Saddil Ramdani: Jago Gocek Pemecah Kebuntuan Timnas Indonesia U-23

MOJOK.CO – Usianya masih 19 tahun ketika Saddil Ramdani menjadi salah satu pemain penting timnas Indonesia U-23 asuhan Luis Milla di Asian Games 2018.

“Siapa pun yang masuk harus siap memberikan warna baru. Saddil mampu melakukannya dengan kecepatannya. Ia banyak main satu lawan satu dan itu sudah saya prediksi sejak awal,” ujar Luis Milla usai pertandingan melawan China Taipei (12/8).

Untuk laga perdana timnas Indonesia U-23 cabor sepak bola Asian Games 2018 Grup A itu Saddil Ramdani baru masuk di babak kedua. Tepatnya pada menit 60 menggantikan Irfan Jaya. Pemain berusia 19 tahun tersebut menempati posisi yang sama, sayap kanan.

Sebagai pemain dengan kaki kiri lebih dominan, Saddil Ramdani terbiasa melakukan cut inside, lalu melepaskan tendangan kejut dari dalam maupun luar kotak penalti. Dia juga memiliki kecepatan dan gocekan bola yang lengket sehingga kerap memenangi duel satu lawan satu.

Kemampuan tersebut membuatnya unggul secara kualitatif atau unggul kualitas teknis (terkait situasi satu lawan satu dengan lawan). Hanya sistem pertahanan lawan yang rapat dan sering melakukan overload di area sayap kanan timnas Indonesia U-23 yang bisa menghentikan Saddil Ramdani. Jika hanya satu dua orang saja yang menjaga, Saddil lebih sering bisa lepas atau setidaknya memaksa lawan melakukan pelanggaran.

Itu pula yang dilakukan oleh Hsiangche Huang, bek kiri China Taipei pada menit 66. Keteteran mengimbangi permainan cepat Saddil, Hsiangche Huang melakukan pelanggaran di dekat kotak penalti.

Tendangan bebas dieksekusi Febri Haryadi dengan kaki kiri yang kemudian disambut sundulan Stefano Lilipaly. Gol pertama pun tercipta. Gol yang kemudian mengawali terciptanya tiga gol lainnya. Begitulah peran Saddil bagi tim yang dia bela. Pemain kelahiran Raha, 2 Januari 1999 itu bisa menjadi pembeda ketika kebuntuan terjadi.

Sebelum berlaga di Asian Games 2018 Jakarta-Palembang, Saddil Ramdani sudah pernah membela timnas U-19 di ajang Piala AFF. Salah satu pertandingan di mana dia berperan amat penting adalah tatkala bersua Filipina (5/7) di Stadion Gelora Delta Sidoarjo.

Pemain Persela Lamongan ini baru masuk di babak kedua dengan posisi tertinggal 0-1. Ia kemudian membuka keran gol timnas Garuda Muda pada menit 81. Gol yang kemudian memecah tembok Filipina dan membangkitkan daya juang anak asuh Indra Sjafri hingga akhirnya bisa mencetak total empat gol di mana Saddil Ramdani sendiri mencetak dua di antaranya.

Kehadiran Saddil sebagai pemain pengganti senantiasa memberi pembeda. Memberi warna baru sesuai yang diharapkan oleh pelatih. Selain kecepatan dan kemampuan olah bolanya, dengan masuknya Saddil Ramdani menggantikan Irfan Jaya, juga ada perubahan dari cara timnas membongkar pertahanan lawan. Saddil lebih berani menusuk, berbeda dengan Irfan yang lebih sering memberi umpan silang di babak pertama.

Namun, kemampuan Irfan Jaya sendiri tetap patut diapresiasi. Memiliki dua pemain sayap di sisi kanan yang mampu bermain dengan gaya berbeda, Milla tinggal memakai yang sesuai kebutuhannya. Melawan China Taipei, Saddil Ramdani lebih bermanfaat, bisa jadi saat melawan Palestina (15/8) Irfan akan lebih berperan.

Untuk itu, Milla paham betul pemain yang akan diturunkan sejak menit awal di laga-laga berikutnya. Bagi Saddil Ramdani, penampilan dan apresiasi dari sang pelatih asal Spanyol itu bermakna besar. Jadi sah, Saddil Ramdani sudah bermain untuk empat tim sekaligus. Untuk Persela, timnas U-19, timnas U-23, dan timnas senior.

Meski baru berusia 19 tahun, Saddil Ramdani sudah mencatatkan debut sebagai pemain senior kala bersua Myanmar pada 21 Maret 2017. Hebatnya, dia tak sekadar menjadi penghangat bangku cadangan. Seperti yang dikatakan Milla, Saddil adalah salah satu pemain pentingnya.

Pencapaian Saddil Ramdani saat ini adalah buah dari kerja keras dan tempaan hidup yang luar biasa berat. Pemain dengan julukan gocekan pecel lele itu bukan dari keluarga berada. Ibunya mesti berutang untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Saddil hampir putus sekolah karena tak ada biaya untuk masuk SMP.

Ia pun perlu berjualan jambu untuk bisa membeli sepatu bola pertamanya. Tapi, dengan bakatnya, Saddil Ramdani bisa berlatih di SSB ASIFA yang dikelola Aji Santoso, yang kini juga pelatihnya di Persela, sembari menyelesaikan pendidikan di SMAN 7 Kota Malang tahun ini.

Lewat kesempatan bermain untuk timnas Indonesia, Saddil kini berada di top level. Dia belajar dari pelatih kelas dunia. Sebuah situasi yang akan membantunya mengembangkan semua senjata yang Saddil miliki saat ini.

Jika mampu tetap disiplin dan fokus di sepak bola, Saddil Ramdani adalah bintang kita saat ini dan di masa depan. Sebagai pemain termuda di skuat Asian Games 2018, jalan Saddil masih begitu panjang. Masih akan ada banyak hal baru yang bisa ia capai.

Exit mobile version