Anggaran Lem Aibon dan Alasan ‘Salah Ketik’ Tak Masuk Akal - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Anggaran Lem Aibon dan Alasan ‘Salah Ketik’ Tak Masuk Akal

Alexander Arie oleh Alexander Arie
30 Oktober 2019
0
A A
Anggaran Lem Aibon dan Alasan ‘Salah Ketik’ Tak Masuk Akal

Anggaran Lem Aibon dan Alasan ‘Salah Ketik’ Tak Masuk Akal

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Anggota DPRD DKI Jakarta dari Partai Solidaritas Indonesia William Aditya Sarana menemukan anggaran belanja lem aibon senilai Rp82,8 miliar dalam APBD DKI Jakarta 2020.

Temuan itu ada pada anggaran belanja barang dan jasa dengan mata anggaran 5.2.2.01.01 Belanja Alat Tulis Kantor. Unsur ramainya adalah karena komponen yang dianggarkan untuk diadakan adalah lem aibon dengan volume yang nggak main-main:

37.500 orang x 12 bulan x Rp184.000,- = Rp82.800.000.000,-

Oya, informasi sedikit, ada kesalahan pada sistem DKI Jakarta yang mana mata anggaran belanja alat tulis kantor menurut Bagan Akun Standar seharusnya 5.1.2.01.01.

Terbatas dari foto itu ditambah narasi sang wakil rakyat, kesimpulan sementaranya DKI Jakarta butuh lem aibon dalam jumlah begitu masif. Di toko online, harga lem dengan merek asli Aica-Aibon itu kurang lebih Rp50 ribu sekilonya. Anggaplah dapat harga diskon karena beli banyak sehingga Rp184 ribu itu bisa dapat 4 kilogram. Artinya, DKI Jakarta butuh lem aibon sebesar 1.800 ton.

Dengan volume sebesar itu, kita dapat menempelkan tubuh cebong dan kampret di seluruh Indonesia supaya terjadi persatuan dalam arti harfiah.

Baca Juga:

tips memilih politisi baik

Tsamara Bagikan Empat Tips Mengenali Politisi yang Baik

14 Februari 2023
kader PSI

Dara Nasution, Mantan Kader PSI Berlabuh ke Golkar?

2 Februari 2023

Angka Rp82,8 miliar juga dimaknai sebagai angka yang sangat masif karena setara dengan anggaran 3-4 kantor instansi vertikal yang ada di daerah-daerah untuk operasional selama setahun penuh. Jangan tanyakan pula konversi angka 82,8 miliar itu untuk membeli ayam pop—varian lauk nasi Padang paling mahal. Dijamin jiwa kemiskinan kita akan meronta-ronta.

Seperti biasa, karena sudah ramai, maka wartawan akan menghubungi pejabat untuk klarifikasi. Pagi ini (30/10), pernyataan yang keluar dari pejabat terkait untuk urusan ini adalah “Itu sepertinya salah ketik, kami sedang cek ke semua komponennya untuk diperbaiki”.

Dalam kasus semacam ini, pernyataan salah ketik memang adalah argumen termudah yang bisa dilontarkan untuk menjawab pertanyaan wartawan. Bilang salah ketik itu sudah pasti menunjuk pelaksana yang salah. Dalam pola administrasi yang masih kental unsur Weber seperti di Indonesia, paling enak memang menyalahkan yang paling bawah karena nggak akan ngelawan juga. Dalam konteks anggaran DKI Jakarta, maka pastinya yang dimaksud adalah para PNS DKI yang tunjangannya bikin minder PNS Pusat itu.

Pemikiran saya simpel saja, masak iya orang-orang yang digaji tinggi itu bisa salah ketik untuk anggaran yang nilainya sampai 82,8 miliar? Angka itu jika dibagi dengan UMP DKI Jakarta, maka untuk mengumpulkannya seorang PNS butuh hidup 60 tahun, mati, hidup lagi 60 tahun, mati lagi, hidup lagi 60 tahun, mati lagi. Demikian terus hingga nominal tersebut terkumpul pada reinkarnasi keempat.

Penyusunan APBD DKI 2020 dilakukan berdasarkan Permendagri 33/2019. Sebelum diangkut ke media sosial oleh si anggota DPRD, proses penganggaran sudah dimulai sejak awal tahun, mulai dari RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah), lanjut ke Kebijakan Umum APBD (KUA), hingga sekarang Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS), dan diakhiri dengan Rancangan APBD. Jadi prosesnya suatu anggaran bisa dientri itu sudah panjang, nggak serta-merta langsung dijustifikasi salah ketik.

Ketika masih aktif di pegawai negeri, saya sempat menjadi operator tukang entri anggaran di sistem. Kegiatan ini adalah salah satu yang terkejam karena yang dientri benar-benar satu demi satu komponen. Seperti saya bilang tadi, ada proses panjang sebelum suatu anggaran bisa dientri. Mana mungkin sih PNS level remah-remah roti di bawah keset berani asal entri kalau nggak ada dasarnya?

Apalagi di era Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) seperti sekarang ini, urusan bikin anggaran semakin nggak boleh asal, apalagi ngentrinya. Sebagai tukang entri, yang saya pahami adalah setiap satuan kerja itu sudah dikasih anggaran total yang akan dikelola berikut anggaran total per output.

Mari kita sederhanakan konsep output ini. Semisal anak kuliahan dikasih uang 20 juta rupiah setahun untuk target kinerja “lulus kuliah”, maka pembagiannya adalah

5 juta untuk menunjang output “terdaftar di perkuliahan”
12 juta untuk output “tetap sehat dan waras dalam menjalani hidup perkuliahan”
3 juta untuk output “tetap dapat dihubungi orang tua atau mau menghubunginya”

Angka 3 juta itu bisa dirinci lagi menjadi sekian untuk pulsa telepon dan sekian untuk paket internet. Sekian-sekian itu yang kira-kira sama dengan rincian lem aibon yang jumlahnya besar sekali itu.

Jadi, kalau semata-mata dibilang salah ketik atau salah entri, untuk angka 82,8 miliar itu sulit sekali meyakininya. Soalnya, kalau ada kesalahan entri atau ketik angka, toh tukang entri sudah dikasih patokan total anggaran untuk yang dientri. Kalau salah entri kelebihan nol ya sudah pasti ketahuan karena terjadi selisih di penjumlahan akhir. Sebodoh-bodohnya tukang entri, pasti ngeh dengan hal ini.

Potensi salah ketik paling mungkin hanya terjadi pada lem aibon. Akan tetapi, salah ketik lem aibon kok bisa sepaket sampai satuan kilogram dan harga yang setara dengan harga pasar? Kalau lem aibon tapi satuannya rim dan/atau harganya Rp50 ribu baru kita bisa pahami bahwa memang terjadi salah ketik sebagaimana dimaksud sebagai pembelaan diri tersebut.

Pola perencanaan anggaran setiap tahunnya semakin rapi dan semakin banyak fungsi kontrolnya. Jadi, kalau sampai ada angka yang kemudian diakui salah, maka yang pertama-tama harus disalahkan mestinya adalah pengendaliannya, bukan langsung staf yang entri—yang notabene juga nggak akan ngelawan kalau disalahkan. Kalau toh memang tukang entri melakukan kesalahan, kok ya angka yang salah itu bisa bablas sampai tayang? Berarti nggak dicek, dong?

Dalam konteks transparansi anggaran ini, bilang salah ketik sama saja dengan para artis yang video bokepnya tersebar terus dengan santai bilang editan.

Tukang edit video pasti paham bahwa ngedit nempel muka pada video itu bukan hal mudah, beda sekali dengan foto. Belum lagi kalau yang dimaksud itu kan editan muka ketika sedang wik-wik. Jelas beda dengan muka ketika lagi ngartis, misalnya. Argumentasi paling cocok ketika video bokep sebenarnya tinggal bilang “itu bukan saya” atau “cuma mirip”.

Pada kasus video mirip salah satu aktris yang terkini, misalnya, tanpa harus sang aktris melakukan sanggahan ke media, para pengamat bokep di grup WhatsApp setempat sudah bisa bilang itu bukan sang aktris hanya dari dua hal. Pertama, hotelnya kok buruk amat untuk level seorang artis papan atas. Kedua, latar suara pada video itu jelas bukan bahasa Indonesia.

Argumentasinya kuat, dapat dibuktikan, dan otomatis dapat diterima. Demikianlah seharusnya argumen yang dibangun untuk membantah soal lem aibon ini.

BACA JUGA Yang Sebaiknya Anda Lakukan Jika Punya Duit 1,5 Triliun atau artikel Alexander Arie lainnya.

Terakhir diperbarui pada 30 Oktober 2019 oleh

Tags: apbd dki jakarta 2020lem aibonpsiwilliam aditya sarana
Alexander Arie

Alexander Arie

Universitas Indonesia. Tinggal di Jakarta. Asli Bukittinggi.

Artikel Terkait

tips memilih politisi baik
Kotak Suara

Tsamara Bagikan Empat Tips Mengenali Politisi yang Baik

14 Februari 2023
kader PSI
Kotak Suara

Dara Nasution, Mantan Kader PSI Berlabuh ke Golkar?

2 Februari 2023
tsamara erick thohir
Kotak Suara

Manuver Tsamara Setelah Keluar dari PSI: Ogah Gabung Parpol, Dukung ET Jadi Ketum PSSI

29 Januari 2023
Grace Natalie PSI
Kotak Suara

Soal Agenda Politik PSI, Grace Natalie: Anti-Intoleransi dan Angkat Perjuangan Kaum Perempuan

25 Januari 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Ozil kapten Emery Arsenal Liverpool MOJOK.CO

Emery Melirik Ozil Hanya Ketika Butuh: Gambaran Laki-Laki Lemah Hati, Jelang Liverpool VS Arsenal

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
Anggaran Lem Aibon dan Alasan ‘Salah Ketik’ Tak Masuk Akal

Anggaran Lem Aibon dan Alasan ‘Salah Ketik’ Tak Masuk Akal

30 Oktober 2019
Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah. MOJOK.CO

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah 

23 Maret 2023
Samsung Galaxy A Series Android Terbaik MOJOK.CO

Samsung Galaxy A Series: Seri Terbaik untuk Kelas Midrange Android

21 Maret 2023
Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Ego di Jalan Raya MOJOK.CO

Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya

18 Maret 2023
universitas brawijaya mojok.co

15 Jurusan yang Sepi Peminat di Universitas Brawijaya, Tingkat Ketetatannya Rendah!

23 Maret 2023
Honda Supra X 125 Tetap Juara di Pelosok Indonesia MOJOK.CO

Honda Supra X 125: Tetap Juara di Pelosok Indonesia

20 Maret 2023

Terbaru

kip mojok.co

Kecewa dengan Mahasiswa Penerima KIP

26 Maret 2023
utang pinjol mojok.co

Teman Terlilit Pinjol: Dia yang Utang, Saya yang Dikejar-kejar

26 Maret 2023
Tak Berhitung Untung Rugi, Mbah Sri 60 Tahun Jualan Cenil dan Sate . MOJOK.CO

Mbah Sri, 60 Tahun Jualan Sate dan Cenil Keliling di Seputaran UB, Nggak Berhitung Soal Untung Rugi

26 Maret 2023
film korea bertemakan politik

Mau Pemilu, Ayo Lemesin Dulu dengan Nonton 7 Film Korea Bertema Politik Berikut Ini

26 Maret 2023
survei pemimpin ideal menurut anak muda

Pemilih Muda: Daripada Pemimpin Sederhana dan Merakyat, Lebih Suka yang Jujur dan Anti-Korupsi

26 Maret 2023
mengantre mojok.co

Uneg-uneg: Apa sih Susahnya Mengantre? 

26 Maret 2023
perempuan kuliah mojok.co

Uneg-uneg: Dinyinyiri karena Aku Perempuan dan Memutuskan untuk Kuliah

26 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In