Hanya Orang Bodoh yang Meremehkan Cristiano Ronaldo dengan Ledekan Tap-in Mercant

Cristiano Ronaldo bermain dengan otak, bukan dengkul saja.

Hanya Orang Bodoh yang Meremehkan Cristiano Ronaldo dengan Ledekan Tap-in Mercant MOJOK.CO

Hanya Orang Bodoh yang Meremehkan Cristiano Ronaldo dengan Ledekan Tap-in Mercant MOJOK.CO

MOJOK.COCristiano Ronaldo, Aubameyang, Filippo Inzaghi, dan semua striker yang jago tap-in adalah striker yang bermain dengan otak.

Sebenarnya saya sudah jarang mendengar ledekan ini disematkan kepada Cristiano Ronaldo. Mungkin sesekali terjadi ketika pemain asal Portugal itu bermain untuk Real Madrid. Namun, ledekan itu muncul lagi di debut keduanya bersama Manchester United. Sungguh bodoh sekali…

… ketika Cristiano Ronaldo masih saja diledek dengan status tap-in mercant.

Mengapa bodoh? Pertama, ayolah, apakah kamu tidak pernah melihat cuplikan ratusan gol Cristiano Ronaldo lewat YouTube? Iya, ada satu video yang berisi kompilasi 450 gol Ronaldo untuk Real Madrid. Video tersebut berdurasi 1 jam 21 menit. Saking banyaknya, baru sampai 45 menit kamu bakal mengantuk.

Kalau kamu terlalu tekun menjadi pengangguran dan punya banyak waktu luang, silakan tonton video tersebut sampai tuntas. Coba hitung ada berapa banyak tap-in goal yang dia buat. Baru ngitung sampai 15 paling kamu udah lupa karena cantiknya gol-gol Ronaldo ketika masih mengenakan nomor punggung 9 di Real Madrid.

Dari cuplikan video tersebut harusnya kamu paham bahwa Cristiano Ronaldo tidak layak diledek  tap-in mercant. Namun, dan ini yang paling penting, tap-in mercant itu bukan ledekan. Ia adalah sebuah ujung dari proses yang kompleks tapi terlihat sangat sederhana.

Kompleksnya proses tap-in goal

Juego de posicion ala Pep Guardiola, misalnya, adalah usaha membuat gol paling ultimate. Tahukah kamu, yang dimaksud gol paling ultimate adalah sebuah gol dengan persentase keberhasilan mencapai 99 persen, yaitu sebuah tap-in manja di depan mulut gawang.

Bagi saya, istilah tap-in goal itu sudah mengalami degradasi makna. Banyak media yang memotret istilah tersebut secara serampangan. Mereka mengesankan gol dengan sentuhan sederhana di depan gawang itu nilainya lebih rendah ketimbang gol dengan tendangan salto atau tendangan jarak jauh 40 meter.

Padahal makna gol-gol tersebut ya sama saja. Sama-sama bernilai satu. Banyak pelatih yang tidak terlalu mementingkan cara sebuah bola masuk ke gawang. Kebanyakan pelatih malah lebih suka pemainnya tidak menghabiskan banyak energi untuk membuat gol.

Kalau dari cara bermain Pep Guardiola, enam umpan pendek dari kiper diakhiri tap-in oleh striker itu sudah cukup mengesankan. Bagi Jose Mourinho, serangan balik cepat dengan dua umpan dan satu tap-in sudah memuaskan. Tidak ada yang salah dengan istilah itu. Cuma orang bodoh yang membeda-bedakan cara bola masuk ke gawang lalu meledek pemain lain yang bikin gol dengan cara paling mudah. Ruwet sekali hidupnya.

Kedua, izinkan saya menjelaskan bahwa tap-in goal itu nggak sesederhana kelihatannya menggunakan pendekatan perubahan cara bermain Cristiano Ronaldo….

Tony Cottee, mantan striker West Ham United, yang membedakan striker bagus dan seorang “predator kotak penalti” adalah football brain. Striker bagus tahu caranya membuat gol ketika bola berada di kakinya. Namun, predator kotak penalti tahu bagaimana cara mencapai bola jauh sebelum bola itu sampai di kakinya.

Masih menurut Tony Cottte, predator kotak penalti itu bisa “picture the ball”. Artinya, dia bisa memprediksi guliran bola sebelum masuk kotak penalti. Selain itu, seorang predator juga sudah menyimpan informasi soal posisi pemain bertahan, kiper lawan, dan posisi rekannya, dan area paling ideal untuk menyelinap ke tengah kotak penalti.

Terkadang, predator kotak penalti ini tidak diberkahi dengan teknik paling mewah. Gol-gol yang dia cetak itu terasa sangat menyebalkan buat lawan. Filippo Inzaghi, misalnya. Kadang, gol yang dia buat terjadi karena bola “seperti tidak sengaja” membentur dadanya atau sebuah tap-in pakai ujung sepatu di tengah kerumunan. Pokoknya golnya datang dari situasi yang seharusnya tidak bahaya. Itulah alasan Sir Alex Ferguson paling malas kalau melawan Inzaghi.

Sudah lari-larinya nggak teratur, kelihatan tua dan lelah. Namun, Inzaghi adalah salah satu striker paling sukses di dunia. Beda kasus dengan Cristiano Ronaldo yang menginjeksikan sebuah pola ke dalam teknik sepak bolanya yang memang sudah mewah.

Kecerdasan Cristiano Ronaldo

Pola yang dipakai Cristiano Ronaldo itu sebetulnya tidak terlalu rumit. Coach Rochmat Setiawan menyederhanakan pola pergerakan Ronaldo dengan: blindside > curi start > blindside > curi start > gol. Perhatikan video pendek di bawah ini:

Pola tersebut Cristiano Ronaldo tambahkan ke dalam kemampuan individual yang memang sudah superior. Dia punya kemampuan lari jarak pendek yang cepat, perhitungan waktu yang matang, daya lenting, kekuatan tubuh maksimal, dan instingnya mengarahkan bola. Oleh sebab itu, bersama Real Madrid, dia berevolusi dari pemain sayap menjadi poacher tajam.

Soal proses gol tap-in yang sering diremehkan itu….

Kemudahan sebuah gol biasanya diawali perencanaan yang matang. Misalnya Manchester United melawan klub yang bertahan dengan garis pertahanan rendah. Untuk membongkar “parkir bus” lawan, Manchester United harus memanfaatkan lebar lapangan. Bukan, bukan untuk mengirim umpan silang melambung semata.

Ketika pemain-pemain Manchester United melebar, formasi bertahan lawan pasti menyesuaikan. Transisi yang terjadi memang sebentar saja. Mungkin cuma hitungan detik. Namun, itu sudah cukup untuk menciptakan “disorientasi” di formasi pertahanan lawan.

Ketika formasi lawan sedikit terbuka, para striker, biasanya dibantu gelandang serang yang naik, akan merangsek ke kotak penalti. Mereka memosisikan diri di antara pemain lawan. Saling mem-blok pergerakan bek sehingga marking yang dilakukan jadi tidak maksimal.

Melihat situasi ini terjadi, winger Manchester United yang sifatnya inverted, punya dua pilihan. Pertama, masuk ke byline dan mengirim umpan silang. Kedua, cutting inside ke depan kotak penalti untuk mengirim umpan silang atau menemnbak langsung ke gawang.

Gol tap-in yang dibuat Cristiano Ronaldo ketika melawan Newcastle United terjadi lewat proses ini. Mason Greenwood mendapatkan ruang di sisi kanan. Tahu dirinya tidak dikawal, dia menembak ke sisi kiri kiper. Ketika situasi ini terjadi, biasanya formasi bek lawan akan “terdiam” selama satu atau dua detik.

Namun, bagi predator kotak penalti, jeda satu atau dua detik itu sudah cukup. Cristiano Ronaldo bergerak lebih cepat ketimbang semua pemain di dalam kotak penalti. Oleh sebab itu, rebound hasil sepakan Greenwood bisa dicocor menjadi gol sederhana.

Nah, kompleks bukan sebuah gol tap-in yang sering diremehkan itu. Kebiasaan meremehkan sesuatu yang dilakukan rival membuat fans sepak bola mudah gelap mata dan jadi bodoh permanen. Kebiasaan itu membuat luhurnya sebuah proses menjadi tiada artinya.

Cristiano Ronaldo, Aubameyang, Inzaghi, dan semua striker yang jago tap-in adalah striker yang bermain dengan otak. Seperti kata Tony Cottee, mereka punya “football brain” yang berbeda dengan pemain lain. Kalau pesepak bola saja berpikir, kenapa fans tidak mau? Aneh betul. Dasar netizen tap-in.

BACA JUGA Tips Bikin Perut Kotak-Enam dari Cristiano Ronaldo dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Exit mobile version