Alasan Liverpool Membeli Takumi Minamino Ketimbang Erling Haaland

MOJOK.COAda dua alasan besar yang membuat Liverpool membeli Takumi Minamino alih-alih Erling Haaland. Dua alasan yang memang masuk akal dan cocok dengan The Reds.

Klub yang baik membakar uang untuk membeli pemain bukan karena mereka “sekadar mampu”. Uang yang dibakar harus diukur manfaatnya. Si pemain harus sesuai dengan rencana klub. Bukan sekadar nama besar. Liverpool paham betul pandangan itu. Jika hanya sekadar karena mampu, bisa jadi Liverpool akan seperti Galacticos Real Madrid.

Pasar pemain Eropa sedang ramai dihiasai nama Erling Haaland. Remaja berusia 19 tahun itu menyita panggung Eropa ketika tampil luar biasa bersama RB Leipzig di Liga Champions. Manchester United dan Borussia Dortmund dikabarkan menjadi yang terdepan mengejar tanda tangan wonderkid dari Norwegia itu.

Namun, siapa saja yang tertarik dengan Haaland harus mau melewati keruwetan transfer karena keberadaan Mino Raiola. Mino bukan agen Haaland secara resmi. Dia berposisi sebagai penasihat keluarga Haaland. Meski konon cuma “penasihat”, Mino punya kuasa mengatur masa depan Haaland.

Mino tidak akan memilihkan klub yang cocok, tetapi yang tepat untuk memetik “bunga” di masa depan. Maka, bisa jadi, Haaland akan mendarat di Dortmund. Dortmund punya rekam jejak tak pernah serius menahan kepergian bintang mereka. Basa-basi dan jual mahal hanya gimmick untuk menaikkan nilai pasar. Jika sekarang harga Haaland ada di kisaran 30 juta, maka dua tahun ke depan akan melonjak ke 100 juta. Mino kaya raya!

Oleh sebab itu, melihat keruwetan proses transfer, membeli Minamino lebih bijak. Pun melihat release clause Minamino yang “cuma” 7,5 juta paun, pembelian ini adalah kudeta yang manis dari Liverpool.

Sisi teknis Minamino untuk Liverpool

Ada dua peran yang bisa diemban pemain asal Jepang itu, yaitu advance #8 dan sayap kanan. Advance #8 adalah gelandang sentral yang berposisi lebih tinggi ketimbang gelandang lain. Biasanya, peran ini baru berjalan dengan lebih mulus ketika tim itu bermain dengan mode tiga gelandang. Dua gelandang yang lain menyesuaikan dengan gerakan vertikal advance #8.

Sebetulnya, Liverpool sudah punya pemain yang bisa memainkan peran itu, yaitu Gini Wijnaldum dan Chamberlain. Namun, kemampuan keduanya terbatas. Bukan betul-betul pemain yang bisa berperan sebagai playmaker ketika berada di belakang striker atau menyelesaikan peluang ketika masuk ke kotak penalti.

Minamino menyediakan dua peran yang bisa diperankan secara simultan, yaitu gelandang sentral dan playmaker. Bahkan, pemain berusia 24 tahun itu bisa menyediakan diri di sisi lapangan. Proses bergesernya Minamino ke sisi lapangan disebut half-space oriented. Artinya, dia memosisikan diri di antara ruang pemain sayap dan pemain tengah. Begini gambarannya:

Kenapa, sih, half-space itu penting? Ruang ini memungkinkan pemain punya pandangan diagonal, ke arah gawang, lini tengah, maupun sisi lapangan. Pilihannya pun bertambah banyak. Dia bisa melepaskan umpan silang ke tiang jauh, terobosan ke tiang dekat, atau mensirkulasikan bola ke bek sayap yang naik menyediakan width atau menjadi pemain yang berdiri paling luar.

Ketika Minamino bergeser ke sisi kanan, Mo Salah bisa masuk ke dua ruang penting. Pertama, masuk ke zona 5 atau daerah di depan kotak penalti, berdiri di belakang Roberto Firmino. Kedua, Mo Salah bisa masuk ke kotak penalti dan menambah jumlah pemain di dalamnya. Membantu Firmino, menjadi eksekutor.

Minamino bisa bermain sebagai sayap kanan. Ketika Liverpool tampil narrow atau jarak antar-pemain itu rapat secara horizontal dan vertikal, Minamino bisa menambah jumlah pemain di dekat kotak penalti. Unggul jumlah pemain itu sangat menguntungkan. Kamu bisa mempertahankan bola lebih mudah atau melakukan counter press ketika kehilangan bola.

Ketika Minamino bergeser ke halfspase kanan, Mo Salah berdiri di zona 5, Fabinho menyesuaikan diri agak naik ke kanan. Ketika Fabinho cedera, kemungkinan Gini akan menggantikannya. Gerakan ini membuat The Reds berubah bentuk dari 4-3-3 menjadi 4-2-3-1 narrow. Bentuk ini membuat Liverpool punya jumlah pemain lebih banyak di dekat kotak penalti.

Kebiasaan Liverpool adalah memainkan dua bek sayap sangat tinggi, masuk ke wilayah lawan. Maka, di depan, situasi menang jumlah pemain akan semakin terjaga. Sementara itu, dua pivot yang diisi Henderson dan Fabinho (atau Gini), bertugas mengawasi ruang di belakang bek sayap. Sebuah kondisi yang memungkinkan Liverpool menekan dengan garis pertahanan tinggi dalam waktu yang lama.

Bisa juga terjadi Trent Alexander-Arnold bermain narrow seperti inverted full back karena sisi lapangan sudah diokupansi Minamino. Pemosisian ini cocok dengan kemampuan umpan jauh Trent yang sangat akurat. Artinya, Liverpool punya lebih banyak solusi untuk mencapai kotak penalti. Apalagi ketika lawan menumpuk pemain di kotak penalti. Umpan-umpan lambung dari Trent bakal jadi senjata efektif, dipadukan dengan Virgil van Dijk yang charging forward.

Advance #8 yang robust

Senjata terkuat Minamino adalah kemampuannya menghindari terjangan lawan, atau biasa disebut punya tingkat press resistance yang baik. Ketika menerima bola di lapangan tengah, pemain kelahiran Osaka itu bisa berkelit dengan cepat. Kemampuan berbalik badan sembari menguasai bola menjadi teknik yang handy.

Jika kamu amati video-video Minamino, akan terlihat gerakan membalik badan sambil menguasai bola ini terjadi di depan kotak penalti. Gerakan ini sangat efektif. Ketika kamu memutar badan, lawan tidak akan bisa memasukkan badan untuk melakukan body charge. Jika lawan melakukannya, kamu bisa terjatuh dengan mudah dan pelanggaran terjadi.

Gerakan berputar sambil menguasai bola membuat Minamino bisa masuk ke ruang di mana lawan tidak memperkirakannya. Jika bermain lebih ke tengah, dia akan mendapatkan ruang untuk lari vertikal menuju gawang. Jika dekat kotak penalti, Minamino sering mendapatkan ruang dan momentum untuk membidik.

Saya rasa, kemampuan membidik dan mengeksekusi peluang Minamino masih underrated. Padahal, jika kamu amati, first touch Minamino sangat halus. Teknik ini memungkinkan pemain mengarahkan bola lebih baik ke kotak penalti. Gol-gol Minamino adalah soal presisi. Golnya terlihat mudah. Namun, semua itu berasal dari proses yang diukur dengan baik.

Kemampuan ini saya rasa tertutup oleh penampilannya yang penuh determinasi. Bahkan terlihat robust atau sedikit kasar. Sebagai advance #8, dia lebih menyerupai harpoon milik kapal pemburu paus. Cepat, sangat direct, dan akurat. Berbeda dengan, misalnya, Aaron Ramsey, yang mendasarkan permainannya kepada pembacaan tempo dan memaksimalkan kemampuan late run.

Minamino akan dengan berani menggiring bola, menerjang, ke depan kotak penalti. Dia tipe playmaker modern yang tidak mendasarkan permainan kepada kehalusan atau keanggunan. Playmaker modern mendasarkan permainannya kepada secepat mungkin membuat situasi di mana rekannya terbebas dari tekanan lawan dan terjadi peluang.

Sebuah gambaran yang sangat cocok dengan ciri Liverpool, bukan? Cepat, kuat, presisi, dan efektif. Minamino tidak akan bisa seperti Coutinho yang lihai melewati lawan dan mengirim umpan-umpan “menembus lubang jarum”. Dia tidak akan bisa menjadi seperti Wijnaldum yang tangguh dan kokoh.

Minamino akan menjadi harpoon yang menusuk dengan cepat. Bergerak mendekati Firmino atau bergantian posisi dengan Mo Salah. Sebagai seorang abdi dengan jiwa bushido di jiwanya, Minamino akan mendasarkan permainannya kepada kerja keras. Kepada kekuatan untuk memastikan Liverpool tetap mesin yang mematikan.

BACA JUGA Liverpool Menemukan Kyuba No Michi Dalam Diri Takumi Minamino atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.

Exit mobile version