Cara bertahan hidup
Sebagai bapak-bapak kampung yang terkadang ikut ronda tetapi hanya sampai pukul 12 malam, turut hadir dalam kegiatan masyarakat adalah hal yang sebaiknya dilakukan. Hidup bertetangga adalah salah satu cara manusia bertahan hidup.
Kita tidak pernah tahu kapan musibah akan datang. Andai ada orang meninggal di sekitar kampung, atau di keluargamu, orang-orang yang bergerak dan tergerak membantumu adalah tetangga.
Mereka yang kemudian mendirikan tenda, menata kursi, dan mengurus berbagai hal. Semua menjadi lebih mudah.
Barangkali jika tidak mau bertetangga, entah apa jadinya manusia. Meskipun tentu saja setiap manusia memiliki batasan atau kesibukan yang tidak mengharuskan setiap manusia pasti hadir dalam aktivitas masyarakat.
Duta Sheila on 7, dengan segala kesibukannya saja masih bisa hadir, masak kita, nggak?
Kegelisahan saya dan mungkin kegelisahan Duta Sheila on 7 juga
Barangkali saya seperti Duta Sheila on 7. Kami punya kesibukan, tapi masih sempat hadir untuk sebagian kecil kegiatan masyarakat. Dan barangkali pula, saya memiliki keresahan atau kegelisahan, yang entah dirasakan Pak Duta atau tidak.
Apa itu kegelisahannya?
Duta Sheila on 7 memiliki anak perempuan. Sama seperti saya. Perbedaannya, anak perempuannya sudah memiliki KTP sedangkan anak saya masih balita.
Nah, kegelisahannya adalah bagaimana merawat anak perempuan di tengah gempuran media sosial?
Di kampung, nyinyiran yang sekiranya akan hadir adalah kayak gini:
“Kok udah usia seperempat abad belum menikah, sih?”
“Masak, ya mau kerja terus? Apa nggak cari pasangan dulu?”
Saya kira, itu adalah nyinyiran yang banyak terjadi di banyak kampung. Dan sepertinya, mau dari dulu sampai sekarang, akan tetap ada hanya berbeda kemasan.
Bedanya, dulu belum ada media sosial. Kalau sekarang, bukan hanya sekadar berkembang, melainkan melesat hingga melampaui zaman.
Kasus lelaki patah hati kemudian ter-trigger dan memperkosa bahkan membunuh perempuan sudah jadi hal biasa. Ada pula yang dibawa kabur. Belum lagi begal, maaf, payudara. Ya ampun, ada saja kelakukan manusia-manusia berotak pasir.
Saya, kok, kebetulan membaca berita-berita itu sungguh terenyuh. Gimana dengan Pak Duta Sheila on 7? Apakah sama seperti saya yang sesekali membatin, bisakah saya merawat anak perempuan dengan baik?
Hal baik atau buruk bisa menimpa kepada siapa saja. Termasuk ke anak-anak perempuan kita.
Saya jadi ingat salah satu sinar (Vindes, kayaknya) tentang bahasan anak perempuan. Saat itu, Desta ditanya oleh narasumber. Kira-kira redaksinya begini:
“Des, apa yang kamu obrolkan ketika ada anak lelaki datang ke rumahmu untuk mengajak anak perempuanmu pergi?”
“Ya bersikap sopan selayaknya orang tua, tetapi dalam hati akan ngomong, hey, kids, awas lo yaa. Gua tahu isi otakmuuu!”
Ya, meskipun disuarakan dengan nada sedikit tinggi tapi ada kesan lucu, tak menyurutkan kekhawatirannya terhadap anak perempuannya.
Kalau Duta Sheila on 7, bagaimana? Apakah memiliki keresahan yang sama?
Yang mestinya kita lakukan sebagai bapak
Kita bukan sekali atau dua kali disuguhkan sebuah cuplikan love language Duta Sheila on 7 terhadap anak perempuannya. Sebagai contoh, sekadar pengingat, ada sebuah cuplikan video yang menampilkan Aisha terlihat gugup saat mencoba menyanyikan lagu “Memori Baik” di studio. Khawatir dan grogi. Bahkan, saking khawatirnya, dia sampai minta maaf kepada bapaknya.
Yang dilakukan Pak Duta adalah respons santai. Dia menegur secara halus. Biasa saja.
Respons seperti itulah yang kemudian menjadi viral. Respons seorang bapak yang alih-alih memarahinya, tetapi menegur secara biasa, tanpa nada tinggi.
Dari cara berperilaku Pak Duta, saya belajar. Menjadi seorang bapak yang memiliki anak perempuan pastilah tidak mudah. Perlu ketelatenan sehingga bisa membentuk Aisha (kelak) menjadi penyanyi.
Dari cara berperilaku Duta Sheila on 7 terhadap masyarakat, saya juga belajar. Tetaplah membumi. Tetaplah berpijak di mana kita tinggal. Bahwa manusia tanpa pertolongan orang lain, tidak akan berarti apa-apa.
Penulis: Moddie Alvianto W.
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Selamat Ulang Tahun Duta Sheila on 7, Persona Sederhana yang Nggak Cocok Jadi Artis dan catatan menarik lainnya di rubrik ESAI.












