MOJOK.CO – Sejak kemarin, berbagai pihak memberikan masukan kepada pemerintah agar program pelatihan prakerja ditunda saja. Saya kira itu masukan yang masuk akal.
Tidak mudah memang membuat keputusan di masa pagebluk plus paceklik seperti sekarang ini, ketika badai pandemi corona makin berpiuh dan mulai terasa di berbagai sektor ekonomi. Kita semua sepakat bahwa ini problem bersama bangsa, bukan problem pemerintah saja. Karena itu, pemerintah sebaiknya juga menerima masukan dari berbagai pihak. Salah satunya untuk menunda program pelatihan prakerja, yang dianggarkan sebesar 5,6 triliun rupiah.
Masukan itu masuk akal karena dalam situasi seperti ini kita perlu menimbang hal yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. Memang sudah ada alokasi untuk bantuan kepada masyarakat miskin. Tapi anggaran itu belum tentu cukup. Hal lain, masyarakat yang terdampak secara ekonomi mulai meluas. Dalam kondisi seperti ini, tentu kecukupan pangan harus diutamakan.
Kedua, pelatihan prakerja menimbulkan kegaduhan baru, ketika salah satu platform yang diinisiasi oleh salah satu staf khusus Presiden Jokowi yakni Ruangguru, dianggap sebagai lembaga yang mendapatkan keistimewaan. Saya termasuk tidak setuju kalau Ruangguru dianggap mendapatkan keistimewaan. Saya kira itu salah satu platform terbaik yang dibikin oleh anak bangsa untuk berbagi ilmu. Hanya saja, dalam situasi sekarang ini, pelatihan prakerja tidak perlu menjadi prioritas utama. Pelatihan kerja bisa dilakukan lagi setelah badai corona ini berlalu.
Ketiga, pemenuhan pangan bisa membuat efek ekonomi yang jauh lebih positif dibanding pelatihan. Penambahan bantuan pangan bisa ikut makin mendinamiskan pasar. Memang ada sebagian bahan pangan kita yang impor, tapi juga banyak yang tidak impor. Sekalipun impor, ada implikasi pada pengolahan yang bisa berdampak baik buat UMKM. Saya ambil contoh, pada bahan pangan tempe dan tahu. Memang sebagian bahannya diimpor, tapi yang mengolah adalah para UMKM kita, yang menjual dan mendistribusikan juga warga masyarakat kita. Efek lain, jika UMKM itu gulung tikar, akan berdampak pada warung dan penjual gorengan. Dengan memberi insentif pada pangan, pukulan ekonomi pada UMKM pembuat tempe dan tahu bisa diminimalisir. Bisnis mereka tetap bisa hidup, suplai atas lauk yang murah dan bergizi tetap didapatkan oleh masyarakat, dan uangnya berputar di masyarakat luas. Tentu saja, semua tetap mengacu pada protokol kerja sesuai arahan pemerintah.
Keempat, jika program prakerja yang dilakukan, efek ekonominya tidak sebanyak yang dilakukan jika dimaksimalkan ke bantuan pangan. Orang belajar lewat internet, tapi uangnya tidak beredar di masyarakat. Selain itu, persoalan dunia kerja sedang mengalami kemunduran, banyak usaha yang gulung tikar karena pandemi corona sehingga pelatihan kerja menjadi kurang relevan dan kurang kontekstual. Program ini bisa dilanjutkan jika nanti pandemi ini mereda, berbagai usaha mulai bangkit lagi, dan perekonomian membaik lagi.
Kelima, model bantuannya bisa makin variatif. Skema bantuan untuk masyarakat miskin sudah jelas ada. Tapi pasti ada banyak lapisan masyarakat yang belum bisa menerima manfaatnya. Bantuan itu bisa dilakukan dengan skema diberikan kepada berbagai dapur umum yang diinisiasi baik oleh pemerintah daerah maupun relawan masyarakat sipil. Tinggal mekanismenya diatur sedemikian rupa sehingga proses pembuatan dapur umum dan pemberiannya ke masyarakat tidak punya dampak pada persebaran corona. Hal lain sejenis itu yang bisa dilakukan adalah dengan memberi insentif pada warung-warung makan kecil. Banyak warung makan kecil yang mulai gulung tikar.
Mereka diberi insentif, dengan catatan selain tetap buka dan sesuai protokol yang ada, diberi jatah menggratiskan untuk orang-orang di sekitar warung tersebut. Contoh lebih detailnya, jika biasanya warung makan di saat normal bisa menjual 100 porsi makanan, dan mereka terpaksa tutup karena sekarang hanya bisa menjual 30 sampai 40, maka dengan diberi insentif, bisa kembali membuat 100 porsi. Namun, untuk 60 sampai 70 porsi, bisa diakses oleh warga sekitar yang kurang mampu. Pendataannya memakai mekanisme sederhana, lewat lingkup RT/RW atau kelurahan. Atau porsi tersebut bisa disumbangkan ke rumah sakit terdekat untuk juru medis yang sedang bertarung di garda depan melawan pandemi corona ini.
Dengan menunda program pelatihan prakerja, pemerintah bisa membantu supaya situasi tidak gaduh sekaligus menggantinya dengan memberi efek positif bagi perekonomian warga, dan ketersediaan pangan yang bisa diakses oleh warga yang membutuhkannya.
Saya kira tidak ada alasan bagi pemerintah untuk menolak masukan warga negara dalam persoalan ini. Semua jernih dan masuk akal. Juga penting, kontekstual, dan relevan.
BACA JUGA Memeluk Kebosanan dan esai Puthut EA lainnya di KEPALA SUKU.