Bertahan Hidup ala Indie: Maklumat Irwan Bajang dan Bagustian

Bertahan Hidup ala Indie: Maklumat Irwan Bajang dan Bagustian

Bertahan Hidup ala Indie: Maklumat Irwan Bajang dan Bagustian

Jika harga cabai pagi ini adalah 45-50 ribu/kg, dan daging (tanpa jeroan) satu kilo di angka 95-115 ribu, maka satu di antara beberapa orang yang akan dengan girang pergi ke pasar adalah kawan saya Bajang. Tepatnya, The Gold Bajang (nama bekennya sejak muncul lini baru IBC Gold).

Bukan tanpa sebab, sebagai pemilik dari brand BantengNganga (pendatang baru di dunia citarasa dengan memilih sambal sebagai produk unggulan), fluktuasi harga cabe dan daging adalah perhatian utama. Mengingat itu perkara bahan dasar. Seperti apabila Anda adalah penerbit indie, harga kertas yang adalah kunci.

Suatu hari saat saya menginap di rumahnya, kami berdua menenggak Bacardi sambil mempertanyakan apa itu ‘indie’ dan apakah kami benar-benar sudah ‘indie’ sebagaimana dimaksud?

Jika bukan karena kutukan sekaligus betapa nikmatnya setiap hal yang kami kerjakan ini, mungkin masing-masing dari kami akan menjadi bagian dari antrian panjang mengisi formulir tes di Job Fair.

(Menjadi) ‘indie’ memang sulit membuat Anda ‘kaya’, apalagi ‘indie’ di buku. Keterbatasan ruang bagi produk (pangsa pasar) juga kebandelan memilih tema yang tidak hot di publik, akan membuat Anda lekas sadar betapa omzet fana, invoice abadi.

Hal paling logis untuk bertahan hidup dengan pilihan seperti itu, adalah membuat brand pada hal lain. Sehingga untung yang tak seberapa dari setiap brand yang Anda namakan ‘indie’ itu, akan terakumulasi setiap akhir bulan pada tanggal 25 ketika tutup buku.

Sialnya, Bajang berhasil memulai duluan dengan sambalnya itu.

Untuk pilihan nama yang spontan, kemasan yang menarik tanpa perlu cap ‘Halal MUI’ juga label produk dari BPOM sekaligus tidak masuk ke swalayan besar namun mampu menjual hingga 200 botol/bulan, maka pembuktian apalagi yang perlu dilakukan untuk melekatkan kategori ‘indie’ pada sambal yang membuat orang bolak balik ke wc itu?

Ini belum ide-ide liar lanjutan seperti agen Buku Digital Indie (Libro.id) hingga rencana Toko Alat Pancing Indie (akan dinamakan Hemingway Corner) yang akan membuat dompet ‘indie’ Bajang bisa jadi mayor.

Berbeda dengan tandemnya di IBC dulu, Kawan Bagustian popular sebagai CEO Sindikat Otak Keram (eh maaf) Kanan, web development yang juga ‘indie’ sejak dalam pikiran apalagi perbuatan.

Carikan saya seorang CEO yang bangun dari tidurnya langsung membuat meme dan status sapaan untuk brand-nya sendiri kecuali Bagustian? Mungkin ada, tapi ia paling mencolok.

Walau mengakui bahwa itu dilakukan oleh adminnya, kata-kata semisal Shohabat, Indomie, Mz (baca: Em-Zet) adalah sedikit kata kunci yang merupakan ciri kas Bagustian, ditambah tone kalimatnya yang, jika Anda temannya, Anda akan mengerti bahwa itu dirinya yang mengetik.

Jadi, Bagus adalah CEO sekaligus admin! Benar-benar indie. Hemat. Di samping itu, ia masih punya satu lagi brand kanal dagang yang menjual buku, CD, dan merch ‘indie’ bernama Woks Store dengan jargon: “Mampir? Kenapa Tidak!”

Apa yang dilakukan kawan Bagus tentu bukan instan, melainkan bawaan alam bawah sadar.

Dulu saat menerbitkan puisinya, ia enggan masuk di toko dan memilih menjajakan sendiri dari kafe ke kafe, angkringan ke angkringan, kampus ke kampus. Sebagai pemusik untuk melagukan sendiri puisi-puisi yang dibuatnya itu, satu waktu ia juga mengonsep konser tunggalnya. Memilih tempat sekaligus membuat undangan sendiri. Mengambil soundsystem sendiri di mbak Ajeng–istri Kepala Suku.

Bahkan jika bukan karena betapa sayangnya kami padanya sebagai teman, ia hanya akan bernyanyi di panggung yang disiapkan sendiri sambil menggesekan senar gitarnya ke stand mic demi menimbulkan bunyi efek magis. Semua itu, tuan dan nona, hanya dilakukan oleh orang-orang bermental ‘indie’!

Demikian itulah dua kisah ‘indie’ yang perlu disimak sebelum Anda memilih hidup pada jalur yang sama. Bukan saja perlu kreaivitas, melainkan kenekatan dalam ide dan perbuatan. Jadi, jika ada info harga cabe dan daging yang lebih murah dari standar rata-rata pasar Kolombo, kirim info tersebut ke email info@sindikatotakkanan.com. Jangan lupa!

Exit mobile version