Cerita dari Muktamar: Darah Segar yang Berhasil Menembus PP Muhammadiyah

saya ingin menyampaikan soal dugaan-dugaan intervensi yang terjadi pada Muktamar Muhammadiyah.

Cerita dari Muktamar: Darah Segar yang Berhasil Menembus PP Muhammadiyah MOJOK.CO

Ilustrasi Cerita dari Muktamar: Darah Segar yang Berhasil Menembus PP Muhammadiyah. (Mojok.co/Ega Fansuri)

MOJOK.CODari 13 nama, untuk PP Muhammadiyah terdapat empat nama “darah segar” yang terpilih pada Muktamar ke-48 ini.

Muktamar ke-48 Muhammadiyah telah ditutup. Ternyata benar, sesuai prediksi saya pada artikel “13 Calon Ketum Muhammadiyah Hasil Survei Kader Muda”, Prof. Haedar Nashir akan kembali menjadi Ketua Umum Muhammadiyah kalau nggak ada keadaan luar biasa. Dia didampingi oleh Prof. Abdul Mu’ti, yang juga terpilih kembali, sebagai Sekretaris Umum PP Muhammadiyah.

Hasil ini adalah sejarah. Pertama kalinya ketua umum sekaligus sekretaris umum terpilih di dua Muktamar Muhammadiyah berturut-turut. Kalangan muda termasuk Muhammadiyin Garis Lucu menanggapi hal ini dengan candaan: Muktamar sudah ditunda selama dua tahun, menghabiskan ratusan miliar, dan dihadiri tiga juta orang. Tetapi hasilnya, sama persis dengan sebelumnya, hehehe….

Meski begitu, Muhammadiyah bukan organisasi yang menggantungkan diri pada satu tokoh. Mengutip perkataan Abdul Mu’ti beberapa waktu jelang Muktamar, Muhammadiyah bertumpu pada sistem (tata organisasi dan kepemimpinan) bukan sinten (siapa sosok yang memimpin). Sehingga bukan berarti periode depan akan sama persis dengan periode lalu meskipun figur ketum dan sekumnya sama persis.

Mengapa? Salah satunya karena kepemimpinan di Muhammadiyah dijalankan oleh 13 orang Anggota Pimpinan Pusat yang terpilih di Muktamar. Nah, dalam konteks ini PP Muhammadiyah terpilih sebanyak 13 orang tetap memunculkan figur-figur baru. Dari 13 nama, terdapat empat nama “darah segar” yang terpilih pada Muktamar ke-48 ini. Nama-nama tersebut adalah:

#1 Hilman Latief

Sosok yang satu ini memiliki suara paling banyak di antara tiga sosok lain, padahal dirinya memiliki usia relatif muda. Namun, dirinya telah malang-melintang di Muhammadiyah. Dimulai dari pengalamannya sebagai Ketua Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah pada medio 1990-an, Hilman Latief adalah tokoh kunci di balik makin mantapnya pergerakan LazisMu yang berperan besar setiap penanggulangan bencana, pengentasan kemiskinan, pemberian beasiswa, sampai penanganan Covid-19.

Saat ini, Hilman yang merupakan Dirjen Pengelolaan Haji dan Umroh Kemenag RI masih berusia 47 tahun. Dia merupakan satu-satunya sosok dengan usia di bawah 50 tahun yang dipandang pantas menjadi “darah segar” untuk mengisi PP Muhammadiyah karena memiliki sepak terjang global dalam dunia filantropi serta telah berpengalaman menjadi Wakil Rektor UMY pada usia 43 tahun lalu menjadi guru besar pada usia 45 tahun.

Hal menarik lainnya adalah Hilman merupakan anak dari eks Ketua Umum Persatuan Islam (PERSIS). Dirinya memilih untuk berkhidmat di Muhammadiyah yang tentunya memiliki perbedaan kultur organisasi dan paham agama.

Jumlah suara: 1.675 (peringkat 5)

#2 Syamsul Anwar

Bisa dibilang, sosok yang satu ini merupakan sosok dengan karakter yang Muhammadiyah banget. Syamsul Anwar diketahui nggak pernah mau mencalonkan diri, bahkan setelah dirayu berkali-kali. 

Syamsul telah menjadi Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah sejak tahun 2000. Artinya, Syamsul telah empat periode (22 tahun) menempati posisi yang sama sebagai ketua majelis. Selama itu pula, Syamsul Anwar berulang kali menolak dicalonkan menjadi PP Muhammadiyah.

Saat ini, Syamsul Anwar akhirnya bersedia dicalonkan dan terpilih menjadi Anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Keberadaan ulama yang satu ini diyakini memperkuat nuansa keulamaan pada Muhammadiyah selama lima tahun ke depan. Syamsul Anwar juga merupakan ulama yang progresif dengan dukungan pada kesetaraan gender hingga pembahasan fikih yang nggak sekadar halal-haram.

Jumlah suara: 1.494 (peringkat 7)

#3 Saad Ibrahim

Jika dua sosok sebelumnya telah malang melintang pada level pusat, figur yang satu ini berbeda. KH Saad Ibrahim merupakan Ketua PW Muhammadiyah Jawa Timur yang dikenal sangat berkemajuan. 

Kampus besar, sekolah elit, hingga amal usaha dan gerakan yang kuat dan mengakar dikenal menjadi ciri khas Muhammadiyah Jawa Timur. Hal ini cukup mengherankan, karena secara jumlah warga Muhammadiyah di Jawa Timur merupakan minoritas dibanding saudara-saudara Nahdliyin.

Selama kepemimpinan Kiai Saad, Muhammadiyah Jawa Timur tidak hanya memiliki amal usaha yang kuat, melainkan juga gerakan dan pengaruh yang meluas. Salah satunya adalah Muhammadiyah Jawa Timur membantu pengembangan pendidikan dan penanggulangan bencana alam yang terjadi di berbagai daerah se-Indonesia selama tujuh tahun belakangan. Terbaru, Muhammadiyah Jawa Timur bahkan berencana membeli gereja di Spanyol untuk mendukung gerakan internasionalisasi Muhammadiyah.

Jumlah suara: 1.333 (peringkat 9)

#4 Irwan Akib (13)

Sosok yang satu ini cukup unik karena merupakan satu-satunya figur yang berasal dari Indonesia bagian timur. Irwan Akib dikenal pernah menjabat sebagai Ketua PWM Sulawesi Selatan dan Universitas Muhammadiyah (UNISMUH) Makassar. Di bawah kepemimpinannya, UNISMUH menjadi kampus top di kawasan tengah dan timur Indonesia.

Jumlah suara: 1.001 (peringkat 13)

Tiga dari empat nama di atas pun sudah saya prediksi dalam artikel sebelumnya. Lebih lengkap, 13 Anggota PP Muhammadiyah yang terpilih pada Muktamar di Solo adalah: 1) Haedar Nashir (2.203 suara); 2) Abdul Mu’ti (2.159 suara); 3) Anwar Abbas (1.820 suara); 4) Busyro Muqoddas (1.778 suara); 5) Hilman Latief (1.675 suara), 6) Muhadjir Effendy (1.598 suara), 7) Syamsul Anwar (1.494 suara), 8) Agung Danarto (1.489 suara), 9) Saad Ibrahim (1.333 suara), 10) Syafiq A. Mughni (1.152 suara), 11) Dadang Kahmad (1.152 suara), 12) A. Dahlan Rais (1.080 suara), dan 13) Irwan Akib (1.001 suara). 

Baca halaman selanjutnya

Rumitnya proses PP Muhammadiyah

Selanjutnya, saya ingin menyampaikan soal dugaan-dugaan intervensi yang terjadi pada Muktamar Muhammadiyah. Menurut saya, hal ini 100 persen mustahil terjadi karena pemilihan di Muhammadiyah memiliki tahapan berlapis dengan kualifikasi ketat.

Tahap pertama adalah pengajuan rekomendasi sejak jauh sebelum Muktamar oleh PW Muhammadiyah setiap provinsi. Setiap orang yang mendapatkan minimal lima rekomendasi, akan diberikan formulir kesediaan. Lebih dari 200 nama muncul dari tahap ini.

Tahap kedua adalah seleksi berdasarkan formulir kesediaan dan syarat-syarat lain, misalnya kepemilikan kartu anggota, rekam jejak di Muhammadiyah, dan keanggotaan di partai politik, PP Muhammadiyah haram hukumnya masuk dalam kepengurusan partai politik. Dari tahap ini, banyak nama yang tersisih (lebih dari 100 orang) dan menghasilkan 92 orang calon sementara. Nama-nama calon sementara diumumkan pada Sidang Tanwir sehari sebelum pembukaan Muktamar.

Tahap selanjutnya adalah pemilihan calon tetap pada Sidang Tanwir. Melalui proses ini, setiap peserta Tanwir diminta memilih 39 nama di antara 92 calon sementara. Seluruh 39 nama terpilih menjadi calon tetap Anggota PP Muhammadiyah.

Masih belum selesai, tahap keempat adalah pemilihan Anggota PP Muhammadiyah. Sebanyak 13 orang dipilih pada Sidang Muktamar dari 39 nama yang telah terseleksi. Di sinilah Anggota PP Muhammadiyah terpilih dan kemudian bermusyawarah untuk menentukan ketua umum dan sekretaris umum.

Lalu mengapa Anggota PP Muhammadiyah yang terpilih, termasuk “darah segar” yang sudah disebut, kok didominasi figur berusia tua? Ya jawabannya sudah jelas, karena para pemilih kebanyakan seumuran alias sama-sama tua, hehehe…

BACA JUGA 5 Fakta Menarik Terpilihnya Haedar Nashir dan Abdul Mu’ti Sebagai Ketum dan Sekum PP Muhammadiyah 2022-2027 dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.

Penulis: Nabhan Mudrik Alyaum

Editor: Yamadipati Seno

Exit mobile version