Tanpa Depok, Seturan, dan Babarsari, Sleman Tidak akan Menjadi Daerah dengan SDM Paling Maju se-Indonesia

Depok dan Seturan Bikin SDM Sleman Paling Maju se-Indonesia MOJOK.CO

Ilustrasi Depok dan Seturan Bikin SDM Sleman Paling Maju se-Indonesia. (Mojok.co/Ega Fansuri)

MOJOK.COTanpa Depok dan Seturan, Sleman tidak akan mendapat predikat SDM paling maju se-Indonesia. Makasih para mahasiswa yang sering kena hujat.

Pertama-tama, meski agak telat, saya ingin mengirim ucapkan selamat untuk Kabupaten Sleman. Meskipun berada di daerah istimewa autopilot ini, Sleman berhasil mendapat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tertinggi. Artinya, sang kabupaten adalah daerah dengan SDM paling maju se-Indonesia. Sangat patut dibanggakan!

Tapi sebelum jemawa sambil berseru, “KTP Sleman buoss!” mari kita amati. Kok bisa kabupaten di provinsi 5 besar upah minimum terendah ini memproduksi SDM paling maju? Kok sepertinya mustahil ya? 

Tidak mustahil sih, karena Sleman punya Seturan, Babarsari, Condongcatur, dan Depok (SCBD). Masih ada juga Karangmalang, Bulaksumur, Pogung, dan daerah-daerah sekitarnya. Daerah inilah, khususnya Seturan dan Depok, menjadi produsen SDM tinggi, yang akhirnya membuat Sleman mendapat predikat luar biasa itu.

Tanpa SCBD dan sekitar, mungkin Sleman tidak akan mendapat predikat SDM paling maju. Mau sebenci apapun dengan kultur mahasiswa, kabupaten tersebut kini hidup karenanya. Bahkan ketika stigma negatif dijejalkan pada para mahasiswa dan pendatang, mereka mendapat nama baik dari mereka.

3 kunci penilaian IPM memang dikuasai Sleman

Mungkin Anda penasaran, “Apa sih standar daerah dengan SDM paling maju?” Apalagi ketika melihat Sleman yang sudah menyabet gelar ini sejak 2004. Bayangkan, 20 kali kabupaten tersebut mendapat predikat SDM paling maju. Real Madrid saja baru 15 kali jadi juara UCL.

Ada 3 aspek penilaian yang menentukan IPM. Ketiganya berpengaruh pada kualitas hidup masyarakat di dalamnya yaitu kesehatan, pendidikan, dan pengeluaran. Selama 20 tahun, kabupaten tersebut berhasil menguasai ketiga aspek ini. Hebatnya, mereka menyalip Jakarta, bahkan Kota Jogja.

Tanpa harus membuka deretan angka BPS, mata telanjang kita sudah bisa menangkap kedigdayaan Sleman. Perkara kesehatan, kabupaten tersebut memiliki pusat kesehatan yang merata, bahkan bertaraf internasional seperti JIH. 

Perkara pendidikan jangan ditanya, sih. Ada 40 lebih perguruan tinggi yang tercatat sejak 2022. Termasuk UGM yang selalu masuk 3 besar PTN terbaik nasional. Urusan pengeluaran jelas disokong oleh kelompok yang tidak terpengaruh UMR rendah secara langsung. Yaitu para mahasiswa dan pendatang yang tersebar di Depok dan Seturan. 

Baca halaman selanjutnya: Wayahe Depok lan Seturan tampil.

Pendidikan adalah industri terbaik yang tersebar di Depok, Seturan, dan Babarsari, dan Condongcatur 

Jika pernah kuliah di daerah-daerah seperti Depok, Seturan, Condongcatur, dan Babarsari mungkin Anda akan menilai kabupaten ini sangat maju. Punya rumah sakit internasional, penuh kafe dan pusat perbelanjaan, serta dipenuhi gedung-gedung tinggi universitas. Tapi jangan salah. Daerah yang maju itu hanya ada di Sleman area selatan.

Sedikit saja keluar dari area tersebut, kabupaten ini tidak ubahnya kabupaten biasa. Jauh dari kata SDM tinggi. Mungkin ada beberapa titik yang cukup maju. Misal di area Jalan Kaliurang. Tapi jangan salah, karena di situ ada UII. Kantong-kantong pendidikan inilah yang jadi penopang utama pembangunan manusia. 

Bukan bermaksud membandingkan, tapi lihat saja perbedaan area Turi dan Tempel dengan Depok, Seturan, dan Condongcatur. Terkesan beda jauh tapi masih dalam satu kabupaten yang luasnya hanya 574,8 Km2. Meskipun investasi mulai masuk di kecamatan-kecamatan pinggir area pendidikan, namun pusat pembangunan manusia tetap berada di Depok, Seturan, Condongcatur, Babarsari, dan sekitar.

Banyak daerah di Sleman yang masih krisis sanitasi layak, tapi peringkat kesehatannya tetap baik. Tingkat tertinggi pendidikan penduduk masih SLTA. Namun, peringkat pendidikannya tetap baik. Upah minimum baru menembus dua juta lebih, tapi peringkat pengeluaran tetap baik. Semua jadi baik karena disokong area pendidikan.

Jadi wajar saja jika pendidikan adalah industri terbaik. Tidak perlu barisan pabrik seperti Cikarang karena Sleman punya industri penghasil tenaga kerja terbaik di Indonesia.

Tanpa mahasiswa dan industri pendidikan, Depok, Seturan, dan sekitarnya ya daerah biasa saja

Apakah Anda menangkap polanya? Angka IPM yang tinggi di Sleman jelas disumbang oleh area di mana kampus dan mahasiswa berada seperti Depok, Seturan, Condongcatur, dan Babarsari. Industri pendidikan jadi motor utama yang menjaga posisi kabupaten ini tetap di puncak SDM paling maju.

Uniknya, daerah-daerah ini yang sering mendapat stigma negatif. Depok dan Seturan misalnya, sering dianggap sebagai pusat maksiat, area sering bentrok, sampai penguasa properti. Tapi ketika melihat peringkat IPM tadi, Sleman langsung berbunga-bunga. Padahal yang menyumbang adalah daerah yang sering dibenci.

Namun dengan angka IPM tinggi, Sleman juga tidak segera mentas sebagai daerah maju. Maklum saja, pembangunan manusia terpusat di beberapa kecamatan saja. Belum lagi yang bisa mengakses pendidikan juga terbatas. Maka dengan angka IPM yang mentereng, mereka tetap terseok-seok bersama daerah lain di DIY.

Tapi bolehlah Sleman berbangga dengan predikat ini. Apalagi sudah 20 tahun menjadi daerah dengan SDM paling maju se-Indonesia. Namun jangan lupa. Mereka mendapat predikat ini hanya karena pusat pendidikan di Depok, Seturan, Condongcatur, dan Babarsari. Tanpa adanya mahasiswa yang sering dihujat, kabupaten tersebut hanya kabupaten biasa yang kebetulan istimewa.

Penulis: Prabu Yudianto

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Pindah dari Malang Dapat Kos Memprihatinkan di Babarsari Kawasan “Pinggir” SCBD Jogja dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.

Exit mobile version