Jangankan Kita, Nabi Saja Bisa Kena Tipu karena Sumpah Atas Nama Allah Kok

Jangankan Kita, Nabi Saja Bisa Kena Tipu karena Sumpah Atas Nama Allah Kok

Jangankan Kita, Nabi Saja Bisa Kena Tipu karena Sumpah Atas Nama Allah Kok

MOJOK.CO Manusia biasa kena tipu soal sumpah atas nama Gusti Allah itu jangan dihakimi. Lah, jangankan manusia biasa, Nabi saja bisa kena tipu kok.

“Kok ya Mas Bashori itu bisa banget kena tipu itu lho, Gus,” kata Fanshuri masih tak habis pikir.

“Kena tipu gimana, Fan, maksudmu?” tanya Gus Mut.

“Itu lho, Mas Bashori itu kemakan omongan tim sukses pilihan camat sebelah. Katanya, kalau nggak milih si A, camat satunya bakal bikin rumah judi dan melarang kegiatan-kegiatan keagamaan,” kata Fanshuri.

“Wah, kok ngeri betul?” tanya Gus Mut.

“Iya, camat yang akhirnya dipilih Mas Bashori itu yang malah akhirnya kena tangkep karena korupsi. Padahal camat yang gagal itu jauh lebih baik track recordnya. Repotnya jadi orang saleh anyaran ya gitu emang, Gus. Sama isu agama, sama orang yang bersumpah atas nama Allah dan agama gampang percaya. Jadi gampang deh dimainin,” kata Fanshuri.

“Bukannya Mas Bashori itu Ketua RW juga ya?” tanya Gus Mut.

“Makanya itu, tahun lalu saat masih masa kampanye, Mas Bashori itu kan getol banget kampanye camat, tanpa dibayar lagi. Cuma karena takut banget kalau camat satunya jadi. Sekarang, malu betul Mas Bashori. Sama warga udah nggak dipercaya lagi. Ya gitu sih, Gus, awam soal agama, begitu ditakut-takutin pakai kampanye sumpah atas nama Allah langsung percaya,” kata Fanshuri.

“Emang sumpah atas nama Allah gimana, Fan?” tanya Gus Mut.

“Sampai bawa-bawa sumpah ‘Wallahi’ gitu, Gus,” jawab Fanshuri.

“Siapa?” tanya Gus Mut.

“Ya tim kampanye yang mempengaruhi Mas Bashori. Kemarin waktu ketemu Mas Bashori bilang ke saya, mana bisa nggak percaya kalau orang yang datang ke rumahnya itu sumpah-sumpah begitu,” kata Fanshuri.

“Sumpah gimana?” tanya Gus Mut.

“Ya sampai pegang kitab suci, Gus. Ditaruh di atas kepala segala. Padahal bohong semua itu,” kata Fanshuri.

Gus Mut cuma terdiam menunduk, ikut menyesalkan, tapi tak komentar apa-apa.

“Mas Bashori ini kayak jadi contoh masyarakat kita ya, Gus? Memahami agama nggak pakai ilmu, cuma modal saleh doang,” kata Fanshuri.

Gus Mut agak terheran dengan komentar Fanshuri.

“Maksudmu modal saleh doang itu apa, Fan?” tanya Gus Mut.

“Ya, nggak pakai ilmu. Nggak yang belajar betulan soal agama. Masak hanya gara-gara ada orang berani sumpah atas nama Allah, langsung percaya. Mana ini soal politik lagi. Mau-maunya dibohongin,” kata Fanshuri.

Gus Mut membenarkan posisi duduknya.

“Fan, kamu jangan meremehkan Mas Bashori begitu. Sudah bagus beliau itu mencoba saleh, meski akhirnya kecemplung perkara orang mengatasnamakan Allah untuk politik. Perkara akhirnya keliru, dan akhirnya beneran ditegur Gusti Allah kalau yang kemarin itu keliru, ya itu hikmahnya. Jangan terus kok malah kamu nyalah-nyalahin Mas Bashori juga. Udah cukup, Fan,” kata Gus Mut.

“Ya gimana ya, Gus. Saya ini geregetan aja sama Mas Bashori,” kata Fanshuri.

Gus Mut tersenyum.

“Kamu itu jangan meremehkan cara awam orang mengenal agama, cara awam orang mengenal Tuhan. Pengalaman Mas Bashori mengenal agama itu beda sama kamu yang kebetulan dipondokkan orang tuamu ke pesantren. Lah Mas Bashori? Belajar sendiri di usia lanjut. Dari masjid ke masjid. Tanya sana-sini. Kalau cara memahami agama dan hukum-hukumnya pakai cara awam, ya dimaklumi dong, jangan malah dihakimi kayak gitu,” kata Gus Mut.

“Lah tapi kan orang-orang kayak Mas Bashori ini bahaya, Gus. Bisa rusak umat kita kalau cara model kenal agama kayak Mas Bashori semua,” kata Fanshuri.

“Masalahnya itu, kenapa kamu malah nggak nyalahin orang yang udah sumpah-sumpah di hadapan Mas Bashori? Kenapa kamu malah nyalah-nyalahin Mas Bashori doang? Emang waktu Mas Bashori mau belajar agama, kamu datang ke rumahnya? Menemani prosesnya belajar agama? Rela menyisihkan waktu buat menjadikan Mas Bashori nggak cuma saleh, tapi juga ‘alim? Lah wong kita juga nggak berkontribusi apa-apa kok jadi ikut-ikutan menghakimi,” kata Gus Mut.

“Tapi kan orang saleh yang bodoh itu merusak, Gus,” kata Fanshuri.

“Memang betul, cuma kamu juga mesti inget. Jangankan orang saleh kayak Mas Bashori yang kena tipu, Nabi aja ada yang bisa kena tipu dengan sumpah atas nama Allah kok,” kata Gus Mut.

Fanshuri kaget.

“Ah, yang bener, Gus. Jangan ngawur. Masak iya sekelas Nabi bisa kena tipu perkara begitu,” kata Fanshuri.

“Ini serius. Nabi Adam ‘alaihissalam itu contoh paling akurat lho. Kena tipu karena sumpah atas nama Allah?” tanya Gus Mut.

“Hah? Masak sih, Gus?” Fanshuri tak percaya.

“Nabi Adam itu kena tipu karena muaddzimin, karena menganggungkan Allah, saking salehnya, Nabi Adam itu bahkan tak tahu kalau ada laku makhluk yang bisa berbohong dengan sumpah atas nama Allah. Waqoosamahumaa lakuma laminanannashikhiin. Makhluk ini bersumpah. Dan masyhur dicatat Al-Quran. Sebuah kejahatan pertama atas nama Tuhannya, biar Nabi Adam mau makan buah khuldi,” kata Gus Mut.

Fanshuri terdiam, lalu manggut-manggut karena akhirnya ingat kembali dan menyadari yang dimaksud Gus Mut.

“Oalah, maksudnya Gus Mut ini Iblis to,” kata Fanshuri.

“Lah iya. Iblis kan juga makhluk Allah,” kata Gus Mut.

“Iya, kirain tadi ada orang yang bisa nipu Nabi dengan mengatasnamakan Allah,” kata Fanshuri.

“Tapi poinnya bukan di situ, Fan. Poinnya, kita tak pernah tahu bagaimana kita bisa kena tipu daya, karena caranya macam-macam. Waktu Nabi Adam dirayu Iblis buat makan buah khuldi, Nabi Adam ya cuek-cuek aja. Begitu Iblis pakai kata-kata sumpah, terperdaya lah Nabi Adam dari sana. Karena dalam pengalaman Nabi Adam di surga, beliau belum pernah mengetahui kejahatan dan penipuan yang dilakukan atas nama Allah,” kata Gus Mut.

Fanshuri manggut-manggut.

“Hampir sama kayak Mas Bashori mungkin ya, Gus. Dalam pengalamannya belajar agama, dia mungkin belum pernah tahu ada orang bisa melakukan fitnah dengan mengatasnamakan nama Allah,” kata Gus Mut.

Gus Mut tersenyum.

“Ya memang, Fan. Soalnya, kadang-kadang pelajaran terbaik itu keluar dari pengalaman terburuk seorang manusia. Jadi jangan kamu konsen ke pengalaman terburuknya Mas Bashori, tapi cukup syukuri pelajaran terbaik yang dia peroleh dari itu,” kata Gus Mut.

Kali ini Fanshuri tersenyum, perasaan meledak-ledak soal keawaman Mas Bashori dan meremehkan sikap salehnya jadi luntur seketika.


*) Diolah dari penjelasan Gus Baha’.

BACA JUGA 

Exit mobile version