Alasan Imlek Identik dengan Kue Keranjang, Warna Merah, sampai Ucapan ‘Gong Xi Fa Cai’

MOJOK.CO – Imlek identik dengan kue keranjang, warna merah, dan semua orang mengucapkan ‘Gong xi fa cai’. Kenapa ya?

Tahun baru Imlek adalah perayaan bersama keluarga. Pada era Orde Baru, masyarakat Tionghoa di Indonesia merayakan Imlek secara kecil-kecilan dan sembunyi-sembunyi di rumah saja.

Sejak era pemerintahan Gus Dur hingga kini, barulah Imlek dirayakan secara terang-terangan dan besar-besaran. Seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali bisa menikmati kemeriahan Imlek di pusat-pusat perbelanjaan dan tempat-tempat umum lainnya.

Sebelum merayakan festival musim semi atau tahun baru Imlek, setiap tanggal 23 atau 24 bulan ke-12 penanggalan bulan, masyarakat Tionghoa merayakan xiao nian 小年 terlebih dahulu. Arti harfiahnya adalah “tahun baru kecil”. Tahun ini, xiao nian jatuh pada tanggal 4 Februari 2021.

Makanan khas yang selalu muncul dalam perayaan ini adalah nian gao 年糕. Di Indonesia, makanan manis yang terbuat dari tepung ketan dan gula ini disebut kue keranjang, berdasarkan cetakannya yang berbentuk keranjang.

Asal-usul tradisi makan kue keranjang berkaitan erat dengan kepercayaan tradisional masyarakat Tionghoa. Makanan pokok masyarakat Tionghoa biasanya berupa nasi atau bakmi yang tidak tahan lama dan mudah basi sehingga mereka harus memasak setiap hari.

Karena itulah, tungku dan api merupakan faktor yang amat penting dalam setiap rumah tangga. Saking pentingnya, diyakini bahwa Yu Huang Da Di 玉皇大地 atau Kaisar Giok mengirimkan Zao Jun 灶君 alias Dewa Dapur ke setiap rumah, khusus untuk melindungi setiap keluarga beserta dapur dan tungku perapiannya.

Selain sebagai dewa pelindung, Dewa Dapur juga bertugas mencatat perbuatan baik maupun perbuatan buruk manusia. Menurut mitologi Tiongkok, setiap tanggal 23 (atau 24) bulan 12 penanggalan bulan, Dewa Dapur akan menghadap Kaisar Giok, dan menyampaikan laporan tentang perbuatan baik dan buruk setiap anggota keluarga.

Berdasarkan laporan tersebut, barulah Kaisar Giok akan menetapkan rezeki untuk tahun mendatang. Jika suatu keluarga banyak melakukan perbuatan baik, tentu Kaisar Giok akan memberikan rezeki yang berlimpah.

Di sinilah peran penting kue keranjang. Dengan mempersembahkan kue keranjang yang manis untuk Dewa Dapur, diharapkan sang Dewa akan melaporkan yang baik-baik saja.

Ada juga kepercayaan yang menyatakan bahwa tekstur kue keranjang yang lengket mengakibatkan Dewa Dapur kesulitan membuka mulutnya sehingga ia tidak dapat mengadukan hal-hal buruk di hadapan Kaisar Giok.

Gao 糕 yang berarti “kue” memiliki persamaan bunyi dengan gao 高 yang berarti “tinggi”. Karena itu, kue keranjang juga mengandung harapan masyarakat Tionghoa agar di tahun mendatang mereka mengalami peningkatan rezeki.

Sedikit berbeda, masyarakat Tiongkok Utara merayakan xiao nian dengan membuat dan memakan jiaozi 饺子 atau pangsit. Namun, tradisi makan pangsit kala merayakan xiao nian ini kurang dikenal di Indonesia, lantaran masyarakat keturunan Tionghoa di negeri ini mayoritas berasal dari Tiongkok Selatan.

***

Tahun ini Imlek jatuh pada 12 Februari 2021. Sehari sebelum tahun baru Imlek, biasanya masyarakat Tionghoa melakukan sembahyang untuk menghormati arwah leluhur. Aneka sajian berupa teh, arak, air putih, nasi, daging, sayur, buah-buahan, kue, serta aneka permen dan manisan, diatur rapi di atas meja.

Setelah semuanya tersaji rapi, setiap anggota keluarga mendoakan arwah leluhur yang telah meninggal dunia, biasanya sambil membakar hio atau dupa. Selain untuk menghormati arwah leluhur, ritual sembahyang juga merupakan cerminan rasa syukur atas kehidupan yang dijalani saat ini, yang tidak akan terwujud tanpa adanya leluhur.

Pada malam Imlek, semua anggota keluarga berkumpul untuk tuan nian fan 团年饭 atau reuni makan malam keluarga. Bisa dibilang, ini adalah acara yang paling dinanti-nanti sepanjang tahun. Serupa dengan mudik Lebaran di Indonesia dan perayaan Thanksgiving di Amerika Serikat.

Masyarakat Tionghoa rela menempuh perjalanan jauh untuk mudik ke kampung halaman, demi mengikuti reuni makan malam keluarga. Usai makan malam, biasanya mereka akan begadang hingga tengah malam untuk menyambut pergantian tahun, memeriahkan suasana dengan membakar petasan dan kembang api.

***

Menurut mitologi Tiongkok, pada zaman dahulu kala terdapat raksasa ganas bernama Nian Shou 年兽 atau Monster Nian, yang tinggal jauh di dasar laut atau di gunung. Nian 年 juga berarti “tahun”, sedangkan shou 兽 artinya “binatang buas”.

Setahun sekali, pada hari pertama tahun baru Imlek, monster raksasa Nian akan keluar dari tempat tinggalnya, dan memangsa manusia serta hewan ternak.

Monster menyeramkan ini ternyata memiliki kelemahan, yaitu takut pada warna merah, bunyi bising, serta api. Setelah mengetahui kelemahannya, relatif mudah bagi masyarakat Tionghoa untuk mengusir dan menakut-nakuti Monster Nian.

Caranya dengan mengenakan baju berwarna merah, memasang aneka hiasan berwarna merah, menyalakan lilin, menabuh genderang, membakar petasan dan kembang api, serta menggelar tari singa atau barongsai.

Tidak heran jika hingga kini perayaan Imlek identik dengan pakaian berwarna merah, pertunjukan barongsai, serta tradisi menyalakan petasan dan kembang api. Dalam bahasa Mandarin, merayakan tahun baru Imlek disebut guo nian 过年 yang arti harfiahnya adalah “melewati Nian”.

Perayaan tahun baru Imlek diakhiri dengan yuan xiao jie 元宵节 atau festival lampion pada tanggal 15 bulan 1 penanggalan bulan. Tahun ini festival lampion jatuh pada tanggal 26 Februari 2021.

***

Di Indonesia, hari terakhir perayaan Imlek juga dikenal dengan Cap Go Meh, terutama di kalangan masyarakat Tionghoa suku Hokkian. Cap Go Meh dalam bahasa Hokkian, atau shi wu ming 十五暝 dalam bahasa Mandarin, artinya adalah “malam kelima belas”.

Istilah Cap Go Meh cukup populer di Indonesia dan juga Asia Tenggara karena mayoritas masyarakat Tionghoa di Asia Tenggara adalah orang Min Selatan atau min nan 闽南 dari Provinsi Fujian 福建 yang berdialek Hokkian.

Jika tahun-tahun lalu Imlek biasa dirayakan secara meriah di mal dengan sajian hiburan dari artis-artis, tahun ini pandemi Covid-19 membuat segalanya berbeda.

Imbauan pemerintah untuk menaati protokol kesehatan, antara lain dengan menghindari kerumunan, secara tidak langsung mengembalikan perayaan keluarga ini ke rumah-rumah, seperti zaman dulu.

Apa pun itu, semoga tahun kerbau ini mendatangkan kesehatan, kebahagiaan, keberuntungan, semangat baru, dan ketajiran yang melimpah bagi kita semua.

Yap, “semoga semakin tajir” itu yang biasanya diucapkan dengan kalimat… Gong xi fa cai 恭喜发财 di mana-mana. Sebuah ucapan yang banyak orang pikir adalah kalimat “selamat hari raya imlek”, padahal itu kalimat biar kita semua semakin tambah kaya raya.

BACA JUGA Menyaksikan Imlek dari dalam Keluarga Tionghoa.

Exit mobile version