Kami LDR tapi Dia Malah Sibuk Main Mobile Legends ketika Saya Temui

tidak punya hobi hobby pengertian hobi macam-macam hobi memasak sepeda brompton mojok.co

tidak punya hobi hobby pengertian hobi macam-macam hobi memasak sepeda brompton mojok.co

[MOJOK.CO] “Mobile Legends merebut cinta pertamaku. Aku harus apa?”

Tanya

Halo, Mas Agus dan Cik Prim, semoga selalu bahagia.

Jadi begini, langsung saja ya. Saya mau curhat tentang asmara seperti yang kebanyakan ada di rubrik Curhat. Saya memang mainstream 🙁

Saya menulis ini karena pesan saya lagi-lagi tidak dia balas. Dia siapa? Pacar saya, atau setidaknya saya pikir dia pacar saya.

Mas Agus, Cik Prim, sebelum memutuskan untuk pacaran dengan dia, saya belum pernah pacaran. Empat tahun kuliah saya habiskan tanpa gandengan, padahal saya juga tidak jelek-jelek amat dan bukannya tidak ada yang naksir dengan saya. Tapi, ajakan pacaran yang datang selalu saya tolak.

Alasannya? Ya karena orang yang saya kira jadi pacar saya sekarang ini.

Dia teman kecil saya. Tidak ganteng-ganteng amat, tapi paling nyambung dengan saya. Sewaktu SMA, kami beda sekolah, tapi entah mengapa justru itulah yang mendekatkan kami. Terutama jelang ujian sekolah dan nasional.

Dia sering bertandang ke rumah untuk membahas soal-soal di buku Detik-Detik Ujian Nasional-nya yang sudah lecek karena terlalu sering dipelajari, memberi tahu cara singkat mengerjakan soal.

Atau memberikan fotokopian soal-soal ujian tahun-tahun sebelumnya.

Atau sekadar mengopikan film yang dia download dengan kuota malam.

Atau mampir karena malam minggu. Dan kami bisa mengobrol lama sekali, yang hanya bisa dihentikan oleh deheman bapak dari ruang tengah.

Ketika akhirnya kami kuliah, kami memilih kampus dan kota yang berbeda. Sama-sama di Pulau Jawa, tapi beda provinsi. Berjarak 6 jam perjalanan dengan kereta api.

Tapi itu bukan halangan buat kami untuk saling mengunjungi. Saya menyempatkan diri menemuinya ketika saya mengikuti event kemahasiswaan di kotanya dan dia beberapa kali main ke kota saya.

Mulai dari sini bibit-bibit baper itu muncul, Mas Agus, Cik Prim. Mungkin hanya dengan dia saya bisa bercerita banyak hal dan ada yang mau mendengarkan. Obrolan kami pasti panjang. Di media sosial, setiap saya meng-upload status receh atau foto, selalu ada dia di kolom komentar.

Tapi, selama masa itu, dia tidak pernah menembak saya. Saya juga tidak berani bertanya, membiarkan hubungan kami sebatas teman meskipun kalau iseng, saya juga suka mengirimkan kode-kode halus. Hehehe.

Dia memang pada akhirnya menembak saya. Itu tiga bulan lalu, lewat pesan pendek karena kami masih berada di kota perantauan masing-masing. Sedang pontang-panting mencari lowongan. Tidak bisa saya deskripsikan betapa bahagianya saya malam itu ketika dia akhirnya meminta saya menjadi pacarnya.

Tidak mengapa LDR, begitu pikir saya, asal punya pacar yang asyik untuk diajak berdiskusi tentang apa saja.

Seingat saya dia orang yang menyenangkan. Seingat saya dulu dia membalas pesan saya sama panjangnya.

Tapi, kini dia berubah.

Saya masih suka membahas film-film animasi dan dia menganggapnya membosankan. Padahal dulu dia yang men-download-kan film-film Pixar. Saya ingin membahas masa depan, membahas mimpi-mimpi besar saya, dan dia hanya membalas sekenanya. Dia lebih tertarik main Mobile Legends daripada membalas pesan saya. Bahkan ketika akhirnya saya menemuinya di kotanya, 60% waktu saya dihabiskan untuk melihatnya main hape dengan posisi landscape. Bahkan di akhir petemuan kami yang sangat jarang terjadi, saya mencoba mengambil foto berdua dan dia menolak.

“Aku nggak suka selfie,” katanya.

Oh, belum lagi ketika saya mencoba romantis dan mengirimkannya pesan-pesan penuh perhatian. Dibalasnya 3 jam kemudian dengan amat sangat pendek. Kado wisuda dari saya juga cuma dibalas “makasih”. Saya pun hampir lupa bagaimana rasanya di-chat duluan akhir-akhir ini. Bukannya saya tidak pernah protes akan hal ini, tapi setelah saya menyampaikan keluhan, besoknya tetap saja saya yang harus memulai percakapan.

Begitulah Mas Agus, Cik Prim. Saya seperti tidak mengenal dia lagi. Entahlah dia menganggap saya membosankan atau apa. Saya sayang sama dia, sungguh, tapi kalau begini caranya saya bisa bosan juga. Kadang-kadang saya juga merasa tidak dihargai sama dia. Entahlah. Saya harus berbuat apa, Mas Agus dan Cik Prim yang baik hatinya?

Salam sayang,

~ Marisa

Jawab

Marisa yang baik,

saya akan menjawab curhat ini dalam dua peran, pertama sebagai layaknya guru BK, kedua layaknya teman.

Sebagai guru BK pura-pura, saran saya, kamu cek situasi yang sedang melingkupi kalian. Mungkin kalian sedang sama-sama stres sebagai sarjana muda yang mencari kerja. Caramu lari dari stres dengan menghibur diri bersama pacar, cara dia dengan menghibur bersama game online.

Sebagai mantan korban pacar yang keranjingan nge-game (dari PS, Tetris, CoC, Werewolf, Zinga Poker, sampai game biliar), saya tahu betapa kesalnya diduakan oleh hape. Apalagi kalau kita nggak doyan nge-game sama sekali ya, Sist. Hih, kzl bat.

Tapi, berdasarkan pengalaman, ngambek atau mengeluh pun bukan solusi. Ibarat kita bisa hepi dengan lihat-lihat baju baru di Eprise atau nengok cat kuku lucu di Stroberi, cowok juga punya cara bahagia yang kadang nggak bisa kita pahami.

Bisa jadi kamu kesal dia sibuk sendiri, dia juga kesal karena kamu merecoki dia terus. Mungkin lho ya….

Sementara ini maklumi aja. Kita memang nggak bisa menghibur diri hanya dengan pacar. Cari cara bahagiamu sendiri. Pahami aja kalau kalian lagi ada di fase spesial: baru jadian, mungkin kalian sama-sama lagi penyesuaian di awal pacaran, dan sedang pusing nyari kerja.

Kamu kudu melatih diri buat kalem dan nggak baper kalau dia balas chat lama dan pendek, bersikap nggak menghargai kado dan kunjunganmu, dan menolak ajakan selfie yang menohok banget itu.

Yang mau saya tekankan, kalau kamu mempraktikkan saran ini jangan sampai kamu menyalahkan diri sendiri lho.

Buang jauh-jauh pikiran kayak, “Jangan-jangan dia nggak responsif karena bosen sama aku….” Bukan kamunya yang salah, tapi treatment kalian satu sama lain yang mungkin belum sampai di titik ekuilibrium.

Oke, itu saran guru BK pura-pura. Nah, kalau saya jadi temen kamu, saran saya adalah telepon dia, sampaikan semua curhat yang kamu tulis di atas kepadanya, katakan apa maumu, tanyain apa maunya, dan buat kesepakatan baru soal hubungan kalian. Terutama soal hobi nge-game yang sementara ini kita duga merupakan tersangka utama yang membuatnya tak lagi punya waktu untukmu.

Kalau perlu, kasih dia surat ultimatum dengan tulisan caps lock semua berbunyi,

KAMU KALO MAIN MOBILE LEGENDS TERUS NGGAK PEDULI PACAR, MENDING KITA PUTUS. PACARAN SAMA PENAMBANG BITCOIN LEBIH BERFAEDAH, TAHU NGGAK!

Kalau perlu, bikin petisi di Change.org untuk developer Mobile Legends. Paksa mereka untuk menambah fitur notifikasi “Balas chat pacar dulu” untuk pemain yang sudah bermain lebih dari 1 jam/hari, membuat versi premium dengan tarif 5 juta/bulan untuk pemain yang bermain di atas 10 jam/bulan, dan mem-block pemain yang di-report pacarnya.

Jika masih nggak ngefek juga, kita laporkan Mobile Legends ke Kementerian Informasi dan Informatika. Nanti saya bantu viralkan lewat bom artikel di Mojok seminggu penuh.

Kita bikin cowok-cowok itu sadar bahwa cewek bersatu tak bisa dikalahkan.

Hidup cewek korban game!

~ Prima Sulistya

Exit mobile version