Atta Halilintar Benar, Suara Suami kayak Dia Mesti Diperlakukan bak Suara Tuhan

Atta Halilintar Benar, Suara Suami kayak Dia Mesti Diperlakukan bak Suara Tuhan

Atta Halilintar Benar, Suara Suami kayak Dia Mesti Diperlakukan bak Suara Tuhan

MOJOK.COHanya lelaki pemberani kayak Atta Halilintar yang nyemir rambut warna-warni, teriak Ahsiaaappp, lalu bilang suara suami itu suara tuhan.

Lewat kanal YouTube The Hermansyah, pada Februari 2021 Atta Halilintar, mercusuar akal sehat bangsa Indonesia, menyampaikan pesan penting yang harus didengar seluruh perempuan di Indonesia.

Pesan itu berbunyi seperti ini:

“Kalau udah berkeluarga, aku udah kepala keluarga bukan pas waktu tunangan. Izin suami, suara suami adalah suara dari Tuhan. Kalau aku nggak izin ini, kamu harus nurut, nggak bisa kayak sebelumnya,” kata Atta.

Benar sekali, saudara-saudara yang berkhidmat pada Pancasila dan dasa dharma pramuka, Atta menyamakan dirinya (yang berstatus suami) dengan tuhan.

Konteksnya jelas, Atta menganggap bahwa jika dia kelak (saat itu belum menikah) dengan Aurel, dia meminta calon istrinya itu untuk tunduk dan patuh secara total.

“Karena hidup kamu sudah diserahkan ke laki-laki yang sudah bertanggung jawab atas kamu. Jadi nggak ada perdebatan yang soal-soal kayak gini kayak gitu, nggak kayak kita pas tunangan,” tutur Atta.

Mungkin Atta menafsir An-Nisa ayat 34, sebagai perintah bagi laki-laki untuk memimpin perempuan dan perempuan yang saleh adalah yang taat pada suaminya.

Nah karena saya tak punya keilmuan yang memadai, seperti nahwu, shorof, lughat, isytiqaq, qira’at, ushul fiqih, asbabun-nuzul, nasikh mansukh, mantiq, dan adab untuk melakukan tafsir, ya saya hanya bisa diam.

Lho bagaimana dengan Atta Halilintar? Lha ya sudah jelas dan terang benderang kalau Atta paham serta menguasai segala ilmu tadi.  Kalo nggak paham mana mungkin dia sok tahu soal kepatuhan istri? Ini mengapa saya mendukung pernyataan beliau agar Aurel harus tunduk.

Sekali lagi, sebagai istri, sebagai hamba, dan sebagai makmum: Aurel Hermansyah anak perempuan yang dibesarkan dengan kasih sayang orang tuanya, dicintai dan dimuliakan sebagai manusia merdeka, harus tunduk pada orang asing yang saat ini berstatus suaminya dan jika perlu memberlakukan seluruh suara yang dia dengar dari Atta sebagai suara tuhan.

Bagaimana sih suara tuhan?

Ya ini tentu tergantung dengan bagaimana dan apa yang Anda anggap tuhan. Jika muslim tentu Tuhan yang digambarkan dalam Al-Quran.

Mungkin Aurel bisa meniru kepatuhan Siti Hajar, saat Nabi Ibrahim diperintahkan untuk melakukan kurban, dia harus rela satu dari 15 anak yang rencananya akan dilahirkan, untuk ikut Atta melakukan Live Streaming kurban.

Sosok laki-laki idaman seperti Atta ini emang telah dipelihara sejak jaman batu. Maskulin, gagah, dan menganggap otaknya yang kopong superior. Dan itu benar adanya.

Hanya laki-laki pemberani yang akan menyemir rambut hingga warna-warni, memakai ikat kepala, dan teriak di antara bocah-bocah dengan kata-kata Ahsiaaappp!

Lagian Atta Halilintar itu luar biasa, ingat kata Ketua Kadin Jakarta, jika Atta ini punya peran di bidang industri kreatif. Bahkan total pajak per tahunnya Rp78,828 miliar, lebih banyak daripada jumlah total pajak penghasilan nakes yang bekerja di hadapan pandemi saat ini.

Jadi kalau Pak Presiden lebih fokus pada pernikahan Atta ya wajar, daripada mengapresiasi kerja nakes, ya wajar. Atta memberi pajak lebih banyak daripada Nakes yang tiap hari mati.

Kita sih perlu bersikap adil. Tidak baik meledek atau menganggap kata-kata yang disampaikan pangeran samber geledek ini buruk. Mungkin dia meneladani apa yang ada di kitab suci.

Meski jika Atta Halilintar mau membaca lebih banyak, dia akan memperlakukan istrinya seperti Ali bin Abi Thalib memuliakan Fatimah?

Lho kok memuliakan? Bukannya istri itu harus tunduk pol mentok tanpa punya pendapat di hadapan suami? Nah ini kisah yang mahsyur sebenarnya, diriwayatkan dari Imam Bukhori. Nabi pernah berkata kepada para sahabat:

“Sesungguhnya, Fathimah adalah bagian dari potongan dagingku, maka barangsiapa yang mendustainya berarti mendustaiku, dan barangsiapa yang mengganggunya, berarti dia mengganggu diriku.”

Ini adalah ucapan nabi yang punya konsekuensi hukum serius. Fatimah sebagai anak perempuan dan darah dagingnya, harus diperlakukan dengan hormat.

Imam Ali sebagai suami tidak punya hak untuk menyakiti apalagi membuat marah Fatimah, dan komitmen ini dilakukan Imam Ali sepanjang hayat, tidak memadu beliau, tidak pernah memukul, menyakiti, apalagi memerintahkan aneh-aneh sembari menepuk dada sendiri sebagai perwakilan tuhan di bumi.

Lho apa dong hubungannya dengan Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah? Kan Aurel bukan anak Nabi Muhammad?

Nah gini, jika Kanjeng Nabi aja demikian protektif dan sayang terhadap bagaimana orang memperlakukan anak perempuannya, apa yang membuat kita punya hak ngatur-ngatur anak perempuan orang?

Apa kita sebagai umat, nggak bisa meniru bagaimana Imam Ali memuliakan anak perempuan Nabi? Tidak bisakah seorang ayah berharap anak perempuannya diperlakukan seperti Fatimah?

Tapi itu saya dan kalian tidak perlu ngikut. Ini sekadar usul buat temen-temen yang punya calon suami atau sudah punya suami yang menganggap dirinya tuhan. Saya sepakat jika suami harus diperlakukan seperti tuhan atau suaranya adalah suara tuhan.

Pertanyaan berikutnya, emang bagaimana kita biasanya memperlakukan tuhan?

Yak benar. Kita menganggapnya tak penting. Hanya dicari ketika kepepet. Hanya diingat ketika butuh. Seluruh perintahnya sering dilanggar. Segala larangannya sering dilakukan. Dan jika perlu; dianggap tidak ada.

BACA JUGA Seperti Orang Yahudi, Kita Juga Suka Bikin Perhitungan dengan Tuhan dan tulisan Arman Dhani lainnya.

Exit mobile version