MOJOK.CO – Jose Mourinho merajuk, merengek, di depan media setelah kalah memalukan dari Liverpool. Apakah ini menjadi bumbu pelengkap kutukan tahun ketiga yang legendaris itu?
Suasana muram terasa di ruang konferensi pers itu. Jose Mourinho, mengenakan kaos berwarna peach menghadapi serentetan pertanyaan dari para wartawan. Malam itu, Mourinho tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Kekalahan memalukan dari Liverpool hanya satu dari sekian banyak masalah yang membebani isi kepala pelatih yang rambutnya yang acak-acakan dan mulai berubah putih itu.
Manchester United dijadwalkan menghadapi Liverpool dalam lanjutan kompetisi International Champions Cup (ICC). Sebuah kompetisi pemanasan jelang musim baru. Dua klub ini biasanya menghadirkan pertandingan yang seru lagi panas di Liga Primer Inggris. Namun di ICC, United dibuat tidak berdaya. Mereka kalah dengan skor 1-4.
Sambil menyilangkan tangan di depan dada dan meletakkannya di atas sebuah meja, Mourinho curhat kepada awak media. Cukup banyak keluhan yang beliau sampaikan. Saking mengenaskannya, ocehannya terasa seperti rengekan seorang anak yang gagal dibelikan mainan oleh orang tuanya. Rengekan yang terdengar sumbang. Rengekan yang membuka aib dan membuat suasana konferensi pers itu semakin suram.
Rengekan Mouriho terbentang dari manajemen United yang terkesan begitu lambat membelikan pemain yang ia inginkan, para pemain United yang tidak menjaga kesehatannya sendiri selama jeda kompetisi, hingga banyaknya pemain yang absen karena masih berlibur setelah Piala Dunia berakhir. Satu lagi, Mourinho juga melontarkan pernyataan yang berpotensi menyakiti hati pemain-pemain muda United. Mari kita bahas satu per satu.
Jadi, bulan Maret yang lalu, Mourinho sudah memberikan sebuah daftar berisi nama-nama pemain potensial untuk dibeli oleh manajemen Manchester United. Tepatnya, mantan pelatih Chelsea tersebut memberikan daftar kepada Executive Vice-Chairman, Ed Woodward. Daftar sudah diterima, namun tak kunjung ada titik terang.
“Saya ingin dibelikan dua pemain baru. Namun, saya rasa, keinginan saya itu tidak akan terwujud. Mungkin saja saya akan dibelikan satu pemain. Saya sudah memberikan daftar berisi lima nama pemain kepada klub beberapa bulan yang lalu dan saya masih menunggu apakah mungkin klub membelikan saya satu saja dari lima pemain yang saja ajukan. Jika tidak bisa, ya tidak terjadi. Jika bisa, ya bagus sekali. Jika tidak dibelikan, yang bisa kami lakukan hanyalah terus bertarung dan bekerja dan percaya dengan pemain yang ada,” ungkap Mourinho seperti diberitakan The Guardian.
Memang, di jendela transfer musim panas kali ini, United terasa lebih pasif. Setelah mendapatkan tanda tangan Fred dari Shakhtar Donetsk, United belum lagi berhasil mendapatkan pemain baru. Padahal, di awal musim nanti, United tidak akan bisa memainkan Nemanja Matic karena baru saja menjalani operasi untuk menyembuhkan cedera yang tidak diberitakan secara spesifik oleh klub.
Ketika tidak bisa menurunkan pemain-pemain terbaiknya, United terbukti tidak berdaya saat melawan Liverpool. Mourinho menyinggung bahwa ini bukan soal tambahan pemain lagi. Dirinya memandang bahwa tambahan amunisi itu kalau sudah bisa memainkan kembali pemain-pemain seperti Paul Pogba, Marouane Fellaini, Victor Lindelof, Marcus Rashford, Jesse Lingard, Matic, dan Antonio Valencia.
Soal pemain-pemain lama yang tidak bisa bermain ketika pramusim, Mourinho juga mempermasalahkan absennya Anthony Martial yang terlalu lama. Martial sendiri izin bolos dari laga ICC lantaran harus menunggui kelahiran anak keduanya. Masalahya, bagi Mourinho, Martial pergi terlalu lama dan seharusnya sudah kembali bergabung bersama tim.
“Dia baru saja punya anak. Dan setelah anaknya lahir, bayi yang tampan, sehat tentu saja, terima kasih Tuhan, ia seharusnya sudah bergabung bersama tim tapi sayangnya tidak. Sekarang kami akan menghadapi Real Madrid dan setelah itu Bayern Munchen.”
Tidak bisa memainkan skuat terbaik, ditambah pemain yang telat bergabung membuat suasana hati Mourinho menjadi sungguh buruk. Ia berpendapat bahwa melawan Liverpool seperti pertandingan tim utama The Reds melawan tim anak-anak. Padahal, supaya kamu tahu saja, rata-rata usia skuat United adalah 25,4 sedangkan Liverpool 25,2. Tidak berbeda jauh, dan Mourinho menggunakannya sebagai alasan kekalahan memalukan.
“Ini bukan tim kami. Kami memulai laga dengan hampir separuh pemain yang tidak akan di skuat ini lagi pada tanggal 9 Agustus nanti. Mereka tidak akan masuk tim kami. Ini bukan skuat kami. Soal bantuan tenaga, yang Anda maksud adalah pemain yang ingin saya beli, kalau itu masalah lain, tapi ini bukan tim saya. Bahkan ini bukan separuh dari tim saya, atau 30 persennya saja tidak.”
Kalimat yang sungguh telak menghantam perut pemain-pemain muda United. Mereka tidak berada dalam bagian rencana Mourinho. Mereka belum akan mendapat kesempatan. Sungguh kenyataan yang tentunya sangat pahit.
Sebenarnya, tidak menjadi masalah bagi seorang pelatih untuk protes kepada manajemen lantaran permintaan membeli pemain tidak kunjung dituruti. Namun, minimal, jangan protes di depan media karena rawan diterjemahkan secara salah. Jika sudah begitu, kesalahpahaman itu, akan merusak hubungan.
Mourinho, sih, sudah berpengalaman soal berseteru dengan pemain dan manajemen. Salah satu latar belakang mengapa Mourinho hampir selalu gagal di tahun ketiga ketika menukangi sebuah klub. Kebiasaan ini bahkan disebut sebagai kutukan, yang terus membayangi Mourinho sejak menangani Real Madrid, Chelsea, dan kini bisa terjadi kepada Manchester United.
Aroma kutukan itu sudah terasa sejak musim lalu. Ketika Mourinho menyebut Martial pemain malas di depan media, masalah penanganan pasca-cedera Luke Shaw, kegagalan mengeluarkan kemampuan terbaik Pogba, dan lain sebagainya. Bahan-bahan pemicu kutukan itu sudah terkumpul.
Ditambah rengekan di depan media selepas laga ICC dan potensi awal musim yang suram, maka jadi sudah masa depan suram itu membayangi Mourinho. Suram sekali.
Dan akhirnya, The Pecat One, bablas juga. Bya, Om Mourinho.