Menjadi Muslim yang Tak Takut Wisata ke Candi - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai Khotbah

Menjadi Muslim yang Tak Takut Wisata ke Candi

Muhammad Zaid Sudi oleh Muhammad Zaid Sudi
1 November 2019
0
A A
hukum islam wisata ke candi hukum islam masuk ke tempat ibadah agama lain halal haram pendapat khotbah jumat

hukum islam wisata ke candi hukum islam masuk ke tempat ibadah agama lain halal haram pendapat khotbah jumat

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Memang beragam pendapat tentang boleh tidaknya umat Islam masuk ke tempat ibadah agama lain, seperti wisata ke candi. 

Ting.

Sebuah chat masuk. Pengirimnya seorang teman jauh. Saya buru-buru membukanya. “Mas, piknik ke candi memang hukumnya haram ya?”

Saya meletakkan handphone.

Ting.

Kembali chat masuk. Saya buka lagi. “Mas, ini serius,” desaknya. Karena khawatir ini benar-benar serius, saya menjawabnya dengan emotikon berpikir keras yang segera dibalas dengan emotikon merah bersungut-sungut.

Baca Juga:

Khotbah Jumat Terlalu Lama dan Stigma yang Menyertainya

Khotbah Jumat Terlalu Lama dan Stigma yang Menyertainya

12 November 2021
pemimpin

Khotbah Jumat Tentang Pemimpin yang Mencintai Rakyatnya

15 Maret 2019

Ting.

“Mas, jawab!!!”

Kali ini tanda pentungnya saya jawab dengan emotikon melet.

Saya malas menanggapi topik seperti itu. Kalau diladeni biasanya jadi debat kusir.  Tapi entah karena makin saleh atau cerewet, pertanyaan yang sepertinya merepotkan diri sendiri makin banyak muncul di masyarakat.

Di majelis-mejelis taklim yang saya tonton di yutub, pertanyaan ini kerap muncul. Pernah ada jamaah yang bertanya soal hukum menonton sinetron Korea. Pernah juga ada pertanyaan tentang bagaimana hukumnya salat sambil merem. Soal merem-melek ternyata tidak hanya signifikan dalam urusan hahahihi, tapi juga dalam salat sehingga harus ditanyakan hukumnya.

Hukum pelesir ke candi saya kira juga demikian. Makanya, saya memilih mengabaikan pertanyaan soal itu.

Seminggu kemudian, di sebuah masjid saya menemukan tumpukan brosur di antara buletin-buletin Jumat. Sebuah perusahaan travel menawarkan jasa mengantar pelesir dengan pilihan aneka moda transportasi. Yang menarik, meski  siap mengantar ke mana saja, tapi ada destinasi-destinasi tertentu yang dikecualikannya. “Kecuali ke candi dan semisalnya,” tulisnya dalam warna berbeda yang dicetak tebal. Pengecualian yang, bagi saya, terasa agak janggal.

Bahwa ada perusahaan travel tersebut tidak mau mengantar ke candi tentu suka-suka pemiliknya. Dia pasti punya pertimbangan dan hitungan. Tapi apa salahnya wisata ke candi? Apa alasannya? Pantangan, keyakinan, tren, atau justru strategi marketing? Lalu lokasi apa saja yang masuk dalam kriteria “dan semisalnya” itu?

Pasalnya, kalau dolan ke candi saja tidak boleh, lantas bagaimana dengan mereka yang menggantungkan ekonomi keluarganya ke candi, entah sekadar menyewakan payung, jual jajanan atau suvenir, jaga loket dan lainnya. Jangan-jangan selebaran macam ini yang  mengganggu pikiran teman saya kemarin sehingga dia sampai pakai tanda pentung segala.

Tidak ada penjelasan soal itu dalam brosur. Tapi dari Google saya segera mendapatkan gambaran. Rupanya, soal wisata ke candi ada sangkut pautnya dengan iman!

Makanya, ada pendapat yang mengharamkan secara penuh dengan dalih bahwa candi termasuk sarang maksiat dan kemungkaran. Candi adalah tempat ibadah dan pemujaan kepada selain Allah. Di sana ada banyak patung atau obyek lain yang dilarang dalam agama. Mengunjungi candi bukan saja akan mencemari akidah tapi juga dianggap menyetujui kemungkaran.

Pendapat ini juga diberlakukan untuk menyasar lokasi-lokasi yang dianggap masuk dalam kategori “dan semisalnya”. Yaitu, ternyata, adalah tempat-tempat ibadah penganut agama lain, seperti gereja, kelenteng, dan lainnya.

Pendapat lain juga mengharamkan tapi dengan memberikan kelonggaran. Misalnya untuk tujuan penelitian atau studi, wisata ke candi dibolehkan. Poster “study tour” yang biasanya dibawa  rombongan-rombongan sekolah ketika piknik ke candi Borobudur mungkin bertolak dari pendapat ini. Meski studinya sering kelupaan.

Pendapat berikutnya membolehkan kunjungan ke candi. Tidak ada syarat dan ketentuan-ketentuan khusus. Hukum ini berdasarkan pada kias atas sikap para sahabat Nabi seperti Umar bin Khattab atau Ali bin Abi Thalib yang pernah masuk ke gereja.

Kekhawatiran soal pencemaran akidah karena mengunjungi lokasi yang dianggap mungkar, yang mungkin dirasakan oleh pemilik brosur, tentu sangat mulia. Tetapi kekhawatiran, apalagi yang berlebihan, selalu cenderung mempersempit perspektif. Sikap itu membuat orang gampang curiga, panik dan menyederhanakan persoalan. Kita jadi mudah meremehkan kadar keimanan seseorang.

Padahal kalau mempertimbangkan keluhan yang sering terdengar dari pengelola wisata tentang vandalisme yang kerap dilakukan para pengunjung, kekhawatiran soal itu seperti berlebihan. Ya, memang ada yang merogoh-rogoh stupa untuk mengetahui apakah nasibnya mujur atau tidak. Tapi, bukan tidak mungkin itu hanya sekadar iseng.

Di luar soal keimanan, menolak wisata ke situs-situs sejarah seperti ini, sesungguhnya juga melewatkan sejumlah hal penting. Ada banyak yang bisa dipelajari dari candi. Kita tahu, candi-candi tidak dibangun dalam setahun dua tahun. Di sana ada pelajaran tentang kerja keras, kegigihan, kesabaran, keterampilan, ketelitian, pengabdian, pengorbanan. Dan sesuatu yang dibangun tidak secara instan terbukti berumur panjang.

Lagi pula, candi-candi itu konon dibangun bukan semata sebagai tempat ibadah, tetapi juga sarana untuk menunjukkan eksistensi kerajaan atau wangsa yang membangunnya. Karena itu ia adalah monumen untuk mengenal sejarah nenek moyang kita juga.

Dari candi-candi kita tahu bahwa kita dulu adalah masyarakat dengan peradaban tinggi. Candi Borobudur misalnya, sudah dibangun pada abad 8/9 M, di mana saat itu sebagian besar masyarakat di dunia baru mahir jadi tukang kayu. Eropa masih berada di abad kegelapan. Tapi nenek moyang kita sudah bisa menguasai teknik mengolah batu. Sejarah ini seharusnya membuat kita malu.

Makanya kita dianjurkan untuk piknik. Biar makin tambah wawasan, bijak, dan arif. Apalah artinya piknik jika tak memperoleh semua itu. Bahkan seandainya wisata ke masjid. Ulama seperti Syekh Ramadhan al-Buthi pernah berkeluh kesah tentang maraknya masjid yang jadi destinasi wisata, namun tak membuat pengunjungnya makin menyadari kehambaan dirinya. Karena ketika melancong ke masjid yang dikagumi hanya bangunannya yang mewah, strukturnya yang megah, arsitekturnya yang indah atau ornamen lainnya. Lalu, sibuk berselfie mengagumi diri sendiri.

Ting.

“Mas, sudah punya jawaban untuk pertayaan saya tentang wisata ke candi?” tanya teman saya.

Kali ini saya menjawab lebih sopan, “Baru saja saya kirim ke Mojok, nggak tahu dimuat atau tidak.”

BACA JUGA Mencuri Kotak Amal Masjid karena Anggap Allah Maha Kaya atau artikel seputar keislaman lainnya di rubrik KHOTBAH. 

Terakhir diperbarui pada 1 November 2019 oleh

Tags: hukum islamhukum masuk tempat ibadah agama lainhukum wisata ke candiKhotbah Jumat
Muhammad Zaid Sudi

Muhammad Zaid Sudi

Kadang penulis, kadang penerjemah, kadang guru ngaji. Tinggal di Jogja.

Artikel Terkait

Khotbah Jumat Terlalu Lama dan Stigma yang Menyertainya
Khotbah

Khotbah Jumat Terlalu Lama dan Stigma yang Menyertainya

12 November 2021
pemimpin
Pojokan

Khotbah Jumat Tentang Pemimpin yang Mencintai Rakyatnya

15 Maret 2019
Khotbah

Khotbah Jumat: Yang Bikin Kamu Jadi Wajib Bayar Zakat

8 Juni 2018
Khotbah

Khotbah Jumat: Adab dalam Memberi Nasihat

1 Juni 2018
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Mengenang Masa-masa tanpa Internet

Tren Hape 2020 Akan Diwakili 3 Fitur Ini

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
hukum islam wisata ke candi hukum islam masuk ke tempat ibadah agama lain halal haram pendapat khotbah jumat

Menjadi Muslim yang Tak Takut Wisata ke Candi

1 November 2019
Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Ego di Jalan Raya MOJOK.CO

Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya

18 Maret 2023
Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka MOJOK.CO

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka

15 Maret 2023
Samsung Galaxy A Series Android Terbaik MOJOK.CO

Samsung Galaxy A Series: Seri Terbaik untuk Kelas Midrange Android

21 Maret 2023
Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah. MOJOK.CO

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah 

23 Maret 2023
Honda Supra X 125 Tetap Juara di Pelosok Indonesia MOJOK.CO

Honda Supra X 125: Tetap Juara di Pelosok Indonesia

20 Maret 2023

Terbaru

Duduk perkara penutupan patung Bunda Maria di Kulon Progo. MOJOK.CO

Duduk Perkara Penutupan Patung Bunda Maria di Kulon Progo

24 Maret 2023
alan Sunyi Kiai Bonokeling di Banyumas yang Sengaja Dibuat Menjadi Misteri Abadi. MOJOK.CO

Jalan Sunyi Wangsa Bonokeling di Banyumas yang Sengaja Menjadikan Leluhur Sebagai Misteri Abadi

24 Maret 2023
sekolah kedinasan kemenhub mojok.co

5 Sekolah Kedinasan di Bawah Kemenhub yang Paling Favorit

24 Maret 2023
bola timnas israel mojok.co

Bola Pembawa Malapetaka

24 Maret 2023
mimpi basah mojok.co

Apakah Mimpi Basah di Siang Hari Membuat Puasa Batal?

24 Maret 2023
5.000 Mahasiswa UMY Berburu Takjil Gratis, Dianggarkan Rp125 Juta Setiap Hari. MOJOK.CO

5.000 Mahasiswa UMY Berburu Takjil Gratis, Dianggarkan Rp125 Juta Setiap Hari

24 Maret 2023
kritik feminis muslimah tentang perempuan sumber dosa utama

Muhasabah Muslimah Feminis: Kok Bisa, Perempuan Jadi Sumber Dosa Utama Laki-Laki?

24 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In