Dari Agen CIA sampai Dukun Pelet: 15 Hal yang Kamu Temukan Saat Penelitian Antropologi - Mojok.co
  • Kirim Artikel
  • Terminal
Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
Home Esai

Dari Agen CIA sampai Dukun Pelet: 15 Hal yang Kamu Temukan Saat Penelitian Antropologi

Hatib Abdul Kadir oleh Hatib Abdul Kadir
19 September 2017
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Melakukan penelitian antropologi memang tidak mudah, tapi selalu menarik. Waktu yang lama memang kadang membuat peneliti bosan dan rindu tempat asalnya, tapi ada banyak pengalaman yang tidak bisa didapatkan jika hanya melakukan survei, sensus, atau membuat laporan jurnalistik.

Yang dialami salah seorang profesorku, misalnya. Saking lamanya meneliti di suatu dataran di Kalimantan Selatan, ia pernah membantu anak tuan rumahnya melakukan persalinan. Juga ada kisah antropolog yang dikejar-kejar polisi karena keseringan ikut sabung ayam. Antropolog lain ada yang diajak kampanye politik atau ikut tawuran menyerang kampung lain. Ini memang risiko tinggal lama dan ikut membaur bersama warga.

Sesudah penelitian, banyak kisah yang bisa dikenang. Entah sedih, lucu, bahkan berbahaya kalau diingat-ingat. Aku pernah memimpin sebuah riset kelompok di Karimun Jawa yang mana satu sub-kelompok hampir tenggelam karena perahu kecil yang ditumpangi terbalik dan banyak penumpang yang kakinya tersangkut jaring nelayan. Untung si empunya jaring datang dan segera menyelamatkan. Sialnya, banyak yang tidak bisa berenang. Dan lebih sialnya, dalam setiap riset kelompok, pasti ada saja anggota yang mudah kerasukan setan.

Lima belas daftar di bawah ini adalah pengalaman penelitian yang sering dialami antropolog di lapangan. Menurutku, banyak yang sebenarnya tidak lucu, malah cenderung menyedihkan. Namun, bukankah puncak dari kelucuan itu adalah sesuatu yang menyedihkan?

1. Pertama kali tiba, kamu dianggap mata-mata. Entah mata-mata kepolisian setempat atau bahkan agen CIA. Mata penduduk melihatmu seperti tembus sampai bagian belakang tengkorak kepalamu. Satu minggu pertama dalam penelitian adalah yang terberat. Kamu harus memperkenalkan dirimu berulang-ulang kepada orang yang berbeda. Dan banyak dari mereka yang tidak paham apa itu “penelitian” karena ini jenis pekerjaan paling asing buat penduduk desa.

Baca Juga:

Menjawab Keluhan Megawati terhadap Pengajaran Sejarah di Sekolah

Inferiority Complex atau Perasaan Minder Bagian dari Eksistensi Akademisi

Antropologi dan Magi Melihat Santet yang Diduga Menyasar Seorang Bapak 

2. Kamu harus berhadapan dengan tidak adanya pembatasan privat dan publik yang tegas. Mandi tanpa dinding dan kamar tidur yang terbuka dan tanpa kunci. Kamu diminta terbiasa mandi dengan posisi tuan rumah hanya membelakangimu dengan kondisi nyaris tanpa dinding pembatas.

3. Kamu diperlakukan seperti anak kecil. Tuan rumah yang kamu tinggali sering cemas setiap kali kamu keluar rumah dan jika belum pulang hingga pukul 8 malam. Mereka tiba-tiba menganggap daerahnya berbahaya dan tidak aman bagi orang kota yang baru datang seperti kamu. Mereka juga menunjukkan bahwa mistik dan kekuatan hitam sangatlah kuat di daerah itu, maka kamu sebagai orang baru dianggap rentan terhadap santet, suanggi, doti-doti, dan berbagai ilmu hitam lainnya yang bertebaran di malam hari. Jika kamu tidak jatuh sakit di tempat penelitian, tuan rumah sering yakin bahwa kamu memang punya ajimat sebelum masuk ke desanya.

4. Sinyal susah. Semakin susah sinyal, semakin terkesan antropolog sejati. Apalagi jarang posting di media sosial dan susah ditelepon. Setiap ditelepon selau dijawab dengan suara operator, “Maaf, nomor yang Anda tuju berada di luar jangkauan.” Teman-temanmu mengira bahwa kamu benar-benar melakukan penelitian, padahal kamu cuma sedang kehabisan pulsa.

5. Kamu mulai punya sahabat yg bertandang ke tempat kamu tinggal. Padahal ia jarang berkunjung sebelumnya ke rumah tersebut. Tuan rumah yang kamu tinggali biasanya terkenal arogan atau sangat disegani sehingga membuat orang sungkan untuk mampir ke rumahnya. Namun, berkat kehadiranmu, secara tidak langsung kamu membantu mencairkan hubungan tuan rumahmu dengan tamu-tamu yang juga menjadi teman barumu. Ingat, tidak semua kehidupan warga desa itu harmonis dan saling gotong royong seperti dalam bayangan eksotis kaum urban atau tayangan perjalanan wisata. Warga desa juga penuh intrik, iri hati, bahkan saling boikot.

6. Kamu pernah ditaksir atau naksir masyarakat setempat. Dalam level yang paling ekstrem, kamu pernah mendapatkan upaya pelet atau guna-guna dari pemuda setempat. Sangat berisiko jika antropolog berstatus lajang. Beberapa peneliti perempuan yang masih lajang bahkan harus menggunakan cincin palsu tanda ia sudah menikah. Atau di minggu pertama, ia mengajak pasangannya terlebih dahulu untuk memberi tahu ke publik bahwa ia sudah ada yang punya.

7. Kamu sebenarnya tidak suka dengan orang-orang di tempat kamu tinggal karena dalam beberapa hal mereka terbukti berbohong atau omong besar. Apa yang mereka bicarakan tidak sesuai dengan apa yang kamu lihat, apa yang mereka katakan tidak sesuai dengan apa yang ia lakukan. Mari berpikir positif, mungkin itu karena ingatan manusia pendek, tapi sering juga itu karena orangnya memang sedang membual. Misalnya seorang warga desa yang berkali-kali berkata kepadaku bahwa setiap kali bupati lewat depan rumahnya, pasti mampir dan memberi salam. Suatu kali bupati betul-betul lewat dengan iring-iringan mobilnya, dan ia tidak sama sekali berhenti, padahal warga itu jelas-jelas berdiri tepat di depan rumah.

8. Kamu pernah melakukan “dosa” seperti minum-minuman keras, berjudi, makan daging anjing, babi, penyu, bahkan biawak. Itu biasa. Bahkan sambil makan daging babi atau minuman keras, kamu merasakan ada gurat kepuasan di wajah masyarakat yang kamu bersamai. Dalam hati mereka berkata, Ia sudah jadi bagian dari kami.

9. Kamu mulai melakukan hal-hal di luar kebiasaanmu, seperti merokok atau makan pinang, begadang dengan penduduk, memancing, berburu, atau bertani.

10. Kamu mulai belajar bahasa setempat, dan yang pasti diajari teman-teman barumu pertama-tama adalah kata-kata jorok seperti alat kelamin, rambut kemaluan, seks, kemudian baru bahasa-bahasa mendasar seperti ayo makan, selamat malam, gula habis, dst. Ketika kamu dapat mengucapkan beberapa kata dalam bahasa mereka, wajah mereka tampak lebih puas daripada situasi di nomor 8.

11. Kamu mengubah gaya pakaianmu. Kamu mulai menggunakan sarung, tas kulit, dan celana pendek. Orang-orang yang kamu teliti tampak demikian gembira sekaligus ganjil saat menatapmu.

12. Kamu mulai belajar membagi waktu dengan bijak antara nongkrong hingga larut malam, menulis laporan, dan membaca buku-buku laporan etnografi dan novel untuk mengasah wawasan dan kekayaan tulisanmu. Itu harapanmu.

Kenyataannya? Kamu jarang sempat membaca buku. Kesannya, itu pekerjaan orang kota dan akademisi yang sangat individualis dan kamu akan merasa berdosa mencueki tuan rumah dengan bacaan-bacaanmu itu. Dan jika kamu melakukan riset di Indonesia Timur seperti Ambon, Kei, Tual, Seram, juga kawasan Flores, siap-siap dengan budaya pesta joget memperingati wisuda atau pernikahan, yang sering kali berakhir sebelum subuh, namun lebih sering lagi sesudah subuh. Plus ditambah peserta joget yang pulang dalam keadaan mabuk semua. Ingatan-ingatan akan isi wawancaramu mulai banyak yang berkurang. Ini risiko yang harus kamu jalani. Ingat, prinsip dasar 101 metode riset antropologi: Jangan pernah menolak undangan meskipun itu tidak kamu sukai. Sebab, pasti ada peristiwa menarik di sana.

13. Kamu mulai terlatih menghafal. Ngobrol mulai pagi, siang, sampai sore tanpa membawa catatan atau perekam agar obrolan berjalan alami. Efeknya, di malam hari kamu harus mengingat keras semua hasil obrolan dan merangkumnya dalam catatan laporan yang detail dan menarik.

14. Kamu mulai diserang penyakit serius, mulai dari demam flu, meriang, demam berdarah, malaria, TBC, tifus, disentri, atau penyakit paling ringan seperti panu dan kutu air di telapak kaki. Kamu harus berhadapan dengan terbatasnya persediaan obat karena suplai alat kesehatan dan obat dikorupsi petugas-petugas kesehatan setempat. Beberapa orang akan menganggap bahwa kamu terkena “ilmu hitam” atau guna-guna atau kamu sakit karena mandi terlalu malam atau bangun terlalu siang. Ada banyak hal yang kamu anggap tidak berhubungan sama sekali menurut logikamu, tapi itu harus kamu terima. Misalnya, ketika kamu terkena gejala tifus, kamu diharuskan mandi air laut. Anggaplah penyakit ini sebagai berkah. Disiplin lain, semacam sejarawan, hampir tidak pernah tiba-tiba terserang malaria karena melakukan studi arsip di ruangan ber-AC.

15. Usai penelitian lapangan, kamu mulai sadar bahwa HP-mu dipenuhi kontak-kontak baru dari orang-orang di tempat kamu meneliti. Laptopmu mulai dipenuhi foto-foto daripada catatan lapangan. Orang-orang yang kamu tempati mulai meneleponmu dan satu per satu meminta dibawakan oleh-oleh, dari jaket, HP, bibit pertanian, hingga alat bantu seks dan pembesar kelamin.

Yang lebih serius, mereka meneleponmu untuk membagi berbagai persoalan di kampungnya. Jika sampai itu terjadi, kamu bukan saja sudah berhasil membangun keintiman dengan warga kampung, kamu bahkan telah dipercaya untuk berjuang bersama mereka. Dari sanalah maqam-mu sebagai antropolog sudah berbeda dengan wisatawan.

Terakhir diperbarui pada 19 September 2017 oleh

Tags: antropologipenelitipenelitianpengalamanriset
Hatib Abdul Kadir

Hatib Abdul Kadir

Artikel Terkait

Menjawab Keluhan Megawati terhadap Pengajaran Sejarah di Sekolah

Menjawab Keluhan Megawati terhadap Pengajaran Sejarah di Sekolah

15 Januari 2022
Inferiority Complex atau Perasaan Minder Bagian dari Eksistensi Akademisi MOJOK.CO

Inferiority Complex atau Perasaan Minder Bagian dari Eksistensi Akademisi

3 November 2021
Antropologi dan Magi Melihat Santet yang Diduga Menyasar Seorang Bapak

Antropologi dan Magi Melihat Santet yang Diduga Menyasar Seorang Bapak 

24 Oktober 2021
Klaim Konyol Kalung Anti-Corona dari Peneliti Gatal Publikasi dan Media yang Tak Peduli

Inferiority Complex dalam Dunia Riset Indonesia

24 Oktober 2021
Kalau Lulus Beasiswa LPDP, Emang Berapa Duit yang Kamu Dapat?

Kalau Lulus Beasiswa LPDP, Emang Berapa Duit yang Kamu Dapat?

31 Agustus 2021
fadjroel rachman twit banjir jakarta diancam diperkosa pengalaman pakai main media sosial twitter instagram facebook kalis mardiasih putus pertemanan mojok.co

Diancam Diperkosa dan Pengalaman Aneh Lain yang Saya Alami di Media Sosial

21 November 2019
Pos Selanjutnya
film pki

Nonton Bareng Film PKI di Kompleks Perumahan Karjo dan Romlah

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Dari Agen CIA sampai Dukun Pelet: 15 Hal yang Kamu Temukan Saat Penelitian Antropologi

19 September 2017
Sinar Mandiri melaju di Pantura MOJOK.CO

Melintasi Pantura Bersama Roda Lusuh Bus Sinar Mandiri

21 Mei 2022
makam raja-raja imogiri mojok.co

Mengenang Kebesaran Raja-raja Jawa di Pajimatan

18 Mei 2022
mie ayam om karman mojok.co

Mie Ayam Om Karman, Filosofi Meja Terisi, dan Semangat Perantau Wonogiri

22 Mei 2022
Rahasia Mie Gacoan MOJOK.Co

Rahasia Mie Gacoan Jadi Jagoan Mie Pedas di Jawa dan Bali

20 Mei 2022
Jarang Pulang ke Rumah karena Gampang Mabuk Perjalanan

Ringkasan Cerita ‘KKN di Desa Penari’ buat Para Pemalas dan Penakut

29 Agustus 2019
mie ayam pak kliwon mojok.co

Mie Ayam Pak Kliwon, Kesayangan Anak Teladan

15 Mei 2022

Terbaru

Ganjar Pranowo

Muncul Sinyalemen Dukungan dari Jokowi, Ganjar Pranowo Nggak Mau Kegeeran

23 Mei 2022
Affandi dalam Pusaran bulan Mei dan PKI

Affandi dalam Pusaran Bulan Mei dan PKI

23 Mei 2022
budi karya sumadi mojok.co

Berhasil Merajut Transportasi Nusantara, Menhub Dianugerahi Gelar Doktor Hc dari UGM

23 Mei 2022
sultan mojok.co

Sultan Lantik Pj Walikota Jogja dan Pj Bupati Kulon Progo

22 Mei 2022
PSS Sleman

46 Tahun PSS Sleman: Masuk Dunia Metaverse tapi Manajemen Masih Lelet 

22 Mei 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In