat toket gede.”

Ampun.

Sebagai sesama perempuan, saya tahu betul bahwa jadi perempuan dengan payudara big size itu nggak mudah. Teman saya bercerita, ia memilih berjalan membungkuk sejak remaja karena merasa tidak aman berjalan tegak.

Payudaranya menjadi olok-olok, bahan bully, bahkan menjadi nama belakang yang mereduksi semua kualitas yang melekat pada dirinya. Sungguh pun ia berprestasi, ia tetap saja dibicarakan sebagai “X si payudara jumbo”.

Posisi bungkuk itu menghadirkan rasa tak percaya diri sehingga ia memilih untuk jarang tampil di depan kelas. Rasa percaya dirinya kembali pada usia 30 tahun lebih setelah banyak hal yang ia lewati dan kini ia sudah bisa berjalan tegak.

Menuju dewasa, stigma lain yang melekati perempuan berpayudara besar adalah cap cewek nakal. Nakal yang dimaksud merujuk kepada hal-hal yang bernuansa sensual dan seksual. Mereka dianggap cewek penggoda, gampangan, murahan hingga bernafsu besar.

Label semacam itu tentu amat mengganggu. Bagaimana seumur hidup kamu dinilai dengan tak benar hanya karena bentuk tubuh yang tidak bisa kamu pilih.

Seorang Ibu beranak dua mengonfirmasi hal ini. Ia sudah memakai gamis dan memakai kerudung menutup dada. Tapi, ia tetap merasa tak percaya diri sebab pengalaman-pengalaman pelecehan di masa lalu terus menghantui.

Tak dipungkiri, ada kultur sosial yang berubah. Dulu, gambar ibu menyusui dalam poster program KB adalah hal biasa yang bersifat mengedukasi. Kini, segala hal yang berkaitan dengan tubuh perempuan disensor di ruang-ruang publik dan di kotak televisi, hingga aktivitas menyusui tidak dianggap sebagai bagian dari siklus kemanusiaan, melainkan justru diseksualisasi!

Tulisan ini bermaksud memberi pencerahan kepada para laki-laki lemah syahwat agar dapat keluar dari kegelapan pikiran mereka. Berikut adalah panduan pikiran dan sikap ketika ingin mengomentari payudara perempuan, baik di ruang publik terbuka maupun ruang publik digital.

Pertama, toket gede sejatinya adalah payudara. Sama seperti yang ukuran kecil, medium atau ukuran lain, semua bentuk payudara yang melekat pada tubuh perempuan sejatinya adalah organ reproduksi biologis organisme betina.

Kucing betina punya payudara, sapi betina juga punya. Laki-laki lemah syahwat pun punya payudara, tapi cuma payudara perempuan yang sebab dibantu oleh hormon prolaktin dan hormon insulin, bisa bikin kelenjar-kelenjar berisi air susuan, buat ngidupin anak manusia.

Termasuk kamu sekalian yang jadinya bisa hidup hingga hari ini. Selain itu, organ payudara ini beresiko terpapar kanker. Kanker payudara adalah jenis kanker pembunuh pertama buat perempuan!

Kedua, sudah nasibnya buat manusia, bentuk payudara ini terdapat di bagian dada atas dan menonjol. Kadang saya berpikir, kenapa sih payudara ini jumlahnya nggak satu aja di tengah-tengah kayak Ultraman gitu, atau kalau nggak bentuknya portable jadi bisa dilepas pasang sesuai kebutuhan, biar nggak difitnah jadi sumber pembangkit nafsu melulu.

Kalau fungsinya buat memproduksi air susu, ya bentuknya tube saja lah seperti odol yang ada tutupnya. Nggak perlu menonjol ke luar, yang penting sumber airnya beres di dalam.

Ketiga, karena bentuk menonjolnya itu tergantung dari faktor genetik dan faktor hormonal, alias bukan kami yang request bentuknya, so kalian jangan merasa ke-geer-an bahwa payudara ini menonjol buat memancing-mancing nafsu kalian.

Sejak dulu, payudara ini diem aja, nggak ke mana-mana. Tiap hari sudah dibungkusin beha yang kalian nggak paham betapa menderitanya, dipakein baju longgar, dilapisi jaket, dipakein kerudung pula. Terkadang masih disalahin aja.

Keempat, kalau kalian protes, “Tapi kan payudara juga organ seksual?”

Nggak semua, sih. Ada juga manusia yang lebih tertarik secara seksual sama mie ayam daripada payudara. Tapi baiklah. Kamu sudah tahu tentang persetujuan untuk aktivitas seksual kan?

Di luar persetujuan, artinya apa yang kamu lakukan kepada tubuh orang lain, dengan tujuan untuk merendahkan, menakuti, membuatnya tidak berdaya, adalah tergolong pelecehan seksual hingga kekerasan seksual.

Selamat datang ke dunia manusia yang bisa bikin konsensus yang lebih beradab. Di masa depan, nggak ada lagi manusia-manusia primitif yang bikin perempuan merasa nggak berdaya hanya karena bentuk tubuhnya.

Kelima, kalian adalah manusia. Kalian pasti bisa bersikap biasa saja lihat organ manusia. Kalian pasti bisa berperilaku terhormat dan nggak malu-maluin bangsa manusia terhormat lainnya. Jangan gumunan dan primitif cuma gara-gara ada organ biasa lewat. Itu organ aslinya cuma terdiri dari lemak, kelenjar ikat sama pembuluh darah.

Akhirnya, setelah artikel ini selesai, saya pasti tetap banyak manusia yang mengajukan keberatan: “Jangan salahkan para pelaku pelecehan kalau memang kalian tidak bisa menjaga tubuh kalian dengan menutupnya….”

Saya sudah maklum. Memang tidak semua manusia punya modal kognitif yang cukup baik.


Kamu bisa baca kolom Kelas-Kalis lainnya di sini. Rutin diisi oleh Kalis Mardiasih, tayang saban hari Minggu.

Exit mobile version