Kalau Mojok Tutup, Mau Curhat ke Mana?

Pojokan Selalu Pinggiran, tapi Pinggiran Belum Tentu Pojokan

Pojokan Selalu Pinggiran, tapi Pinggiran Belum Tentu Pojokan

Tanya

Dear Gus Mul dan Cik Prim yang saya cintai.

Mendengar kabar bahwa Mojok bakalan tutup, saya sedih bukan kepalang. Untuk kesekian kalinya saya harus menghadapi kenyataan pahit, berpisah dari orang-orang yang saya sayang. Saya sayang kalian, Gus, Cik. Sumpah, dan itu ada latar belakang kisahnya.

Beberapa bulan kemarin, ceritanya saya patah hati. Saya menyatakan cinta pada teman kerja sekantor, dan saya ditolak. Padahal sebelum-sebelumnya dia seolah kasih harapan. Mulai dari panggilan beb, kirim-kiriman WA tiap malam, sampai dia bilang cemburu waktu saya mendekati gadis lain. Saya terjemahkan itu sebagai sinyal buat nembak, yang ternyata keliru.

Yang bikin berat dibandingkan kisah patah hati yang lain, Gus, Cik, yaitu kenyataan bahwa saya harus bertemu dengannya hampir tiap hari. Lha wong nyium harum parfumnya dari jauh saja sudah bikin pikiran nggak keruan, apalagi ini harus komunikasi, tatap-tatapan, duduk berdekatan atas nama pekerjaan.

Beragam tips patah hati dan anjuran buat move on sudah saya kerjakan. Mulai dari menyibukkan diri dengan hobi, bertemu orang-orang baru, sampai merapal wiridan penenang hati. Sabtu Minggu hati sedikit tenang, tapi begitu ketemu Senin semua berantakan lagi. Apa pun yang saya ingat darinya hari itu akan terus terpikir sampai malam. Saya guling-guling, gelisah, keringetan sampai pagi. Tahu-tahu sudah pukul 7 dan saya harus berangkat ngantor lagi, mengulang semua adegan telenovela ini hingga lima hari ke depan.

Di saat-saat kritis seperti itulah, Gus, Cik, Gusti Kang Mboten Sare mempertemukan saya dengan rubrik #CurhatMojok yang panjenengan berdua asuh. Saya bisa senyum, ketawa, bahkan ngakak guling-guling membaca tanggapan kalian atas beragam persoalan asmara dari orang-orang yang lagi apes urusan cintanya. Quote-quote nggak mutu kalian, dalam kasus saya, ternyata lebih manjur daripada status-status bijak di akun Facebook Tere Liye. Salah satu yang saya screenshoot adalah quote Gus Mul yang mengatakan bahwa orang jatuh cinta itu seperti orang yang telinganya kemasukan air. Untuk bisa move on, satu-satunya cara adalah dengan memasukkan air lain untuk memancing air di dalam keluar. Masalahnya, Gus, Cik, saya ini jarang mandi, sehingga untuk telinga saya kemasukan air lagi kemungkinannya kecil sekali. Sedangkan untuk menyengajakan menuang galon ke telinga kok saya belum rela.

Jadi begitulah, Gus, Cik. Karena telinga saya belum kemasukan air lagi sampai sekarang, saya putuskan kalianlah yang menjadi media saya untuk move on pelan-pelan. Dan di saat saya masih tertatih-tatih menata hati seperti sekarang, kok tega-teganya Kang Puthut EA memproklamirkan bahwa Mojok akan shutdown dalam hitungan 17 hari ke depan. Aku njur kudu piye …?

Salam sayang

MJ di Kota Malang

Jawab

MJ tersayang di Malang,

mula-mula saya ingin mengklarifikasi tentang pandangan jenengan dan mungkin sebagian besar jamaah patah hati #CurhatMojok lainnya bahwa jawaban saya dan Gus Mul di rubrik ini membuat tertawa guling-guling, kutipan-kutipannya nggak mutu, dan lain-lain.

Sesungguhnya kami ini sangat serius dalam menanggapi curhat yang masuk. Serius dalam memikirkan masalah jenengan semua sampai masalah kami sendiri saja lupa dipikirkan. Misal ketika Gus Mul memberi solusi pada lelaki yang minder karena dia miskin dan kekasihnya yang anak manajer pom bensin itu kaya raya. Ketika Gus Mul menyarankan agar dia percaya diri dan membuka kios bensin eceran agar ada kesamaan profesi dan pandangan dalam bisnis perminyakan antara dia dan calon bapak mertua, apa jenengan pikir itu jawaban yang bercanda belaka? Tidak, sekali-kali tidak. Sebaliknya, itu justru saran yang sangat tricky. Coba kalian mengonsultasikan masalah yang sama pada Goenawan Mohamad, saya berani taruhan, jawabannya akan berkisar seputar mitologi Yunani yang, bagi panjenengan semua yang kadang di akhir bulan masih makan Indomie, tentu tidak dimengerti. Gus Mul sebaliknya, menjawab justru dengan sangat membumi.

Jadi, mohon perlakukan rubrik ini dengan lebih serius. Kami tidak ingin kami dan rubrik ini dicitrakan sebagai pelawak. Siapa mau tanggung jawab kalau di email Mojok masuk undangan untuk mengisi sesi hiburan di acara ulang tahun anak? Bapak Kapolri? Balon yang banyak bulunya?

Masuk ke masalah jenengan, saya harap jenengan jangan terlalu bersedih dengan tutupnya Mojok. Semua peristiwa di dunia ada hikmahnya, termasuk tutupnya Mojok. Misalnya bagi saya dan Gus Mul, di satu sisi kami sedih karena harus berpisah dengan gaji bulanan pembaca Mojok yang lucu-lucu dan ngangenin. Tapi di sisi lain kami bahagia bisa berhenti mengasuh rubrik bedebah ini mencoba pekerjaan lain yang insyaallah lebih menantang. Harapan saya hanya satu, semoga setelah Mojok tutup Gus Mul tidak buru-buru melamar Kalis. Saya belum siap datang ke kondangan sendiri.

Jadi, janganlah bersedih. Apalagi sampai kepalang. Lebih-lebih kepalang kereta api.

Supaya jenengan bisa terus menjalankan program move on tanpa dampingan dari Mojok yang akan almarhum sebentar lagi, berikut ada beberapa tips yang semoga bisa bermanfaat. Jika tips ini dirasa berguna, semoga budi saya ini bisa jenengan balas dengan nge-share lowongan pekerjaan kepada kami. Matur nuwun.

  1. Mulai sering mandi

Kalau saran Gus Mul soal telinga kemasukan air itu jenengan percaya, ya dicoba tho. Sudah susah-susah dikasih saran kok hanya diskrinsut. Apa karena itu tadi, kami ini hanya dianggap pelawak? #MulaiDramaLagi. Dan kalau mau dipraktikkan, ya jangan pakai air galon. Sarannya itu mandi, bukan atraksi.

Saya kok malah curiga, si Mbak yang sangat welcome di dunia maya, tapi kejam di dunia nyata itu sebenarnya cuma malas sama bau badan jenengan.

  1. Berhenti move on

Kalau nggak bisa move on, ngapain move on? Baru ditolak sekali kok sudah menyerah? Coba jenengan bayangkan Chris John yang masih bisa bangkit setelah di-jap Manny Paquiao. Bayangkan keluarga Ratu Atut yang dihajar habis-habisan sama KPK tapi anaknya masih bisa jadi wakil gubernur. Dari mereka kita belajar: kadang move on itu nggak relevan. Putus aja bisa balen, cerai aja bisa rujuk, lha ini cuma ditolak saja sudah menyerah. Mending jenengan jadi hape Nokia saja biar hatinya lebih tahan banting.

  1. Nulis skrip telenovela/FTV/sinetron

Ilham menulis tidak turun dari langit, tapi dipungut dari kisah-kisah pergulatan di muka bumi. Bersyukurlah kalau lima hari dalam seminggu jenengan sudah memerankan telenovela itu. Tinggal tulis, tho. Gampang. Kalau sudah jadi, bisa kirim naskahnya ke bukumojok@gmail.com.

Salam sayang,

Cik Prim

Disclaimer: #CurhatMojok menerima kiriman curhat asmara pembaca yang akan dijawab oleh dua redaktur Mojok, Cik Prim dan Agus Mulyadi. Tayang tiap malam Minggu pukul 19.00, setiap curhat yang dimuat akan mendapat bingkisan menarik. Kirimkan curhatmu ke redaksi@mojok.co dengan subject “Curhat Mojok”.

Exit mobile version