Cak Dlahom dan Romlah Memandang Bulan yang Mengapung di Telaga - Mojok.co
  • Kirim Artikel
  • Terminal
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
Home Esai

Cak Dlahom dan Romlah Memandang Bulan yang Mengapung di Telaga

Rusdi Mathari oleh Rusdi Mathari
3 Juli 2015
0
A A
Cak Dlahom dan Romlah Memandang Bulan yang Mengapung di Telaga

Cak Dlahom dan Romlah Memandang Bulan yang Mengapung di Telaga

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Romlah sedang dirundung masalah. Anak perawan itu merasa, bapaknya mulai ikut-ikutan orang-orang di kampung dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama hampir setiap hari: kapan nikah?

Romlah tahu, usianya memang tidak muda. Sudah 29 tahun, tapi orang-orang itu termasuk Mat Piti bapaknya mestinya juga tahu, urusan jodoh, seperti halnya soal kelahiran, kematian dan rezeki adalah otoritas dari menciptakannya. Bukan kemauannya. Lagi pula, perempuan seperti dirinya juga ingin menikah dan punya anak.

Maka sehabis tarawih dia mendatangi rumah Cak Dlahom. Ini kunjungan yang tidak biasa untuk tak menyebut sebagai pertemuan non-syariah, karena tak ada yang tahu, dan tidak ada muhrim lain, tapi Romlah tak peduli. Dia menyerahkan semua urusan hanya kepada yang membuat peraturan, karena dia berniat baik.

Ketika tiba di depan pintu rumah Cak Dlahom yang selalu terbuka karena memang tidak ada daun pintunya, dia segera mengucapkan salam. Pelan. Suaranya malah terdengar seperti kode “Ssttt..”

Cak Dlahom yang kebetulan sedang leyeh-leyeh di lincak sambil tertawa sendiri, kaget. Di depannya kini ada Romlah. Dia segera membetulkan sarungnya.

Baca Juga:

Lebaran 2022: Menanti Ibu Bertanya Kapan Nikah

Ramadan, Puasa, dan Nostalgia bersama Irfan Afifi & Hairus Salim

Habib Kok Gitu? Udah Nggak Pakai Jubah, Malah Aktif YouTube-an Lagi

“Romlah?”

“Iya, Cak. Saya Romlah…”

“Romlah…”

Suara Cak Dlahom menjadi berbeda. Terdengar seperti bukan suara yang biasanya. Wajahnya juga terlihat lebih terang meski tetap butek. Kedatangan Romlah (apalagi sendirian), tampaknya telah mengubah detak jantung dan kerja otak Cak Dlahom. Setidaknya untuk malam itu.

“Duduk, Romlah, duduk…”

“Iya, Cak.”

“Ada apa malam-malam kamu datang ke sini? Apa bapakmu tahu?”

“Bapak tidak tahu, Cak…”

“Baguslah. Kadang-kadang bapakmu tak harus selalu tahu.”

“Saya ke sini mau tanya soal jodoh…”

“Jodoh? Kenapa tanya ke aku?”

“Anu, Cak, barangkali sampeyan bisa mencarikan jalan keluar.”

“Jalan keluar yang bagaimana?”

“Usia saya sudah 29 tahun, Cak, tapi belum ada satu pun laki-laki yang melamar saya.”

“Romlah, usiamu masih muda. Masih punya banyak kesempatan.”

“Bapak selalu bertanya kapan saya menikah, Cak…”

“Bapakmu itu kayak ndak pernah muda saja.”

“Pikiran saya kalut, Cak. Tidur tak nyenyak. Malu, sungkan ketemu ibu-ibu di pengajian…”

Mendengar Romlah mengeluh seperti itu, Cak Dlahom ingin gila beneran. Dia tak berani memandang ke arah anak Mat Piti itu. Romlah pun hanya menunduk. Dari kandang kambing milik Pak Lurah, terdengar suara mengembik.

“Saya tahu dari Bapak, sampeyan orang  tulus. Tak pernah neko-neko dan berprasangka. Kata Bapak, doa dari orang-orang seperti sampeyan yang cepat diijabah.”

“Aku gila. Kamu salah orang.”

“Kata Bapak, sampeyan tidak gila.”

“Kamu sama dengan bapakmu.”

“Namanya juga anaknya, Cak.”

“Baiklah, Romlah, aku kira tidak enak kita berlama-lama berdua di sini.”

“Cak Dlahom mengusir saya?”

“Oh, ndak. Justru aku mau mengajakmu ke telaga.”

“Telaga di dekat kuburan itu, Cak?”

“Iya. Malam purnama seperti ini, bulan terlihat terang mengapung di telaga.”

“Beneran, Cak? Saya belum pernah melihatnya…”

“Iya bener, makanya aku ajak kamu ke sana.”

“Iya, Cak…”

“Tapi sebelumnya, bolehkah aku minta tolong?”

“Minta tolong apa, Cak?”

“Tolong ambilkan di dapur, air segelas dan garam segenggam.”

“Baiklah, Cak…”

Romlah masuk ke dalam rumah Cak Dlahom. Menuju dapur yang keadaannya berantakan. Kembali ke Cak Dlahom, tangan kanannya sudah memegang segelas air dan tangan kirinya menggenggam garam.

“Mau diapakan garam dan air ini, Cak?”

“Sini, kemarikan gelas itu…”

“Terus?”

“Masukkan jari telunjukmu ke genggaman tangan kirimu, lalu celupkan ke air ini.”

“Sudah, Cak.”

“Aduk hingga rata, jangan sampai ada garam yang tersisa di jarimu.”

“Sudah, Cak.

“Sekarang minum air ini.”

Cak Dlahom menyodorkan kembali gelas yang dipegang, Romlah mengambilnya lalu meminum airnya.

“Bagaimana rasanya, Romlah?”

“Asin, Cak.”

“Genggam terus garam di tangan kirimu itu. Sekarang kita ke telaga.”

Dua manusia itu runtang-runtung berjalan menuju telaga. Melewati pinggiran kali dan sawah. Bulan sedang bersinar terang. Sesekali, karena hampir terpeleset, Romlah memegang baju Cak Dlahom sambil bersuara “Cak…”

Di saat-saat seperti itulah, Cak Dlahom kadang menyesal menerima saja disebut orang gila. Dia ingin menuntun tangan Romlah tapi tak berani. Sekuat tenaga dia menyadarkan diri bahwa dia adalah orang gila, dan orang gila tentu tak boleh memegang tangan perempuan.

Setelah menembus perkuburan yang penuh pohon-pohon besar, tibalah mereka di tepi telaga. Mereka duduk-duduk di pematang. Bulan benar terlihat mengapung di telaga. Warnanya gading. Dada Cak Dlahom dan Romlah terlihat naik-turun. Napasnya ngos-ngosan. Mereka  bukan menahan hasrat tapi karena capek berjalan dan kehausan.

“Haus, Romlah?”

“Iya, Cak…”

“Sayang tadi kita tak bawa air dari rumah, tapi air di telaga ini juga bisa diminum. Kamu mau?”

“Iya, Cak, mau.”

“Sebelum minum, tolong lemparkan garam di tanganmu ke telaga.”

“Semuanya, Cak?”

“Iya, semua. Lalu basuh tanganmu hingga bersih. Jangan ada garam yang tersisa.”

Romlah melempar garam di tangannya ke telaga dan segera mencuci tangannya. Cak Dlahom melihat bulan yang berenang di pinggir telaga digantikan wajah Romlah.

“Romlah, ambil dengan tanganmu air itu. Minumlah…”

Romlah agak ragu, tapi dia ingat bapaknya pernah bilang ke orang, agar mengikuti saja yang dikatakan Cak Dlahom. Dia merapatkan dua tangannya, lalu mengambil air di telaga dan meminumnya.

“Bagaimana rasanya, Romlah?”

“Segar, Cak. Segar. Tidak ada asin.”

“Padahal kamu tadi melempar garam segenggam ke telaga?”

“Iya, segenggam…”

Romlah kembali duduk di pematang di samping Cak Dlahom. Cak Dlahom kini berani memegang tangan Romlah.

“Masalah dan persoalan manusia, Romlah, pada hakikatnya sama: hanya sekepalan tangan. Persis seperti garam yang tadi kamu genggam. Hidup bisa menjadi ringan atau berat, tergantung kepada manusia menempatkan hatinya. Menjadi hanya sebatas air di gelas, atau seluas air di telaga.”

“Cak…”

“Ada apa, Romlah?”

“Jangan terlalu keras memegang tanganku, Cak…”

Di bibir telaga, disaksikan bulan yang terang, malam itu Romlah tidak ingat lagi dengan urusan jodohnya. Cak Dlahom apalagi. Hati manusia memang hanya sekepalan tangannya.

 

(diinspirasi dari kisah-kisah yang diceritakan Syekh Maulana Hizboel Wathany)

Terakhir diperbarui pada 11 Agustus 2021 oleh

Tags: #MerconCak DlahomKapan NikahMat PitiRomlah
Rusdi Mathari

Rusdi Mathari

Artikel Terkait

Lebaran 2022: Menanti Ibu Bertanya Kapan Nikah MOJOK.CO

Lebaran 2022: Menanti Ibu Bertanya Kapan Nikah

3 Mei 2022
Ramadan, Puasa, dan Nostalgia bersama Irfan Afifi & Hairus Salim

Ramadan, Puasa, dan Nostalgia bersama Irfan Afifi & Hairus Salim

30 April 2021

Habib Kok Gitu? Udah Nggak Pakai Jubah, Malah Aktif YouTube-an Lagi

15 April 2021
Politisi Mercon Isu PKI yang Mulai Mejan Gara-gara Pandemi

Politisi Mercon Isu PKI yang Mulai Mejan Gara-gara Pandemi

27 September 2020
ketakutan orang indonesia hal yang sering ditakuti bikin takut orang indonesia daftar mojok.co

5 Hal yang Paling Sering Jadi Ketakutan Orang Indonesia

15 Januari 2020
Abu

Hidup dengan Pola Asuh Orang Tua Indonesia yang Kadang Out of the Box

23 Agustus 2019
Pos Selanjutnya
Berhenti Menjadi Pendukung Jokowi Garis-Keras

Berhenti Menjadi Pendukung Jokowi Garis-Keras

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Cak Dlahom dan Romlah Memandang Bulan yang Mengapung di Telaga

Cak Dlahom dan Romlah Memandang Bulan yang Mengapung di Telaga

3 Juli 2015
warung kopi mbah kuwot mojok.co

Kisah Mbah Kuwot Selamat dari Romusha dan Buka Warung Kopi Legendaris di Trenggalek

19 Juni 2022
Universitas Sanata Dharma

Bakso Dab Supri Sanata Dharma yang Mencatat Kisah-kisah Mahasiswa 

18 Juni 2022
Teror Pulung Gantung: Air Mata dan Seutas Tali Pati di Pohon Jati MOJOK.CO

Teror Pulung Gantung: Air Mata dan Seutas Tali Pati di Pohon Jati

23 Juni 2022
UTBK bocor di jogja

Viral di Sosmed, UTBK di UPN “Veteran” Yogyakarta Bocor, Pelaku Ditangkap

20 Juni 2022
Bank Plecit Menyaru Bank BUMN: Agen Rahasia Utang Ibu Rumah Tangga di Desa MOJOK.CO

Bank Plecit Menyaru Bank BUMN: Agen Rahasia Utang Ibu Rumah Tangga di Desa

20 Juni 2022
baskara aji mojok.co

Soal Jam Malam, Sultan Minta Menyeluruh di Jogja

24 Juni 2022

Terbaru

Kasman Singodimedjo tagih janji ke Sukarno sial Piagam jakarta

Kasman Singodimedjo, Menagih Janji 7 Kata Piagam Jakarta pada Sukarno

26 Juni 2022
Garuda Pancasila, Sudharnoto

9 Fakta Pencipta Lagu Garuda Pancasila yang Tersingkir dari Sejarah

26 Juni 2022
Makan Bersama di Tepikota, kuliner jawa timur di Yogyakarta

Minggu Bersama di Tepikota, Menikmati Kuliner Jawa Timur di Jogja

25 Juni 2022
Pentingnya ganti oli mesin mobil

5 Alasan Ganti Oli Mesin Perlu Dilakukan Berkala

25 Juni 2022
hasil pertandingan piala presiden PSS Sleman PSIS Semarang

Takluk dari PSIS Semarang, PSS Sleman Harus Menang di Laga Terakhir Grup A Piala Presiden

24 Juni 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In