777 Kesamaan Ustadz Jonru Ginting dengan Kak Iqbal Aji Daryono

170906 ESAI kesamaan JONRU GINTING dan IQBAL AJI DARYONO

170906 ESAI kesamaan JONRU GINTING dan IQBAL AJI DARYONO

Dalam hal pandangan politik, mereka berdua berada di kubu berlawanan. Begitu pula dengan gaya menulis. Ustadz Jonru Ginting sangat serius dan cenderung berapi-api, sedangkan Kak Iqbal Aji Daryono memadukan nyinyir dengan canda.

Namun, jika kita telisik lebih lanjut, dua sosok ini sebetulnya mempunyai banyak kesamaan. Selain sama-sama ganteng dan karismatik dengan asesoris jenggot, minimal bagi istri mereka masing-masing, ada 777 kesamaan kedua papah muda ini. Apa saja? Berikut ini daftarnya. (Nomor 777 bakal bikin kamu termehek-mehek).

1. Relijius

Siapa pun tak bisa menyangkal bahwa Ustadz Jonru adalah sosok yang ultra relijius. Beliau mendirikan lembaga charity walau kemudian ada tuduhan penggelapan untuk membantu kaum duafa dan fakir miskin. Kadang beliau juga mengisi ceramah, salah satu yang rutin di pelatihan Muslim Cyber Army.

Sementara Kak Iqbal, walau mungkin kesalehannya belum separipurna Ustadz Jonru, sesekali pamer membagikan cerita amal ibadahnya guna memotivasi para followernya agar senantiasa berlomba dalam kebaikan: misalnya momen umrahnya bareng sang istri.

Kak Iqbal juga mengaku selalu berkurban tiap tahun, tanpa harus menghilangkan kebiasaan merokoknya. Beliau mematahkan teori bahwa orang yang merokok mustahil berkurban karena uangnya habis untuk rokok. Jika ada penghargaan Perokok Tauladan, bukan tak mungkin Kak Iqbal akan dengan sangat mudah mengalahkan kandidat lainnya.

Kak Iqbal yang expatriat di Ostrali sana juga menyibukkan diri dengan majelis ilmu. Beliau adalah pribadi yang doyan ngaji ilmu agama. Selepas pengajian, beliau biasanya mendekati para ustadz. Bukan, bukan untuk ngalap berkah, karena ngalap berkah bukan ajaran yang dia yakini sebagai kader Muhammadiyah. Baginya, ada yang lebih penting dari sekadar mencari berkah. Yup, mencari like, share, and comment melalui wasilah selfie bareng ustadz. Selain tak dilarang agama Muhammadiyah, hal ini juga merupakan pundi-pundi rupiah baginya.

Beliau juga sosok yang sangat asketis. Dalam salah satu postingannya, beliau menunjukkan laptop vintage yang harganya cuma Rp3,5 juta. Luar biasa memang sosok yang satu ini, sudah rajin sedekah, rajin ngaji, zuhud pula. Padahal dengan penghasilannya yang tak terkira, beliau bisa dengan mudah mebeli MacBook Pro keluaran terbaru.

Sebagai orang yang nge-add beliau tapi nggak pernah di-confirm, saya cukup bangga bisa mengenal sosok yang satu ini.

7. Aktivis Islam

Keduanya berafiliasi dengan dua gerakan Islam besar di Indonesia. Ustadz Jonru dengan PKS, Kak Iqbal dengan Muhammadiyah.

Dalam dunia harakah alias pergerakan, nama Ustadz Jonru bisa jadi sosok yang cukup disegani. Dengan followers lebih dari satu juta, opini-opini beliau selalu mendapat tempat di hati para aktivis muslim. Beliau yang sudah mewakafkan dirinya untuk Islam dan kaum muslim senantiasa terdepan dalam membela hak-hak muslim yang tertindas.

Setiap ada isu yang merugikan umat, bersiaplah temlen anda kedatangan opini sang ustadz yang di-share oleh followernya.

Bukan hanya di dunia media, keaktivitasannya juga bisa dirasakan langsung di lapangan. Mulai dari Aksi Bela Islam sampai ikut ILC walau sempat bilang nggak jadi datang beliau manfaatkan untuk mengangkat isu-isu keumatan

Kak Iqbal juga bangga menyebut dirinya sebagai orang Muhammadiyah tradisional. Lahir dan besar dari keluarga Muhammadiyah membuat beliau sangat loyal dengan Muhammadiyah. Berkali-kali ditawarkan untuk pindah dari Muhammadiyah, beliau selalu tolak dan abaikan.

Spirit tajdid (pembaharuan) yang jadi jargon Muhammadiyah begitu terpatri dalam sanubarinya. Terinspirasi dari sang pendiri KH Ahmad Dahlan yang membetulkan kiblat masjid yang melenceng, Kak Iqbal berkali-kali dalam tulisannya mengajak jamaah Muhammadiyah untuk membuat gerakan Muhammadiyah Garis Lucu. Sebuah gerakan yang sangat mendobrak kemapanan dan membuat goncang kaum tua. Karena mendirikan Muhammadiyah Garis Lucu sama saja dengan membuat PBNU memfatwakan haram tahlilan. Mungkin bisa, tapi rintangannya terlalu banyak.

77. Penulis Buku Best Seller

Sebagai penulis andal di media sosial, Ustadz Jonru tentu punya karya yang bisa dibanggakan. Mulai dari novel Cinta Tak Terlerai dan Cinta Tak Sempurna, kumpulan cerpen Cowok di Seberang Jendela, buku tips Menerbitkan Buku Itu Gampang! dan Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat, sampai mahakaryanya termutakhir: Saya Tobat!.

Walaupun belum punya karya sebanyak Ustadz Jonru, Kak Iqbal punya satu buku yang jadi magnum opusnya: Out of The (Truck) Box. Anomali betul beliau ini, giliran menamai anak pakai bahasa jawa dan menolak bahasa Arab (dasar kejawen!), tapi giliran jualan buku, biar dikira keren beliau pakai bahasa enggres (dasar liberal!).

Buku Kak Iqbal itu, menurut banyak orang, dari anak kos hingga Presiden RI, sangat layak dibaca. Kebetulan saya belum bisa meripiu buku tersebut karnakan belum beli dan belum punya dan belum pernah meminjam atau mencuri. (Mudah-mudahan kalau Kak Iqbal baca ini, beliau bersedia mengirimkan satu eksempelar saja ke saya. Nanti alamat saya bisa Kak Iqbal minta di Redaksi Mojok. Plis, Kak Iqbal, sudah nggak confirm saya di pesbuk, masa nggak mau juga kirim buku satu saja? Apa yang Kakak lakukan itu jahat’s.)

777. Buzzer dengan Bayaran Mahal

Sebagai praktisi media sosial, Ustadz Jonru tentu tak bisa lepas dari tuduhan miring sebagai buzzer politik. Berkali-kali dalam berbagai kesempatan beliau mengatakan bahwa dirinya tak menerima bayaran dalam perjuangan sucinya melawan antek-antek kafir, liberal, kuminis, syiah, syibeh, syiceh, dan lain-lain. Bagi beliau, perjuangan ini hanya dilandasi janji Allah berupa surga yang telah dijanjikan kepada orang-orang beriman.

Sementara bagi Kak Iqbal, kalau kenikmatan surgawi bisa disegerakan di dunia yang fana ini, apa salahnya segera mencicipi. Berdasarkan data yang dihimpun Mojok Institute dalam salah satu jurnal ilmiahnya, penghasilan Abu Hayun mencapai angka 200 jeti dalam satu postingan yang memuat konten agitasi bertema politik.

Dengan penghasilan sebesar itu, wajar kita bisa bilang, “Oalah, pantes bisa umrah, bisa motong kurban tiap tahun … nggak taunya disponsori Cebong.”

Penghasilannya sebagai buzzer politik dipastikan bakal terus meningkat. Karena tahun 2018 adalah musim pilkada serentak, dan tahun depannya lagi ada pesta akbar demokrasi: pemilu dan pilpres 2019. Beliau pasti akan menaikkan tarifnya dengan alasan bahwa kemenangan Jokowi pada 2014 merupakan salah satu prestasi terbaiknya.

Melihat peluang yang ada, tentu bukan hanya umrah yang bisa beliau lakukan. Haji bareng keluarga kelas VVIP pun dengan mudah bisa beliau dapatkan. Begitu juga dengan kurban, jangankan kambing, sapi limosin, kerbau segede kopaja pun merupakan barang yang murah baginya.

Demikianlah, Pemirsa, jangan kita bandingkan Jonru dengan Prof Quraisy Shihab. Jangan. Bahkan Mz Mandhani dengan jahatnya sampai bilang amit-amit.

Dengan kontroversi yang demikian, ada baiknya Ustadz Jonru kita carikan lawan sepadan, yang sama-sama sosok ayah penyayang, sama-sama berjenggot, dan sama-sama berkacamata: tak lain tak bukan Iqbal Aji Daryono, sosok pujaan mamah-mamah muda.

Takbiiir!

Exit mobile version