Hijrah Rasul Bukan Riwayat Caci Maki - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Home Esai

Hijrah Rasul Bukan Riwayat Caci Maki

Kalis Mardiasih oleh Kalis Mardiasih
12 Februari 2017
0
A A
Hijrah Rasul Bukan Riwayat Caci Maki

Hijrah Rasul Bukan Riwayat Caci Maki

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Syahdan, tersebutlah seorang yahudi buta dan tua yang gemar sekali mencaci maki Rasulullah saw. Ia menolak risalah yang Rasulullah bawa dengan berbagai cara kasar, mulai dari mengumpat, meludah, hingga mengabarkan ke seantero negeri untuk memengaruhi orang lain. Tiap hari, seorang laki-laki datang memberinya makan dan menyuapinya dengan penuh kasih sayang. Kepada laki-laki itu, ia pun tak lupa mengumbar kata-kata kasar untuk Rasulullah Muhammad saw.

Si laki-laki tadi senantiasa sabar dan telaten saat menyuapi si yahudi buta itu. Jika ada daging yang terlalu keras, ia suwir dagingnya agar si yahudi buta tak kesulitan memakannya. Suatu ketika laki-laki itu tak datang. Abu Bakar yang kebetulan lewat pun berhenti, ganti menyuapi si buta.

“Ini bukan tangan yang biasa menyuapiku. Kemana laki-laki yang biasa menyuapiku?” tanyanya ketika merasakan perangai yang berbeda, juga tangan yang tak biasa.

“Ia sedang ada urusan, Tuan.”

“Siapa sesungguhnya laki-laki yang setiap hari memberiku makan itu?”

Baca Juga:

Novi Basuki: Putcast Terlama! Membongkar Agenda Tiongkok di Indonesia!

Agoes Salim: Memimpin adalah Menderita

Indonesia Berduka, Buya Syafii Maarif Wafat Jelang Usia ke-87

“Ia Rasulullah. Muhammad saw.”

Dongeng yang jamak kita dengar tersebut menyebutkan bahwa pada akhirnya, si yahudi buta masuk Islam di tangan Sayyidina Abu Bakar. Ia mendapat petunjuk iman lewat akhlak Sang Rasul yang bukan merupakan perisai, namun sudah menjadi pakaian keseharian, dari zahir hingga batin.

Pekan lalu, seorang blogger menceritakan pengalamannya saat menjumpai Buya Profesor Ahmad Syafii Maarif sedang bersepeda dengan stang tergantung tas kresek berisi buku. Kesederhanaan Buya Syafii memang bukan bualan. Publik mengetahui bahwa ia adalah peraih Ramon Magsaysay Award yang berkali-kali menolak tawaran untuk menjabat sebagai direktur atau komisaris Perusahaan Negara. Buya memilih mundur ke pojok, menulis, mengembangkan ilmu pengetahuan lewat berbagai lembaga keilmuan dan kebudayaan, dan menjalani hidup sehari-hari dengan tenang.

Cerita apik semacam itu, sayangnya harus dirisak oleh komentar semacam “tua bangka”, “liberal”, hingga “sesat” yang ditudingkan kepada Buya. Awalnya, saya pikir akun bebal semacam itu adalah akun palsu tanpa identitas. Saya mencoba meluangkan waktu untuk melihat lebih jauh, dan hasilnya menyedihkan, saya melihat sebagian besar mereka memanglah akun yang nyata. Akun nyata yang mungkin sudah penuh dengan kebencian. Dinding akun mereka penuh dengan postingan serupa: link-link berita yang ia bumbui dengan umpatan dan caci maki.

Ini tentu membuat saya mengelus dada. Betapa prinsip yang harusnya begitu sederhana: menghormati orang yang lebih tua adalah wajib, ternyata bisa dengan mudah dirobohkan hanya karena perkara kepentingan. Tentu ini bukan sekadar identitas “sesat” atau “tidak sesat”, namun bagaimana perilaku kita, terutama saat berada di mimbar publik.

Mengingat akhlak Rasulullah adalah mengingat sesuatu yang terlalu tinggi, dan barangkali terlalu jauh kita gapai. Ia kemudian memiliki pewaris yang menyebar di seantero dunia. Di Indonesia, mereka yang dapat kita lacak secara garis keturunan, kesamaan sanad keilmuan serta kiprahnya, salah satunya adalah walisongo. Adalah syeikh Akhmad Rahmatillah, yang semua keturunannya ‘alim dan amir. Dewi Asiqoh, istri kesultanan Demak. Sayyid Hasim atau Qosim Drajat, bapak dari para fakir dan miskin. Ia juga seorang ekonom dan menguasai bidang agraria hingga wilayahnya makmur dan sejahtera. Sayyid Maulana Ibrahim atau Sunan Bonang adalah guru para Sultan dan gurunya guru pada masanya. Imam Ja’far Shodiq alias Sunan Kudus yang memajukan daerahnya lewat pendidikan dan tradisi. Dewi Aisyah, istri Syeikh Syarif Hidayatullah yang merebut Sunda Kelapa. Hingga Dewi Ruqoyyah yang merupakan menantu dari Sunan Ampel.

Hingga kini, makam mereka selalu ramai dikunjungi para peziarah serta menggerakkan ekonomi kerakyatan. Apalagi ketika hari Jumat, ratusan bis berduyun-duyun datang. Mereka yang datang bukan sedang mendatangi sebuah mitos atau dongeng. Akan tetapi, bagi orang yang mau membaca sejarah, mereka sedang menziarahi jejak perjuangan dan potret akhlak yang dapat dilacak dan nyata.

Raden Said Sunan Kalijaga, yang keturunan Adipati Tuban misalnya, meninggalkan syi’ir-syi’ir Jawa yang sarat nilai. Ia mengubah pesan syair pada masa Majapahit yang masih membawa pesan kasta dan feodalisme dengan memasukkan nilai-nilai Islam yang egaliter dan setara dalam suluk gubahannya. Di Cirebon, makan Maulana Syarif Hidayatullah dikunjungi tak hanya oleh peziarah Muslim, bisa kita bilang: separonya Non-Muslim! Hal serupa itu jamak terlihat pada makam beberapa tokoh, seperti Mbah Mutamakkin hingga Gus Dur. Akhlak yang baik memang semestinya menembus sekat warna kulit dan kepercayaan.

Tokoh-tokoh luhur itu semasa hidupnya mampu menunjukkan perubahan-perubahan berharga dalam beragama. Menunjukkan sikap dan semangat hijrah seperti yang dicontohkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad saw. yang senantiasa menjunjung tinggi keluhuran akhlak.

Sayang aduhai sayang, di era sekarang ini, ternyata keindahan dan semangat hijrah a la Rasulullah semakin terkikis dan hilang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Infid, salah satu LSM yang bergerak di bidang kajian dan penelitian seputar demokrasi, kesetaraan, dan HAM, menunjukkan bahwa sekarang ini, makin banyak golongan yang menyalahpahami makna hijrah. Hijrahnya Rasul adalah dari zaman jahiliyah ke zaman Islam, sedangkan mereka justru nampak kembali ke masa pra-kenabian. Ciri-cirinya adalah gemar menjadi kaum yang merasa tertindas tetapi pada waktu yang bersamaan justru suka menindas, padahal Nabi kita adalah manusia yang merangkul dan melindungi. Muncul kaum yang merasa benar sendiri, kemudian melanjutkan kebebalannya berlandaskan kekuasaan, bukan asas keadilan. Indikator lain, yang telah banyak kita ketahui, adalah suka memusuhi yang berbeda serta suka menyerang bahkan siap berperang.

Hhhh, Kalau sudah begini, apa yang bisa kita lakukan?

Gojekan gentho, bercanda yang enak-enak saja dengan sesama teman. Dan, jika perlu, ramaikan obrolan dengan tagar yang woles-woles seperti #IndonesiaRumahBersama, #IndonesiaSudahFinal, atau kalau lagi pengen misuh saking kzl-nya, bilang saja: #MuslimOraKayaRaimu #IslamOraKayaDapuranmu.

Eh, tapi ya jangan sering-sering ding…

Tags: buya syafiifeaturedIslamrasulwalisongo
Kalis Mardiasih

Kalis Mardiasih

Artikel Terkait

Novi Basuki: Putcast Terlama! Membongkar Agenda Tiongkok di Indonesia!

Novi Basuki: Putcast Terlama! Membongkar Agenda Tiongkok di Indonesia!

25 Juli 2022
Agoes Salim: Memimpin adalah Menderita

Agoes Salim: Memimpin adalah Menderita

22 Juli 2022
Indonesia Berduka, Buya Syafii Maarif Wafat Jelang Usia ke-87

Indonesia Berduka, Buya Syafii Maarif Wafat Jelang Usia ke-87

27 Mei 2022
toleransi antarumat beragama di kotabaru

Toleransi Antarumat Beragama di Kotabaru Tak Sekadar Menyediakan Lahan Parkir

4 Mei 2022
Islam Sebagai Dasar Negara

Islam Sebagai Dasar Negara

30 April 2022
Gus Miko Cakcoy: Wayang, Sebuah Seni untuk Ngaji

Gus Miko Cakcoy: Wayang, Sebuah Seni untuk Ngaji

11 April 2022
Pos Selanjutnya
Nasionalisme Gojek Tidak Ada Apa-Apanya Dibanding Grab Odong-Odong

Pilkada Yogyakarta yang Mak-Plekenyik

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak MOJOK.CO

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak

8 Agustus 2022
Hijrah Rasul Bukan Riwayat Caci Maki

Hijrah Rasul Bukan Riwayat Caci Maki

12 Februari 2017
Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Perguruan Tinggi Favorit MOJOK.CO

Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Masuk Perguruan Tinggi Favorit

5 Agustus 2022
pola pengasuhan anak mojok.co

Psikolog UGM Jelaskan Tipe Pola Asuh yang Bisa Berdampak pada Hasil Akademik Anak

5 Agustus 2022
Lampu merah terlama di Jogja. (Ilustrasi Ega Fansuri/Mojok.co)

Menghitung Lampu Merah Terlama di Jogja, Apakah Simpang Empat Pingit Tetap Juara?

9 Agustus 2022
Asrama mahasiswa Sumatra Selatan, Pondok Mesudji dalam sengketa di pengadilan. Mahasiswa menilai ada campur tangan mafia tanah.

Mahasiswa Sumsel di Asrama Pondok Mesudji Jogja Terancam Pergi karena Mafia Tanah

11 Agustus 2022
Musimin, petani di lereng Gunung Merapi yang menolak ekspor kopi ke Jepang.

Mengenal Musimin, Petani Lereng Merapi yang Menolak Pesanan Kopi dari Jepang 

5 Agustus 2022

Terbaru

tarif ojol mojok.co

Ekonom Indef: Kenaikan Tarif Ojol Bisa Picu Inflasi, Pemerintah Perlu Pertimbangkan Lagi

12 Agustus 2022
Ibu Ruswo: Pembakar Api Revolusi Dari Dapur Umum

Ibu Ruswo: Pembakar Api Revolusi dari Dapur Umum

12 Agustus 2022
meterai elektronik mojok.co

Beredar Meterai Elektronik Palsu, Waspadai Modusnya

12 Agustus 2022
kip kuliah ugm mojok.co

UGM Buka Pendaftaran Beasiswa KIP Kuliah Bagi 1.850 Mahasiswa Baru, Ini Syaratnya

12 Agustus 2022
mitos dan fakta menyusui mojok.co

Ini Mitos dan Fakta Seputar Ibu Menyusui yang Perlu Diketahui

12 Agustus 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In