MOJOK.CO – Ada tiga pemain yang saya rasa bakal menyempurnakan puisi terindah AC Milan. Tiga pemain yang akan menjadi lead bagi orkestra il Diavolo Rosso.
Saya membaca tulisan Aditya Nugroho tentang AC Milan dengan perasaan gamang. Saya fans Arsenal, tetapi jatuh cinta kepada sepak bola via AC Milan. Jadi, ketika Setan Merah orisinal, yang dari Inggris itu tiruan belaka, menderita, saya juga masih turut merasakannya. Rasa gamang, khawatir yang sangat itu membayang.
Aditya Nugroho adalah salah satu penulis yang cerdik menggunakan analogi. Penulis dengan bio @aditchenko di Twitter ini mengumpamakan AC Milan seperti sebuah orkestra. Sebuah pertunjukan yang masih menghasilkan nada sumbang. Sudah sumbang, vokalis yang menjadi lead tidak punya karisma.
Saya sepenuhnya setuju dengan Aditya. Ketika melawan Juventus, skuat asuhan Stefano Pioli ini sudah menunjukkan perbaikan. Mereka terlihat lebih rapi ketika bermain. Sudah terlihat perbaikan dibanding ketika masih dipimpin oleh Marco Giampaolo. Salah satu indikasinya adalah membaiknya performa Hakan Calhanoglu, kata Ahmad Khadafi, redaktur MOJOK yang juga Milanisti.
saya setuju dengan pendapat dua Milanisti itu. Sudah ada perbaikan, tetapi AC Milan seperti kesulitan menemukan satu titi nada penting dalam sebuah orkestra yang mereka gelar. Bagi saya, il Diavolo Rosso seperti seorang penyair yang kesulitan menemukan satu larik terakhir dari sebuah masterpiece puisi terindah.
Ada orang berkata kalau puisi terindah adalah tentang manusia yang kehilangan arah. Ketika manusia tidak lagi punya pilihan. Ketika semua indera dimatikan dan tersesat adalah pilihan paling menjanjikan. Ia kehilangan rasa, identitas. Tidak lagi bisa memilih, menanggalkan semua jati diri.
Beberapa tahun terakhir, AC Milan menjadi “si manusia” itu. Kehilangan arah, identitas, bahkan jati diri. Apa arti identitas di dunia sepak bola selain kemenangan yang menuntut? Indahnya sebuah proses tidak lagi mendapatkan tempat mulia. Tidak ada lagi perayaan akan perjuangan untuk “sekadar mencoba”.
Apa yang dilakukan manusia ketika tersesat di tengah hutan lebat? Apa yang dilakukan manusia ketika kehilangan kemerdekaan memilih? Hanya bisa berharap dan menerima semua kemungkinan yang ada. Yang berkecamuk di dalam benaknya adalah cara untuk bertahan dan tidak ditelan oleh hutan belantara itu.
Piolo bukan pelatih dengan rekam sejarah berkilau. Namun, dalam waktu yang relatif pendek, pelatih asal Italia itu bisa menemukan titik terbaik dari indahnya proses. Milan semakin membaik. Nah, untuk menyempurnakan puisi ini, saya menyodorkan tiga nama yang patut dipertimbangkan mengisi lead vokal membawakan untaian lirik paling menyayat hati.
Ibrahimovic, cinta lama AC Milan
Medio 2010-2011, Ibrahimovic menjadi saka guru AC Milan. Legenda Swedia ini seperti menjadi tiang besar bagi kesuksesan. Skuat Milan saat itu bukan skuat yang mengilap, apalagi mewah seperti masa-masa #WeAreSoRich. Pemain bintang yang ada sudah menua, mereka lambat. Namun, mereka tidak mudah untuk dikalahkan.
Ibrahimovic seperti sebuah kompas di tengah ketersesatan. Dia menjadi penuntun bagi Robinho yang tak lagi punya daya untuk mengancam. Ibrahimovic menarik keluar kemampuan terbaik Nocerino dan Kevin-Prince Boateng. Bersama Thiago Silva dan Mark van Bommel, Ibrahimovic melanjutkan kejayaan Milan di Serie A.
Desember nanti, kontrak Ibrahimovic bersama LA Galaxy akan tuntas. Sebuah kabar sudah berhembus, Ibrahimovic akan kembali ke Milan. Ada yang mencibir, memandang Ibrahimovic bukan solusi. Namun, melihat Krzysztof Piatek menihilkan proses yang rapi, kualitas Ibrahimovic seperti satu larik bait puisi terhebat yang sulit dirumuskan.
Sebuah impian bernama Erling Haaland
Melihat cara bermain Milan ketika meladeni Juventus, mereka butuh satu lead yang tidak hanya jago bikin gol, tetapi juga menjadi penyedia. Bagi saya, Erling Haaland adalah pilihan yang menarik.
Usianya masih 19 tahun. Saat ini, Erling Haaland sudah mencetak 35 gol dari 21 laga. Pemain muda ini menjadi kesayangan media ketika sukses membuat 6 hattrick dari 21 laga itu. Tajam, kreatif, dan punya determinasi tinggi merupakan tiga unsur yang membentuk Erling Haaland.
Saya tahu kalau Erling Haaland diburu banyak klub Eropa. Artinya, harga si pemain akan melonjak. Situs transfermarkt mematok market value Erling Haaland ada di 30 juta euro. Jika semakin banyak peminat, kamu bisa menaikkan harga Erling Haaland di angka 40 juta euro. Bukan harga yang mahal, meskipun belum tentu bisa digapai oleh AC Milan.
Namun, namanya saja bermimpi. Piatek masih kesulitan menemukan titik terbaiknya bersama Milan. Rafael Leao juga belum konsisten. Erling Haaland, 19 tahun, sudah menemukan konsistensi di level tertinggi.
Marcus Thuram, mumpung masih terjangkau
Bapaknya berhasil meraih gelar juara dunia bersama Prancis. Dia sendiri sedang menjadi kekuatan besar di Bundesliga setelah Borussia Monchengladbach menjadi pemuncak klasemen. Marcus Thuram adalah pilihan menarik dengan harga yang masih terjangkau. Saat ini, transfermarkt mencatat market value Thuram masih 12 juta euro.
Siapa itu Marcus Thuram?
Pemain berusia 22 tahun ini sangat pintar mencari posisi. Dia cepat, didukung tubuh bagian atas yang kokoh. Membuat Thuram tidak akan kesulitan meladeni lini belakang klub-klub Italia. Sepeti Haaland, meski berposisi sebagai striker, Thuram pintar membaca momentum untuk bergerak ke sisi lapangan untuk menyediakan ruang bagi rekannya.
Satu hal yang menarik dari Thuram adalah teknik mengumpan dan menembak bola. Dia sangat tenang. Membuat Thuram bisa melepaskan umpan kunci di momen yang tepat. Ketenangan itu pula yang membuatnya bisa mengeksekusi peluang sulit di dalam kotak penalti. Sebuah atribut yang paling dibutuhkan AC Milan ketika Suso dan Hakan sudah rajin bikin peluang.
Tiga nama di atas sebetulnya bisa dijangkau Milan, dengan berbagai cara. Ketiganya punya kualitas untuk mengisi larik puisi yang hilang itu. Tiga pemain yang bakal menjadi lead orkestra AC Milan.
BACA JUGA AC Milan Adalah Puisi Paling Sedih di Sejarah Serie A atau tulisan YAMADIPATI SENO lainnya.