MOJOK.CO – Barcelona tiba-tiba masuk bursa perburuan Leroy Sane. Ini menegaskan kegagapan Barcelona dalam menentukan kebijakan transfer.
Rumor tentang kemana Leroy Sane akan berlabuh di musim depan menjadi salah satu rumor transfer yang menarik untuk diikuti. Banyak yang beranggapan bahwa Sane akan berlabuh ke Bayern Munchen, tapi sepertinya kita akan disuguhi “pertarungan” untuk memperebutkan Sane setelah Real Madrid dan Barcelona ikut dalam perburuan.
Perginya Robben dan Ribery memang membuat Bayern Munchen kehilangan dua pemain penting di sector sayap. Dengan kedatangan Sane, maka Bayern berhasil menutupi lubang yang ditinggalkan Robben-Ribery. Jelas bahwa mendapatkan Sane adalah prioritas bagi Bayern. Masuknya Real Madrid dan Barcelona sendiri agak membingungkan.
Kita harus mengeluarkan El Real dari rumor ini karena Real Madrid sudah mempunyai semua pemain yang mereka butuhkan di musim depan. Di sector kiri, Madrid sudah mempunyai Hazard dan Vinicius Junior, dan dua pemain itu sudah tidak perlu diragukan lagi kemampuannya. Fokus Madrid di musim depan adalah mendapatkan Kylian Mbappe dan Eduardo Camavinga. Rumor kedatangan Donny Van de Beek mempertegas keyakinan bahwa tiap ada rumor pemain bintang akan pindah, Madrid selalu dibawa agar beritanya laku. Tapi untuk Barcelona, ini kasus lain.
Ketika ada rumor Barcelona mengejar pemain, besar kemungkinan bahwa mereka benar-benar mengejar pemain tersebut. Barcelona akan kehilangan Messi beberapa tahun lagi, dan membeli pemain yang mendekati kemampuan Messi, meski itu agak mustahil, adalah prioritas. Membeli Dembele adalah salah satu contoh bagaimana Barcelona berusaha mengisi kekosongan yang akan muncul ketika Messi benar-benar pergi. Mendatangkan Sane adalah hal yang mungkin masuk akal.
Masalahnya adalah satu, Barcelona terlalu terpaku pada ketakutan mereka ditinggal Messi, yang ironisnya justru berlawanan dengan semboyan klub itu sendiri. Messi memang seorang pembeda, ibarat Kal-El untuk Bumi. Tapi fokus menatap masa depan dengan cara mencari pengganti Messi termasuk langkah bodoh bagi tim yang punya semboyan mes que un club. Tentu saja, mengejar Sane adalah salah satu langkah bodoh tersebut.
Begini. Sane bukan pemain biasa, kita semua tahu itu. Fans MU (yang waras) pun bakal ngaku kalau pemain tim seberang itu adalah pemain bagus, tapi apakah Barcelona butuh Sane? Jawabnya tentu saja tidak. Untuk posisi yang sama saja, Barcelona sudah memiliki Griezmann dan Fati, di bagian kanan masih ada Dembele, Messi, dan Trincao. Ditaruh kanan atau kiri, Sane tetap saja harus bersaing begitu keras.
Padahal yang dibutuhkan Barcelona bukanlah Sane, tapi bek sayap, bek tengah, dan striker. Suarez, Pique, dan Jordi Alba semakin menua, sedangkan pengganti mereka belum jelas terlihat. Ketergantungan Barcelona terhadap nama-nama tersebut makin terlihat ketika di laga-laga penting, Pique dan Alba benar-benar bekerja keras dan pemain yang lain tenggelam. Performa keduanya pun terhitung menurun. Gol Vinicius di laga El Clasico menegaskan bahwa Pique termakan usia dan mulai membuat keputusan yang salah.
Barcelona sebenarnya memiliki pemain muda potensial di barisan belakang, yaitu Jean-Claire Todibo. Menit bermainnya memang kurang, namun dia sanggup memberikan performa yang apik ketika bermain. Tapi direksi punya pikiran lain, mereka memilih meminjamkan Todibo ke Schalke dengan klausul kontrak yang jelas-jelas merugikan Barcelona.
Not Abel Ruíz to Braga, not Carles Aleña to Betis, not Carles Pérez to Roma; Barcelona’s most damaging January departure was Todibo to Schalke.
Deprived themselves of a talented, physically imposing player at a position where they’re already thin at. Schalke’s best player today.
— Zach Lowy (@ZachLowy) March 3, 2020
Membeli Sane sama saja menenggelamkan Trincao yang merupakan pemain muda potensial di Eropa, dan baru mendarat di transfer musim dingin kemarin. Apa yang sebenarnya direksi Barcelona pikirkan dengan mengejar pemain yang berpotensi menenggelamkan performa pemain yang baru saja dibeli?
Kebijakan transfer Barcelona terasa begitu inferior dibandingkan Real Madrid. Nama seperti Reinier, Eder Militao, Mendy, Vinicius, Rodrygo, dan Valverde adalah hasil dari kebijakan tangan dingin direksi Madrid. Reinier mungkin memang masih bermain di Castilla, tapi dalam 227 menit bermain dia sudah mencetak 2 gol dan 1 asis. Mendy, Vini, Rodrygo dan Valverde adalah pemain yang sering bermain untuk starting line-up dan mencatatkan permainan yang bagus. Rodrygo bahkan untuk sementara menjadi top skorer kedua untuk Madrid.
Pembelian pemain-pemain Madrid memang disesuaikan dengan kebutuhan tim, harga yang mahal tidak jadi soal selama mereka memang sesuai dengan kebutuhan tim. Kedatangan Mbappe pun sudah jadi proyeksi sejak 2017. Mengingat Bale yang kemungkinan akan pergi di akhir musim, Mbappe masih masuk akal untuk didatangkan untuk jadi pemain utama sembari memberi waktu untuk Rodrygo berkembang.
Masuknya Barcelona ke perebutan Leroy Sane ini memang sebuah langkah yang tidak bijak, jika tidak mau dibilang bodoh. Andai Barcelona mau bekerja keras untuk meluruskan jalan Dembele, tidak mengagetkan kalau dia akan jadi pemain sayap paling berbahaya di dunia. Barcelona justru butuh satu set bek dan satu striker yang setara dengan Suarez untuk menatap masa depan dengan mantap.
Jika tidak mau terus-terusan ditertawakan rival, sekarang saatnya Barcelona melakukan sesuatu.
BACA JUGA Liverpool yang Malang: Tentang Kegagalan Paling Puitis Abad Ini dan artikel menarik dari Rizky Prasetya.