Ya Allah, Cobaan Apa Lagi yang Kau Jatuhkan kepada Orang Minang? - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Home Esai

Ya Allah, Cobaan Apa Lagi yang Kau Jatuhkan kepada Orang Minang?

Kurnia Gusti Sawiji oleh Kurnia Gusti Sawiji
10 April 2018
0
A A
Minang-Nangis-MOJOK.CO
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Menjadi orang Minang zaman sekarang itu sulit, tapi harus terus diusahakan….

Dalam beberapa waktu terakhir ini, tampaknya nasib sedang tidak berpihak kepada orang-orang Minang, hal yang saya rasa cukup langka terjadi. Posisi kami yang berseberangan dari pusat segala kontestasi dan keramaian di Pulau Jawa meletakkan kami cukup jauh dari spotlight peristiwa-peristiwa terkini. Lagi pula, pepatah adat basandi sarak, sarak basandi kitabullah yang dipegang teguh oleh orang-orang Minang lama amat menyiratkan pentingnya pembenahan yang bersifat ke dalam terlebih dahulu ketimbang langsung ke luar.

Lalu masalah identitas, kelihatannya tidak perlu diragukan lah, orang-orang Minang bangga dan memegang tinggi identitas kebudayaannya. Orang-orang Minang akan menyebut sesamanya sebagai urang awak yang di dalam frasa tersebut terkandung sebuah ikatan yang kuat di antara satu orang Minang dengan yang lainnya. Budaya kebersamaan juga semakin menguatkan kebanggaan terhadap identitas tersebut, dengan sebuah mindset bahwa dengan kesamaan identitaslah, kebersamaan di antara mereka bisa terjalin.

Oleh karena itulah, hari sial yang amat sial bagi orang-orang Minang yang cenderung menjauhkan diri dari berbagai kontestasi dan peristiwa serta memegang teguh identitasnya adalah ketika mereka ditimpa masalah yang berhubungan dengan identitasnya. Hal sedemikian membuat orang-orang Minang kepanasan seakan digoreng sehingga akhirnya menjadi… crispy.

Memang masalah rendang krispi itu amatlah pantek dan kanciang. Rasanya baru beberapa bulan (atau tahun?) ketika pamor bule naik melalui Kvitland yang dengan jemawanya menghargai nasi padang sebagai makanan favoritnya, sekarang datang pula dua kritikus makanan yang juga sama-sama bule, tapi kini dengan pongahnya mendeklarasikan bahwa rendang ayam kulitnya harus krispi. Padahal, menurut definisi Google, crispy berarti sebuah keadaan makanan di mana permukaannya “kering” dan “rapuh”, bertolak belakang dengan penyajian rendang yang kuncinya terletak pada dedak dan santan.

Baca Juga:

Noah dan Bintang di Surga yang Dulu Aku Benci, Kini Kucintai

Menghitung Jarak Iqbaal Ramadhan Jalan Kaki di Video Klip Noah-Yang Terdalam

Usia dan Agama Sophia Latjuba yang Bukan Urusan Kita

Apalagi rendang yang dikritik oleh dua kritikus itu disajikan dengan cara Melayu, yang kerap lebih dekat dengan penyajian bernama “rendang tok”. Rendang ini jika dibandingkan dengan rendang Minang di Sumatera Barat, agak-agaknya setara dengan peralihan antara kalio (kari) dan rendang—atau dalam kata lain, rendang basah yang dedaknya masih terasa seperti kalio. Otomatis, mengharapkan rendang ayam ala Melayu untuk menjadi krispi itu sama seperti mengharapkan Pak SBY melarang Mas AHY ikut dalam kontestasi politik Indonesia.

Dikiranya, cobaan untuk orang-orang Minang sudah berhenti sampai di situ. Kenyataannya? Entah baru berapa hari setelah bising-bising rendang krispi itu, sebuah masalah yang rupanya sudah terjadi beberapa hari sebelum bising-bising tersebut mencuat ke permukaan.

Dalam event Anne Avantie Fashion Show 29 Maret lalu, Sophia Latjuba yang pernah menjalin hubungan sama Arien NOAH itu tampil dengan busana kebaya adat Minang yang lengkap dengan suntiang (hiasan kepala) di kepalanya.

Lalu, apa masalahnya? Yah, busana yang dirancang oleh Anne Avantie itu gagal dalam merepresentasikan pepatah adat basandi sarak, sarak basandi kitabullah di atas. Busana tersebut terlalu ketat dan terbuka untuk bisa dikatakan sebagai busana adat Minang. Bukan main, busana yang cukup seksoy itu mengundang kritik keras di kalangan budayawan dan orang-orang Minang konservatif: Bundo Kanduang Sumatera Barat hingga berencana melakukan somasi terhadap Anne Avantie, dan Kepala Dinas Kebudayaan Sumatera Barat pun mengkritik rancangan busana tersebut.

Tambah lagi, setelah menggunakan suntiang yang memang besar itu, Sophia malah menyatakan “tidak mau menikah dengan orang Padang.” Ini sungguh heuheuheu sekali karena Ariel NOAH memiliki ibu seorang Minang, yang bermakna secara garis keturunan Ariel adalah orang Minang. Hahahah. Eh mereka masih pacaran nggak, sih?

Ya Allah, cobaan apa yang sebenarnya tengah Engkau berikan kepada orang-orang Minang? Bukan sekali, tapi dua kali, identitasnya digaruk oleh orang luar. Kalau kata ibu saya yang merupakan orang Minang generasi lama, orang-orang Minang sekarang jauh lebih terbuka (baca: rentan) terhadap asimilasi budaya luar. Fenomena ini menyebabkan setidaknya dua hal: munculnya kecenderungan untuk orang luar yang benar-benar luar (seperti bule dll.) tidak mengindahkan budaya asli dan pikiran-pikiran bahwa nilai-nilai kebudayaan yang lama itu bersifat konservatif sehingga perlu dimodifikasi sehingga sesuai dengan nilai-nilai modern.

Tetapi, modernisasi kebudayaan itu kan sebuah keniscayaan, apalagi jika sebuah masyarakat berkeinginan untuk menjadi sebuah masyarakat global. Menjadi sekumpulan eksklusivis yang menganggap bahwa nilai dan norma yang masa berlakunya sudah ada semenjak zaman neneknya nenek moyang adalah suatu hal yang tidak bisa diganggu-gugat adalah hal terakhir yang diinginkan oleh sebuah masyarakat global. Dalam prinsip tersebut, tentu saja keberadaan busana Minang yang dinilai mengumbar aurat dan ketidaktahuan orang luar tentang hakikat sebuah sajian adat adalah hal-hal yang wajar saja.

Mempertahankan nilai-nilai kuno adat yang berlaku di tengah modernisasi juga utopis, kelewat optimis, sehingga menjadi naif. Rasanya tidak perlu lagi saya menjabarkan ini itu tentang bagaimana sebuah masyarakat modern mengharapkan adanya revolusi menyeluruh terhadap nilai-nilai kuno adat sehingga bisa muat dengan era modern yang sekarang sedang merajalela.

Nah, di tengah kemelut untuk memilih mana yang harus dilakukan itu, tanpa sadar kita malah membiarkan hal-hal yang lebih besar terjadi. Transaksi jual beli dan sewa-menyewa pulau-pulau di Sumatera Barat misalnya, yang sebenarnya mungkin bisa dimanfaatkan masyarakat asli. Oh, tunggu, kalau itu sih sudah dari dulu.

Ya Allah, sumpah, cobaan apa yang tengah Engkau berikan kepada orang-orang Minang?

Tags: anne avantieariel noahorang minangpulau dijualrendang crispySophia Latjubasumatera baratsuntiang
Kurnia Gusti Sawiji

Kurnia Gusti Sawiji

Artikel Terkait

Noah dan Bintang di Surga yang Dulu Aku Benci, Kini Kucintai MOJOK.CO

Noah dan Bintang di Surga yang Dulu Aku Benci, Kini Kucintai

7 Januari 2022
ilustrasi Iqbaal Ramadhan video klip Noah Yang Terdalam (Mojok.co/Ega Fanshuri)

Menghitung Jarak Iqbaal Ramadhan Jalan Kaki di Video Klip Noah-Yang Terdalam

21 Desember 2021
ilustrasi Usia dan Agama Sophia Latjuba yang Bukan Urusan Kita mojok.co

Usia dan Agama Sophia Latjuba yang Bukan Urusan Kita

7 Desember 2021
Mental Portugal, Gosok Voucher Penalti Ronaldo, dan Momen Kebangkitan Jerman

Ketika Dokter Faheem Younus dan Ariel Noah Lebih Bisa Diandalkan Ketimbang Pejabat Pemerintah

8 Juli 2021
Jerinx Bebas dari Penjara dan Ini 6 Musisi yang Bisa Diajak Kolaborasi karena Senasib

Jerinx Bebas dari Penjara dan Ini 6 Musisi yang Bisa Diajak Kolaborasi karena Senasib

8 Juni 2021
Kita Mau Apa Kalau Minang Niat Minggat dari Negara Pancasila?

Di Jawa, Kenapa Sumatera Barat Selalu Dianggap Cuma Padang Doang?

25 Mei 2021
Pos Selanjutnya
jaket jokowi

Bagi Hatersnya Jokowi, Semua yang Dipakai Jokowi Pasti jadi Masalah, Termasuk Jaket Denimnya

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak MOJOK.CO

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak

8 Agustus 2022
Minang-Nangis-MOJOK.CO

Ya Allah, Cobaan Apa Lagi yang Kau Jatuhkan kepada Orang Minang?

10 April 2018
pola pengasuhan anak mojok.co

Psikolog UGM Jelaskan Tipe Pola Asuh yang Bisa Berdampak pada Hasil Akademik Anak

5 Agustus 2022
Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Perguruan Tinggi Favorit MOJOK.CO

Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Masuk Perguruan Tinggi Favorit

5 Agustus 2022
Asrama mahasiswa Sumatra Selatan, Pondok Mesudji dalam sengketa di pengadilan. Mahasiswa menilai ada campur tangan mafia tanah.

Mahasiswa Sumsel di Asrama Pondok Mesudji Jogja Terancam Pergi karena Mafia Tanah

11 Agustus 2022
Lampu merah terlama di Jogja. (Ilustrasi Ega Fansuri/Mojok.co)

Menghitung Lampu Merah Terlama di Jogja, Apakah Simpang Empat Pingit Tetap Juara?

9 Agustus 2022
Musimin, petani di lereng Gunung Merapi yang menolak ekspor kopi ke Jepang.

Mengenal Musimin, Petani Lereng Merapi yang Menolak Pesanan Kopi dari Jepang 

5 Agustus 2022

Terbaru

Buick, mobil dinas pertama Presiden Sukarno dipamerkan dalam pameran mobil kepresidenan dii Gedung Sarinah, Jakarta Pusat, Sabtu (13:8:2022) (ANTARA:Fathur Rochman)

Pameran 7 Mobil Dinas Kepala Negara, Buick yang Dipakai Sukarno Jadi Primadona

13 Agustus 2022
BANYAK YANG BILANG MINUMAN DI INDOMARET INI MERESAHKAN! | BAKUL

BANYAK YANG BILANG MINUMAN DI INDOMARET INI MERESAHKAN! | BAKUL

13 Agustus 2022
ujian praktik SIM C

Cerita dari Peserta Ujian Praktik SIM yang Gagal, tapi Terus Mencoba

13 Agustus 2022
ambulans bawa jenazah

Tak Bisa Pakai Ambulans Puskesmas, Keluarga Tandu Jenazah Sejauh 13 Kilometer

13 Agustus 2022
daya tahan tubuh mojok.co

Spesialis Anak UI: Imunitas Tubuh Dukung Tumbuh Kembang Anak 

13 Agustus 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In