10 Tanda Kamu Sudah Muak dengan Kota Depok. Segera Pindah Sebelum Kamu Jadi Gila dan Menua di Jalanan

10 Tanda Kamu Sudah Muak dengan Kota Depok dan Ingin Pindah MOJOK.CO

Ilustrasi 10 Tanda Kamu Sudah Muak dengan Kota Depok dan Ingin Pindah. (Mojok.co/Ega Fansuri)

MOJOK.COJika kamu juga merasakan tanda-tanda ini, sebaiknya kamu segera angkat kaki dari Kota Depok. Sebelum semuanya terlambat dan kamu jadi gila.  

Kota Depok, salah satu kota di pinggiran Jakarta yang terkenal karena “keunikannya”. Kota Belimbing ini juga punya julukan Kota Seribu Maulid. Saya juga tidak tahu apa alasan pastinya. Yang jelas, Pak Wali Kota berharap kota ini nyaman dan religius. Hanya harapan, sih. Tapi, tahukah kalian kenapa kota ini unik?

Oke, saya ceritakan sedikit. Jadi begini, Kota Depok itu terkenal unik karena beberapa kejadian “unik” memang kerap terjadi di sini. Misalnya, kasus babi ngepet. Saat itu santer berita babi ngepet di Kota Depok. 

Ada lagi, kasus Covid-19 pertama kali muncul, ya Depok juaranya. Pernah dengar kasus kekerasan yang dilakukan pemilik daycare? Atau, pernah mendengar wali kota ingin lagu yang dia nyanyikan diputar di lampu merah? Mending kalau suaranya bagus. Lha ini….

Namun, rasanya keunikan yang saya bilang tadi tidak bisa jadi alasan untuk betah jadi warga Kota Depok. Selain keunikan tadi, banyak hal-hal lain yang jika kamu merasakan atau mengalaminya, sebaiknya kamu langsung pindah saja. Berikut 10 tanda kamu harus segera hengkang dari sini!

#1 Kamu sudah nggak tahan lagi sama bau sampah

Masalah sampah ini sudah menahun. Sudah sejak 2019. Tapi, ya gitu deh. Permasalahan ini bak angin lalu saja buat pemkotnya. Buktinya, ya TPA Cipayung. TPA yang nggak jelas juntrungan kapan selesainya. Sekarang malah banyak TPA liar muncul di Kota Depok.

Kalau kamu sudah mencium aroma-aroma busuk di sekitar tempat tinggalmu, mending cabut aja. Kesehatan paru-parumu lebih penting.

#2 Kamu sudah muak sama macet-macetan di Kota Depok

“Jakarta macetnya nggak ngotak.” Halah, bukan cuma Jakarta. Mostly, sebagian penyangga ibu kota juga macetnya nggak ketulungan. Kota Depok, buktinya. Kota seuprit dengan penduduk yang memasok sebagian besar pekerja di Jakarta gimana nggak macet tiap harinya. Belum lagi buat jalur lintasan pekerja yang tinggal di daerah Bogor dan sekitarnya. Makin makin, dah.

Jalan Margonda Raya, jalan yang selalu jadi perhatian pembangunannya oleh pemkot, tapi nggak pernah juga terurai kemacetannya. Entah, apa saja yang sudah dibangun di sepanjang Jalan Margonda Raya itu. Sepertinya hanya membangun angan-angan.

Di sisi timur Kota Depok, ada Jalan Raya Bogor. Di tengah, ada Jalan Raya Sawangan dan Jalan Muchtar. Sebelah barat, ada Jalan Raya Parung-Ciputat. Semua jalan itu, kondisinya makin hari makin bikin jantung debar-debar, tensi naik secara tiba-tiba, bikin emosi, dan bikin sabar disaat yang bersamaan. Buat kamu yang udah muak sama kondisi jalanan yang “menyala” itu, mending pindah.

#3 Kamu sudah nggak tahan lagi dengan tawuran pelajar di Kota Depok

Sama seperti Jakarta, sering terjadi tawuran di Kota Depok. Nggak tanggung-tanggung, para bocah SMP ini bawaannya sudah celurit.

Untuk para Bapak/Ibu yang masih punya anak dan berstatus SMP atau SMA, tolong dijaga anaknya. Jangan sampai terjerumus ke circle kaum barbar. Kalau bapak/Ibu nggak sanggup mencegah anaknya untuk ikut tawuran, mending pindah saja.

#4 Kamu sudah lelah dengan banyak aksi pencurian

Selain tawuran, Kota Depok juga marak aksi pencurian. Akhir-akhir ini, santer berita maling yang nyolong mobil pick up pembawa galon. Segalon-galonnya diangkut sama tuh maling.

Nggak hanya mobil pick up, maling juga lebih sering menyasar motor. Sawangan, daerah yang sekarang banyak ditemukan kasus kemalingan. Malah, maling sekarang sudah nggak punya rasa takut. Mereka sering beraksi di siang bolong.

Nah, buat yang merasa lingkungan tempat tinggalnya sudah nggak aman, mending pindah. Cabut aja. Dari pada tinggal di situ tapi pikiran nggak tenang. Ya, kan.

#5 Kamu muak dengan transportasi Kota Depok yang tak kunjung layak

Nih ya, ingat, transportasi umum yang layak itu hanya dikhususkan daerah tengah kota saja. Seperti Margonda dan sekitarnya. Buat kalian yang tinggal di pinggiran, khususnya sisi barat, jangan sampai mendambakan transportasi umum yang layak di daerah kalian. Hal itu nggak akan digubris sama pemkotnya.

Transportasi umum yang layak seperti Biskita Trans Depok, Angkot ber-AC hanya menjamah daerah tengah kota saja. Buktinya, semenjak diluncurkan awal tahun ini, sampai sekarang, belum ada rencana menambah rute jangkauan ke sisi barat.

Kecuali, kalian mau sabar nunggu rencana pengembangan sarana transportasi umum yang layak sampai ke daerah kalian. Kalau nggak mau sabar, atau merasa nggaka akan terealisasi, ya pindah KTP saja. Ke Tangerang mungkin, atau ke Jaksel.

#6 Kamu sebenarnya pengin punya rumah di Kota Depok

Iya sih, Depok punya poin lebih karena dekat dengan Jakarta. Jadi sebagian orang yang kerja di Jakarta banyak yang memilih Kota Depok untuk dijadikan tempat tinggal. Tapi, bagi yang cari rumah murah di sini, kalian jangan ngadi-ngadi, deh.

Ada, sih, rumah murah di Kota Depok. Tapi, wilayahnya pinggiran banget. Lebih ke arah Bogor malah. Kalian mau? Sama aja bohong kan kalau di Bogor Bogor juga.

#7 Semakin malas karena merasa tua di jalanan Kota Depok

Secara letak geografis, Kota Depok memang berdekatan dengan Jakarta. Banyak pekerja di Jakarta yang tempat tinggalnya di sini. Namun, hal itu nggak menjadikan waktu tempuh mereka dari rumah ke tempat kerja menjadi singkat. Yang ada malah makin lama.

Selain 24 jam dalam sehari rasanya kurang, waktu kita juga habis di perjalanan. Banyangkan, kalau naik kendaraan pribadi maupun transportasi umum, kita harus berangkat pagi buta. Lah, ngapain harus berangkat jam segitu? Ya gimana, telat 5 menit kita keluar rumah, bisa telat 3 jam sampai kantor. Cari amannya ya begitu.

Berangkat masih gelap, pulang makin gelap. Kalau kamu sudah nggak sanggup begitu, segera pindah saja. Sayangi umur kalian jangan sampai habis di jalan.

#8 Sebenarnya kamu ingin kemajuan di bidang pendidikan

Ya, kalau ini sih tergantung pemimpin yang baru nanti. Gimana rencana kerja mereka. Kalau pemimpin yang saat ini masih menjabat, di 2024 saja, masih ada SD yang beberapa ruang kelasnya nggak beratap. SDN 01 Kedaung di Sawangan salah satunya. 

SD tersebut atapnya rusak sejak pertengahan 2023. Dan rencananya akan diperbaiki mulai 2025. Nggak tahu mereka nunggu apa. Nunggu kiamat kayaknya.

Kota Depok juga sebenarnya kekurangan sekolah negeri. Kabarnya, sudah ada beberapa sekolah yang dibangun oleh Pemkot. Tapi, ya gitu. Menjelang akhir-akhir periode pemerintahan.

#9 Buat yang nggak mau boncos karena keseringan ngopi

Ngopi, budaya kaum urban yang kini makin populer. Lebih tepatnya kopi-kopi kekinian. Di Kota Depok, sudah merebak kedai-kedai kopi baik yang tradisional sampai yang fancy. Tinggal pilih.

Nggak mau kan ketinggalan tren dengan ngopi-ngopi cantik gitu. Tapi, ingat, isi kantong harus kuat kalau mau ikutan budaya kayak gitu. Kalau nggak kuat ngerem, pasti boncos. 

#10 Ketipu brosur rumah murah di Kota Depok

Ini nih, alasan yang sebenarnya menggelitik. Kenapa menggelitik? Iya, brosur hunian murah di Kota Depok banyak yang palsu. Embel-embel dekat dengan tol, 10 menit ke Jakarta, dan sebagainya. Saya sih hanya ketawa saja kalau lihat brosur kayak gitu. Bikin brosur kok sambil tidur, melek dulu harusnya.

Di Depok, yang masih ada hunian baru, nggak mungkin 10 menit sampai Jakarta. Ibaratnya, baru keluar gerbang perumahan saja sudah habis separuh tenaga. Buat kalian yang sudah kena tipu iklan perumahan, mending cabut aja kalau nggak mau tersiksa terus-terusan. Macetnya sudah nggak bisa diharapkan membaik.

Jika kalian masih merasa aman dengan jantung dan paru-paru menghadapi busuknya sampah hingga kemacetan, ya silakan teruskan untuk tetap di Kota Depok. Tapi, jika batin sudah nggak sehat, ada baiknya segera menyusun rencana akan pindah ke mana. Ketimbang gila, mending pindah ke Purwokerto atau Jogja. Bisa juga ke Malang.

Penulis: Jarot Sabarudin

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 20 Tanda Kamu Harus Nekat Meninggalkan Jogja dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.

Exit mobile version