MOJOK.CO – Derby d’Italia adalah salah satu derby panas di Serie A. Mari kita bikin lebih panas lagi dengan Tekel Juventus vs Inter Milan! Sumayya Basir vs Ratna Dewi!
Mojok menyajikan TEKEL spesial untuk menyambut Derby d’Italia. Dua kubu yang saling gaprak adalah penulis perempuan. Jangan salah, galaknya mereka tak kalah menggigit.
Sumayya Basir, Juventini, memandang Inter Milan bukan lagi tim papan atas, tapi sebatas medioker. Ratna Dewi, Interisti, nampaknya sudah muak betul dengan yang namanya Juve. Klub yang bikin malu Serie A ini sebaiknya bubar saja. Bubarnya bisa bareng-bareng Manchester United kalau mau.
Sumayya Basir: Inter kalah lawan Tottenham “Ayam Sayur” Hotspur kok mau lawan Juventus.
Liga Italia Seri A pekan ini menyajikan pertandingan yang katanya Big Match antara Juventus melawan Inter Milan. Sebuah pertandingan yang dibalut dengan embel-embel Derby d’Italia karena konon katanya ini pertandingan dua tim terbesar, tersukses, dan sarat gengsi di Italia.
Ah, mosok? Mosok? Mosok sih? Mau membandingkan Inter sama Juventus? Saya rasanya ingin ketawa ala Anggun di iklan Pantene itu. HAHAHAHAHAHAHAHA.
Tolong jangan dibandingkan, jauh banget itu. Apa sih yang mau dibanggakan dari Inter? Stadion? Wong stadion wae masih pinjem kok bangga.
Apa? Scudetto? Plis om. Bangga kok dengan Scudetto hasil hibahan. Kayak gitu kok mau mencoba menandingi 30 lebih gelar Scudetto Juve? Hohoho, tidak semudah itu Fulgoso.
Memang sih Inter pernah juara Liga Champions di zaman Jose Mourinho, tapi ya balik lagi, habis itu kapan lagi sih tim Italia bisa bersinar di liga Champions? Laga terakhir Inter di kompetisi paling bergengsi di Eropa itu malah kalah dari Ayam Sayur Spurs. Kalah kok dari tim semenjana, pffftt…
Eh tapi mbok ya agak nasionalis dikit. Dulu, Inter kan punyanya Erick Thohir, orang Indonesia asli. Kita harus bangga dengan pencapaian anak bangsa dong Masbro. Etapi kan Pak Erick sendiri sekarang lebih memilih konsen jadi tim suksesnya Jokowi. Artinya beliau mungkin sudah sadar kali ya kalau jadi presiden Inter itu lama-lama makin suram nasibnya. Hamdallah.
Yowes coba kita cari perbandingan yang lebih adil, misalnya komposisi skuat. Aduh tapi saya kok juga nggak tega ya membandingkannya. Miris banget lihat pemain Inter yang sekarang. Okelah ada Mauro Icardi yang lagi on fire. Tapi mau membandingkan Icardi dengan Mas Dodo Cristiano Ronaldo kok kayaknya ya jauuuuuuuuuuuuuh banget ya. Lagian Icardi ini apa sih prestasi yang bisa dibanggakan? Merebut istri orang? Eh…
Makanya rasanya nggak pantas juga laga ini disebut sebagai laga paling bergengsi di Italia. Rasanya sudah nggak relevan lagi gitu lho. Wong posisi Inter sebagai klub papan atas aja sudah mulai digeser sama Napoli. Jadi besok besok kayaknya bakal lebih pas kalau Derby d’Italia ini disematkan untuk pertandingan Juventus versus Napoli saja. Ya tho? Ya tho? Thoyib.
Ratna Dewi: Juventus itu bikin malu Serie A, mending segera bubar!
Bagi Inter Milan, pertandingan kontra Juventus gak usah terlalu dipikir serius. Apalagi mikirin soal taktik dan strategi. Lawan Juventus itu anggap saja sedang lawan mafioso yang punya liga. Lha mau gimana, mau bikin pencitraan kayak apa, klub yang pernah degradasi karena pengaturan skor mending diem deh.
Serie A memang jadi milik Juventus untuk beberapa tahun belakangan, pun musim ini juga. Selisih 11 poin dengan Inter memang terlihat cukup jauh. Tapi tunggu dulu. Kamu tahu kenapa Juve bisa unggul sedemikian banyak dan belum kalah? Karena mereka belum ketemu Inter Milan!
Situasi seperti saat ini sebenarnya mirip-mirip dengan kondisi kala Inter lawan Barca 2010 silam. Ketika semua orang berpikir Bahwa Barca dengan segala superioritasnya akan mudah menyingkirkan Inter di semifinal, nyatanya Barca nyungsep.
Inter menang 3-1 di leg pertama. Dan Barca hanya menang 1-0 di leg kedua. Inter lolos dengan cara elegan. Iya. Elegan. Gak terima? Mau nyinyir soal parkir bus? Ra urus!
Ingat, Juventus justru dipermalukan klub Spanyol lainnya di final Liga Champions. Padahal sebelumnya sok-sokan bilang bakal juara karena punya pertahanan paling bagus. Nyatanya, di final, kalah dengan skor 4-1. Bikin malu Serie A aja. Udah sombong pertahannya paling bagus, tapi dibobol empat gol di final. Dobol!
Inter memang bermain bertahan ketika melawan Barcelona. Kalau kamu bener-bener Juventini, pasti tahu sama yang namanya catenaccio. Inter bisa mempraktikkannya dengan baik, nggak sombong duluan. Nggak kalah memalukan di final. Apalagi kalah tiga kali di final.
Sampai bikin Gianluigi Buffon muak. Pindah dia ke PSG demi kejar Liga Champions. Legendanya saja begitu. Klub kok menyedihkan banget. Sama kayak Manchester United, Juventus ini sebaiknya bubar aja.
Kamu tahu, Buffon bilang, kalau aja Ronaldo nggak dibeli manajemen, pemain-pemain lain udah pingin hengkang. Ini fakta, bisa kamu googling sendiri kalau gak percaya. Legenda mereka sampai muak, pemain-pemain lain udah jengah. Nggak cuma menyedihkan, Juventus ini udah memprihatinkan.
Udah kehilangan identitas, ditinggal legenda. Ha masih mending Salernitana atau Como, atau Parma, yang berjuang keras naik lagi ke Serie A. Parma degradasi karena masalah keuangan, bukan karena mafioso. Uhuk!
Saking delusinya ketika main di Liga Champions, Juventus beli pemain yang bikin mereka nangis di final, Cristiano Ronaldo. Takut ya lawan Ronaldo? Makanya langsung dibeli. Embel-embel alasan soal ekonomi itu lamis saja. Intinya ya mereka pengecut. Nggak berani lawan pemain bagus, maka dibeli sudah.
Warna asli mereka kan ketahuan. Gak bisa juarai liga kalau nggak curang, ya “mainkan” aja. Tipikal. Sudah mandarahdaging. Sudah kalah tiga kali di final, degradasi karena mafioso, ditinggal legenda yang pasti sudah muak. Memang betul, Juve itu kemaluan terbesar Serie A. bubar aja lah, mending jadi klub karambol!