Jalur Tengkorak Kota Jogja Ada di Taman Siswa: Jalur yang Pendek, Cuma Lurus, tapi Bisa Bikin Pengendara Adu Banteng

Jalan Taman Siswa Jogja, “Jalur Tengkorak” yang Makin Seram MOJOK.CO

Ilustrasi Jalan Taman Siswa Jogja, “Jalur Tengkorak” yang Makin Seram. (Mojok.co/Ega Fansuri)

MOJOK.COJalan Taman Siswa Kota Jogja “hanya” sepotong jalan lurus saja. Namun, jalur pendek itu menyimpan bahaya, menjadikannya jalur tengkorak di tengah kota.

Jika membicarakan kemacetan dan tingkat bahaya sebuah jalan, warga Jogja sudah menyimpan jawaban di dalam kepalanya. Misalnya, mereka akan merujuk Jalan Gejayan yang sangat padat, si kawasan elite Seturan, Jalan Selokan Mataram yang chaos, hingga Ring Road yang semakin tak terkontrol.

Terkadang, satu ruas jalan ini tidak masuk ke dalam pembahasan. Namun, di momen-momen tertentu, orang Jogja pasti paham betapa berbahayanya jalan lurus ini. Nah, jalan yang saya maksud adalah Jalan Taman Siswa di Kota Jogja. Bagi saya, satu ruas jalan yang sebetulnya pendek ini sudah layak menyandang “jalur tengkorak” karena begitu berbahaya.

Sebelumnya saya mohon maaf kepada siapa saja yang tersinggung karena saya menggunakan diksi “jalur tengkorak”. Saya tahu, mungkin, istilah ini terlalu berlebihan. Namun, bagi saya, Jalan Taman Siswa selalu bisa membuat saya menjadi lebih waspada. Bahkan melebihi ketika melintas di Ring Road. Dan, izinkan saya menjelaskannya.

Jalan lurus itu menyimpan bahaya tersendiri

Adalah Marcell Kurniawan, Director Training The Real Driving Center (RDC), menjelaskan sebuah teori yang menarik. Jadi, kata Marcell, jika kita mengendarai mobil (dan motor) dengan durasi yang lama, di rute yang lurus saja, akan membuat pengemudi dilanda rasa bosan. 

Marcell menyebut kondisi ini dengan istilah highway hypnosis. “Kondisi yang membosankan seperti jalan lurus dapat menyebabkan highway hypnosis. Dampaknya, pengemudi kehilangan kesadaran dan kehilangan kendali,” katanya kepada Kompas.

Lantas, apakah Jalan Taman Siswa di Kota Jogja memang mampu membuai pengendaranya sampai merasa bosan? Menurut saya, jawabannya bisa ya dan tidak.

Bisa ya, karena tingkat fokus setiap pengendara bisa berbeda. Rasa kantuk yang muncul juga bisa menjadi pemicu. Bisa saja tidak, karena Jalan Taman Siswa di Kota Jogja “tidak sepanjang itu” sampai bisa “memabukkan” pengendara dan menjebak mereka dalam kondisi highway hypnosis.

Yah, apapun itu, intinya, jalan lurus saja ini menyimpan bahaya, jika pengendara nggak sepenuhnya fokus. Nah, saya rasa, ketimbang faktor “jalan lurus saja”, rendahnya fokus manusia itu yang menjadi penyebab utama.

Adu banteng di Jalan Taman Siswa di Kota Jogja

Pada 22 Juni 2023 terjadi peristiwa “adu banteng” di Jalan Taman Siswa di Kota Jogja. Radar Jogja mencatat 1 korban meninggal dunia. AKP Timbul Sasana Raharjo, Kasi Humas Polresta Jogja, memberi penjelasan perihal kronologi. 

Jadi, kata Pak Timbul, kecelakaan itu melibatkan Honda Vario yang dikendarai Suhendra Anang, 23, warga Morowali Sulawesi Tengah. Suhendra membonceng Annik Khoirunnisa, 18, warga Nganjuk, Jawa Timur. Keduanya berkendara dari arah selatan ke utara. Sementara itu, dari arah sebaliknya, melaju Honda Vario juga yang dikendarai Eko Darmawan, 47, membonceng Edelyn Putri, 11.

Suhendra, ketika sampai di depan Hotel Nirwana, mencoba mendahului sebuah mobil. Ketika mendahului, Suhendra tidak menyadari dirinya terlalu ke kanan melewati marka. Kecelakaan tidak bisa dihindari. Suhendra “adu banteng” dengan Eko Darmawan. Tercatat, Eko meninggal dunia.

Selain membuat pengendara bosan, jalur lurus di Jalan Taman Siswa di Kota Jogja bisa membuat pengendara menjadi ceroboh dan tanpa perhitungan. Jika fokus, seperti di peristiwa “adu banteng” 22 Juni 2023, pengendara tidak akan sembarangan mendahului mobil dari arah kanan sampai jauh melewati garis marka. 

Adrenalin, dikombinasikan dengan rendahnya fokus, adalah bahan bakar terbaik akan sebuah bencana. Mungkin, di kecelakaan lain, bukan hanya adrenalin dan rendahnya fokus. Bisa juga karena arogan dan terlalu mudah merasa tertantang untuk memuntir tuas gas sampai mentok. Sebuah kebiasaan yang masih jelas terpampang hingga saat ini.

Jalur yang semakin padat dan berbahaya

Oktober tahun lalu, saya sempat menulis kalau Jalan Gejayan adalah simulator bencana dari bonus demografi. Sekarang, saya rasa, Jalan Taman Siswa di Kota Jogja juga bakal “menderita” jika tingkat bahaya di sana jarang kita diskusikan.

Jadi, bonus demografi sendiri adalah potensi pertumbuhan ekonomi yang tercipta. Hal yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan struktur umur penduduk. Struktur umur yang dimaksud adalah usia produktif (15-64 tahun) akan lebih besar dibanding usia nonproduktif (65 tahun ke atas). 

Kondisi ini akan menjadi stres tersendiri bagi Jalan Taman Siswa. Pasalnya, dari ujung utara hingga selatan (di perempatan Tukangan), hampir semua bangunan menjadi “oli roda ekonomi”. Hampir semua bangunan diperuntukkan untuk usaha dan pendidikan. Belum kalau malam, ketika pedagang kaki lima yang “makan trotoar” muncul ke permukaan.

Hasil pengamatan saya adalah sebagai berikut. Jadi, lantaran semakin padat manusia, terutama yang membawa mobil, mereka jadi parkir di tempat yang ada. Titik yang saya maksud adalah tepi jalan. Otomatis, mobil ini akan memakan separuh badan jalan. Sekarang bayangkan hal itu terjadi di hampir semua ruas jalan. Bayangkan juga 5 tahun ke depan ketika usia produktif, yang suka naik mobil karena Trans Jogja terlalu lelet, membanjiri Kota Jogja.

Sudah kamu bayangkan? Tahan dulu imajinasi itu. Sekarang, tambahkan dengan imajinasi banyaknya sepeda motor yang parkir di trotoar di Jalan Taman Siswa Jogja. Mereka akan keluar-masuk jalanan dengan volume besar. Nah, tambahkan imajinasi itu dengan imajinasi sebelumnya. Kamu akan mendapatkan wujud sebuah jalur lurus, padat oleh roda 4 parkir sembarangan, dan roda 2 yang keluar-masuk trotoar dengan “liar”.

Kecelakaan, mulai dari senggolan, hingga adu banteng, bisa saja terjadi. Itulah kenapa, Jalan Taman Siswa di Kota Jogja, bagi saya, adalah “jalur tengkorak”. 

Kesimpulan

Sampai selesai menulis artikel ini, saya belum menemukan ada sebuah indikasi perbaikan transportasi massal di Jogja. Beberapa teman saya dari Jawa Timur menyebut Trans Jogja sudah cukup lumayan. Saya tidak ingin membantah opini mereka. Namun, opini mereka tidak lantas membenamkan fakta yang ada.

Yah, dengan 1 paragraf di atas, pembaca pasti bisa menebak arah penutup tulisan ini. Sudah mendapatkan gambaran akan arahnya? Belum? Ya sudah, tidak semua hal harus kamu pahami. Namun, yang pasti, kalau melintas di Jalan Taman Siswa di Kota Jogja, kita sama-sama paham untuk tetap fokus dan nggak usah ngebut, deh.

Penulis: Moddie Alvianto W.

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Daftar Singkatan Nama Jalan Jogja, Sebuah Panduan bagi Perantau dan Wisatawan dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.

Exit mobile version