Meksiko dan Sepak Bola Warna-Warni yang Mudah Dicintai

Meksiko dan Sepak Bola Warna-Warni yang Mudah Dicintai

Meksiko dan Sepak Bola Warna-Warni yang Mudah Dicintai

MOJOK.CO – Juan Carlos Osorio, pelatih Meksiko, sempat diragukan kualitasnya ketika mencoba menawarkan hal baru. Namun yang ditentang itu kini dicintai.

Seorang imigran asal Kolombia pergi ke Amerika Serikat pada kurun 1980an. Ia adalah mantan pemain sepak bola yang terpaksa pensiun di usia 26 tahun setelah menyerah karena cedera parah. Saat kariernya sebagai pesepakbola habis, ia sadar harus mencoba hal lain dan memulainya di negeri Paman Sam. Dia adalah Juan Carlos Osorio, juru taktik Meksiko pada Piala Dunia 2018.

“Saya tidak tahu bagaimana mereka memilih Osorio, ada banyak pelatih yang lebih baik di Meksiko,” ungkap Tomas Boy, pelatih Cruz Azul, yang juga mantan pemain Meksiko di Piala Dunia 1986. Kritikan seperti itu kerap menghampiri Osorio di awal kisahnya sebagai pelatih tim nasional.

Metode dan gaya bermainnya sangat asing bagi persepakbolaan negeri Sombrero. “Di masa lalu, saya pikir idenya adalah mencoba untuk tidak kebobolan,” ujar Osorio mengomentari gaya bermain zaman dulu. “Kali ini kami akan mencoba untuk lebih menyerang dan mengejar kemenangan.”

Ia membuat fans El Tri terbelah menjadi dua kutub berseberangan, pro dan kontra. Sebagian dari mereka mendukung Osorio untuk mencoba suatu hal yang baru. Sementara sebagian lainnya lebih menyukai pelatih yang menyempurnakan metode lama daripada mencari sesuatu yang baru.

Percobaan Osorio memang agak gila. Ia pernah menggunakan 48 pemain utama berbeda di 48 pertandingan. Sejatinya ia sedang melakukan trial and error dengan berusaha menguji berbagai formasi hingga mendapatkan sistem yang tepat.

Mencoba 48 susunan pemain yang berbeda menunjukkan Osorio adalah pembelajar yang tekun. Sikap itu sebenarnya sudah ia tunjukkan jauh sebelum menangani Javier Hernandez dan rekan-rekan. Ia pernah dengan rela menjual barang-barangnya demi memenuhi biaya studi di Liverpool.

Namun, bersekolah di John Moores University, Liverpool, bukan satu-satunya tujuan Osorio. Buktinya, ia kerap meminjam tangga pada orang-orang yang tinggal di dekat Melwood, tempat latihan Liverpool, agar bisa mengamati Roy Evans and Gerard Houllier menggembleng para penggawa The Kop.

Ketekunan ini pula yang membawa Osorio bisa berkeliling Eropa bertemu pelatih-pelatih papan atas. Termasuk menanyakan resep kepada Guus Hiddink ketika membawa Korea Selatan melaju hingga semifinal Piala Dunia 2002. Ia pulang dari Benua Biru dengan keputusan menambah tukang pijat, terapis, dan staf khusus yang menyusun jadwal tidur pemain di dalam struktur kepelatihan tim nasional Meksiko.

Semua ilmu yang didapat dari perjalanan ia catat dalam sebuah buku catatan kecil dengan pena warna-warni. Buku itu pasti ditenteng Osorio ketika mendampingi timnya. Ia kerap terlihat berada di technical area, berjongkok sembari mencoret-coret “buku saku” kesayangannya.

Catatan warna-warni itu adalah panduan permainan Meksiko. Setelah Hirving Lozano mencetak gol sensasional ke gawang Jerman, Osorio memilih duduk dan membolak-balik catatannya. “Ketika kami mencetak gol, saya duduk, memikirkan cara untuk tidak kebobolan selama lima menit berikutnya,” kata pelatih berusia 56 tahun itu.

Di bawah asuhan Osorio, kini permainan Meksiko lebih berwarna, sama seperti catatan pada buku kecilnya. Para pemain El Tri tak lagi dikotak-kotakkan menjadi tiga warna utama berdasarkan spesialisasi mereka: bertahan, transisi, menyerang. Osorio mencoretkan warna lain sehingga para pemain tak hanya bisa bermain di satu posisi spesialnya saja. Versatility.

Saat menghadapi Jerman, Carlos Vela yang berada di belakang striker secara sadar dan disiplin bergerak ke bawah. Vela mendapatkan tugas khusus dari Osorio untuk membantu pertahanan. Caranya dengan menempel Toni Kroos. Tujuannya adalah mencegah pemain Real Madrid tersebut mengontrol tempo dan aliran bola Jerman dari bawah.

Sementara itu, Andres Guardado yang bermain di tengah, banyak bergerak ke samping untuk membantu Jesus Gallardo yang naik membantu serangan.

Carlos Salcedo mengisi dua posisi berbeda dalam tiga pertandingan fase grup. Javier “Chicharito” Hernandez yang sejatinya penyerang kerap bergerak melebar. Sedangkan Miguel Layun yang bersama FC Porto bermain sebagai bek kanan, sering menjadi pemain pertama yang menginisiasi serangan balik.

Dalam banyak kasus, beberapa pesepakbola ogah bermain di luar posnya. Contohnya Neymar yang konon dalam klausul kontraknya bersama Paris Saint-Germain terdapat poin yang mewajibkan semua pelatih untuk memainkannya sebagai penyerang sayap sebelah kiri.

Namun, para pemain Meksiko adalah anomali. Mereka menyukai gaya bermain Osorio dengan segala permutasi peran dan posisinya. “Dia adalah jenius sepak bola,” ungkap Javier Hernandez menunjukkan kekaguman pada pelatihnya. Ketika publik melancarkan kritik, para punggawa El Tri adalah tameng terdepan bagi juru taktik asal Kolombia itu.

Jika bertanya-tanya apa yang diperbuat Osorio hingga anak asuhnya dengan gigih membelanya, ia hanya berkata, “Bermainlah untuk mencintai kemenangan, jangan takut kalah.” Tetapi kenyataan lebih dari itu. Para penggawa Meksiko tak hanya mencintai permainan, tapi juga sangat mencintai pelatihnya.

Exit mobile version