MOJOK.CO – Pertarungan Conor McGregor vs Khabib Nurmagomedov itu murni perang merek. Perang dagang. Bukan soal perang ngata-ngatain bapak atau bahkan sampai perang bela agama.
Dimulai hari Minggu siang sampai dengan setidaknya sampai isu al-fatekah ala Jokowi dibicarakan, linimasa facebook saya dipenuhi oleh para komentator MMA (beladiri campuran) dadakan. Tentu saja hal ini disebabkan oleh kemenangan telak Khabib Nurmagomedov atas lawannya Conor McGregor. Lebih lanjut, Khabib menang submission melalui teknik Neck Crank.
Bagi yang mengikuti perjalanan karier McGregor, tentunya kita masih ingat bahwa sebelumnya atlet tarung bebas asal Irlandia ini pernah bertanding melawan Floyd Mayweather dalam ring tinju. Pertandingan yang cukup menyita perhatian publik juga, walaupun ternyata pertandingannya tidak seseru iklannya.
Beberapa saat kemudian McGregor seolah sepi dibicarakan di Indonesia sampai pertandingan MMA bertajuk UFC 229 yang dihelat di Nevada tanggal 06 Oktober 2018 (tayang di Indonesia tanggal 07 Oktober 2018) terjadi. Kali ini McGregor berhadapan dengan Khabib Nurmagomedov, seorang muslim, praktisi beladiri campuran yang berasal dari Dagestan.
Yap, keduanya praktisi beladiri campuran dan otomatis bertanding di bawah peraturan beladiri campuran juga. Lantas apa yang membuat pertandingan ini menjadi fenomenal dan memunculkan para komentator beladiri campuran dadakan?
Apakah karena Khabib Nurmagomedov ini seorang muslim sehingga menjadikan UFC 229 kemarin trending topik? Oh, bukan itu penyebabnya. Soalnya kalau cuma itu alasannya, sudah pasti tiap pertandingan Khabib sebelumnya sudah pasti bakal terus ramai dibicarakan.
Jika bukan karena Khabib, berarti karena McGregor-nya yang bikin ramai ? Yup. Betul.
Lebih tepatnya, netizen ramai membicarakan pertandingan ini karena kelakuan mulut comberan dari McGregor dibalas dengan kemenangan oleh Khabib. Dan, trash talk dari McGregor pada waktu sebelum pertandingan—menyambar isu sensitif—mengenai keluarga (ayah) dan agama Khabib. Nah, isu yang kedua merupakan isu paling sensitif, sehingga memunculkan banyak para pembela Khabib.
Lho, memangnya salah ya Mas jika saya mendukung Khabib? Seiman dengan saya lho Khabib itu, dia membela kehormatan ayah dan agamanya yang sudah dihina sama McGregor. Udah gitu ganteng pula.
Weits, sabar dulu. Saya pribadi juga mendukung Khabib dari awal pertandingan. Namun, saya jagoin Khabib bukan cuma karena agama atau ayahnya yang dihina lalu timbul rasa simpati. Bukan, bukan itu. Melainkan karena memang sesuai perkiraan saya, Khabib yang punya rekor tak pernah kalah ini pasti bakalan hajar si McGregor. Dan terbukti kan Khabib menang submission.
Nah, netizen yang menjadi komentator dadakan ini malah membawa pertandingan kemarin menjadi isu penistaan agama. Bahkan ada yang sampai menggelorakan seolah-olah pertandingan ini jadi ajang perang suci. Saya menemukan sebuah tulisan dari akun facebooknya Adam Kelwick, mungkin bisa mewakili isi hati saya, begini bunyinya :
Sorry to be the one to have to tell you this, but Khabib vs Conor isn’t going to be like the battle of Badr where truth overcomes falsehood, it’s just a paid sport.
If Khabib wins and you find your faith has increased, then ask yourself what would have happened to your faith if Conor had won? We shouldn’t be basing our deen on UFC Fights. I also do hope Khabib wins, but i’m not forgetting this just entertainment.
Kok menanggapinya woles gitu, Mas? Membela penista agama ya, Mas?
Jadi begini rekan-rekan yang berbahagia. Conor McGregor itu memang sudah suka menghina-hina lawannya dari dulu. Itu sudah jadi ciri khasnya. Siapa saja lawannya bakal dihina, tidak peduli dari negara mana, agamanya apa, pilpres nanti pilih nomer berapa juga dia nggak peduli. Hal ini dilakukan untuk menaikkan tensi pertandingan, dan sebagai psywar untuk mempermainkan emosi lawan.
Apakah metode seperti itu berhasil? Oh, jelas. Nyatanya karena karakter menyebalkan itulah McGregor jadi salah satu atlet MMA terbaik. Kita bisa berkaca pada UFC 194 ketika Conor McGregor kontra dengan Jose Aldo. Aldo seperti orang yang kalah sebelum bertanding karena pancingan emosional McGregor. Hasilnya? Aldo kalah beneran di detik ketiga belas ronde pertama.
Masalahnya metode yang sama tidak selalu berhasil ketika diterapkan ke lawan berikutnya, yaitu Nate Diaz, di UFC 196. Apa penyebabnya? Ya kebetulan keduanya sama-sama mulut comberan juga sih. Jadi, bagi Nate Diaz lawannya saat itu malah jadi “makanan” favorit. Saat itu Conor McGregor giliran yang harus kalah.
Jadi apa yang dilakukan Conor McGregor dengan menghina Khabib Nurmagomedov ini sebenarnya trik yang lumrah dan sering terjadi di dunia MMA. Bahkan, selain menggunakan mulut comberannya, Conor juga melakukan penyerangan terhadap bus yang dinaiki rombongan Khabib pada April 2018 silam. Dan rupanya, tim Conor McGregor juga ada yang melontarkan provokasi ketika pertandingan sedang berlangsung. Hal terakhir ini yang menyebabkan kericuhan setelah pertandingan kemarin.
Perlu diketahui bahwa Khabib Nurmagomedov ini adalah salah satu petarung dengan jam terbang yang sangat banyak dan emosinya sangat stabil. Dia tahu kapan harus menahan emosi dan kapan harus melepaskannya. Dan dia pernah latihan bersama dengan McGregor, jadi sedikit banyak sudah paham trik-trik yang akan dilakukan di arena pertandingan. Termasuk salah satunya trik pura-pura akan tap out (menyerah) yang dilakukan McGregor sebelum tap out beneran.
Petarung suul adab macam Conor McGregor kok dipertahankan oleh pihak UFC, Mas? Kan jadi buruk buat citra olahraga ini?
Khabib Nurmagomedov sendiri juga sudah menyampaikan, bahwa ini olahraga terhormat, ini bukan olahraga mulut. Yang artinya, kurang lebih begini: bertarung ya bertarung saja, ndak usah banyak bacot.
Dari perspektif atlet yang masih idealis, maka apa yang dilakukan Conor McGregor tidak mencerminkan sebuah kehormatan dari olahraga beladiri. Beladiri itu ya baku pukul, baku tendang, baku kunci. Bukan ngata-ngatain nama bapak sampai bikin drama menghina kepercayaan orang lain.
Tapi dari perspektif bisnis, Dana White (Presiden UFC) masih memerlukan orang seperti McGregor ini untuk keberlangsungan bisnisnya. Buktinya, efek mulut comberan McGregor benar-benar terasa instan efeknya ya kan?
Yang sebelumnya tidak pernah mengikuti UFC, tiba-tiba jadi komentator dadakan di linimasa media sosial di mana-mana. Yang sebelumnya bilang UFC itu mengadu manusia, sadis, tidak berperikemanusiaan, menyamakan manusia dengan ayam aduan, jadi bilang hmmm, mamam tuh bogem, mulut comberan emang pantas kena injak.
Bahkan tracker asal Russia tempat berkumpulnya para uploader dan downloader torrent (salah satu metode berbagi file) tercatat ada tidak kurang dari 14 upload UFC 229 ini. Padahal untuk pertandingan yang lain biasanya hanya terdapat 3 atau 4 upload. Meningkat empat kali lipat dari biasanya. Luar biasa kan animo masyarakat yang ditimbulkan dari mulut besarnya McGregor?
Sekali lagi, terlepas dari pantas dan tidak pantas, dengan adanya bumbu drama semacam itu, rasa penasaran akan membuat orang berbondong-bondong menyaksikan pertandingan, membuat tiket terjual habis, dan tentu saja sangat bagus buat bisnisnya Mister Dana White. Dan konon, karena kemampuan membuat kontroversi inilah yang membuat Conor McGregor jadi salah satu anak emas bagi UFC.
Lalu bagaimana dengan McGregor? Setelah kekalahan dan menerima hujatan dari mana-mana, apakah menjadikan dia depresi dan ingin bunuh diri? Oh, tentu tidak begitu rekan-rekan sekalian.
Conor justru menanggapi dengan woles. Bahkan sampai merencanakan akan tanding ulang. Lha? Apa ndak punya malu, Mas? Kan sudah kalah, kalau kalah lagi pasti lebih malu.
Jadi begini, Bung. Orientasi Conor adalah bisnis. Money oriented. Menang kalah kan dia tetap dapat uang dari bertanding. Terkadang untuk mendapatkan banyak uang, rasa malu harus dibuang jauh-jauh. Conor McGregor pasti paham, bahwa arena seperti ini juga butuh sentuhan drama agar merek dagang UFC laku. Saya yakin dulu ketika seminar motivasi, dia memperhatikan dengan sangat serius soal ini.
Jadi ini murni perang dagang. Perang jualan. Bukan soal perang ngata-ngatain bapak atau bahkan sampai perang bela agama.
Untung saja sih, Khabib Nurmagomedov bermain dengan sangat cantik, eh cakep. Jadi skenario good gay melawan bad gay bisa dinikmati sampai klimaks—bahkan oleh orang-orang yang nggak ngerti olahraga ini sama sekali sebelumnya.
Secara keseluruhan, saya pribadi sangat menikmati adu teknik mereka kemarin. Saya masih menunggu, apakah ada yang berminat membuat sinetron dengan judul; “Azab orang bermulut comberan, dicekik lawan, dikeroyok penonton, dihujat warganet, dan dijadikan bahan rasan-rasan.”
Kalau ada saya dikasih tahu ya? Mau ikut casting nih.