Ditolak dengan Kalimat “Kamu Terlalu Baik buat Aku”

Ditinggal Menikah karena Hape Rusak

Ditinggal Menikah karena Hape Rusak

Tanya

Selamat malam, Mojok

Kenalkan, saya Rin. Saya adalah perempuan yang sedang galau karena baru saja ditolak dengan kalimat yang sangat populer, “Kamu terlalu baik untuk aku.” Sungguh sulit dipercaya, saya pikir kalimat tersebut hanya akan diucapkan oleh perempuan kepada laki-laki, ternyata bisa juga sebaliknya.

Setelah melakukan wawancara kepada teman-teman perempuan saya yang pernah menolak lelaki dengan kalimat “kamu terlalu baik untuk aku”, ternyata ada dua alasan kenapa mereka menolak dengan cara begitu. Pertama, karena laki-lakinya jelek. Kedua, karena laki-lakinya kere.

Dengan menggunakan konsep yang sama, maka saya mengira bahwa alasan kenapa saya ditolak dengan kalimat “kamu terlalu baik untuk aku” adalah karena 1) saya jelek, atau 2) saya matre.

Saya merenung agak dalam dan meyakini, saya bukan keduanya.

Kata Ibu, saya manis. Teman-teman saya juga bilang begitu. Makanya saya yakin sekali saya ini tidak jelek. Tinggi saya sekitar 158 cm, masih tergolong imut dan tentunya tidak akan membuat minder laki-laki kalau jalan bersebelahan.

Saya juga tidak matre. Saya lebih suka ke mana-mana naik vespa Super kesayangan saya, atau kalau vespa sedang ngambek, saya naik motor matic yang kreditnya saya cicil sendiri.  Saya juga bukan tipe perempuan yang akan merajuk kalau pasangannya sibuk main Mobile Legend; justru saya ajak dia mabar. Atau kalau pasangan saya sedang malas malam mingguan dan ingin berkumpul dengan teman-teman, saya tidak akan merengek dan mengeluarkan statement jahanam semacam “pilih aku atau teman kamu”.

Dan sebagai tambahan, saya juga tidak bodoh. Buktinya IP saya 3,6. Waktu kuliah saya juga aktif berorganisasi, saya sempat jadi pimpinan redaksi pers kampus, dan menjabat sebagai koordinator kementerian di BEM.

Coba, kurang pacar-able apa lagi saya ini?

Lalu ada laki-laki ini, yang saya taksir berat. Kami sudah sangat dekat selama beberapa bulan. Panggilan yang awalnya gue-elo pun sudah berubah menjadi aku-kamu. Setelah saling memberi kode, saya pun geregetan dan memutuskan untuk curi start. Saya menembaknya.

Tapi, begitu saya memberanikan diri menyatakan cinta, dia ternyata menolak dan bilang, “Kamu terlalu baik untuk aku.”

Why?

Tolong bantu saya untuk memahami ini.

Salam,

Rin

Jawab

 

Dear, Rin.

Dalam tradisi percintaan kita, hal yang lazim terjadi adalah lelaki menembak perempuan. Sehingga, pihak yang paling banyak mendapatkan pengalaman diterima dan ditolak adalah lelaki. Maka, tak mengherankan bila lelaki itu sudah paham nglothok soal bagaimana rasanya sakit atas sebuah jawaban dari perempuan.

Dalam urusan penolakan ini, ada satu hal yang begitu dipahami oleh para lelaki, yaitu ditolak itu lebih baik ketimbang digantungkan. Kalau kata orang kulon sana, clear rejection is always better than fake promises.

Karena hal tersebut, tak sedikit lelaki yang ketika ternyata ia ditembak oleh perempuan yang memang ia tak merasa cinta, ia ingin menggunakan konsep clear rejection is always better than fake promises itu tadi. Tapi nyatanya, memang banyak lelaki yang tak tegaan. Sehingga, ia merasa harus menggunakan alasan yang sehalus mungkin.

Dugaan saya, lelaki yang menolak sampeyan itu masuk dalam golongan ini.

Ia memang tak cinta dengan sampeyan, merasa tak bisa bersanding dengan sampeyan, tapi ia tak punya alasan yang baik untuk menolak sampeyan, terlebih ketika sampeyan adalah sosok yang menurut sampeyan sendiri sangat pacar-able: manis, cerdas, tidak matre, aktif berorganisasi, dan sebagainya, dan sebagainya itu.

Jadi kalau sampeyan kemudian ditolak dengan alasan “kamu terlalu baik buat aku”, ya sudah. Terima saja. Tak perlu dipertanyakan alasan-alasannya. Intinya, sampeyan memang tidak dicintai olehnya. Titik.

Sesempurna apa pun, sebaik apa pun, secantik apa pun, secerdas apa pun, seseorang akan tetap punya kesempatan untuk ditolak.

Ingat, Not all of us can get “I love you too”

Dan yang terakhir, ini penting untuk sampeyan camkan: Terkadang, seseorang justru tidak pacar-able karena ia merasa bahwa ia pacar-able. Sama seperti seseorang justru kemungkinan tidak ikhlas ketika ia berkali-kali mengaku bahwa ia ikhlas.

Exit mobile version