MOJOK – Mirip, bursa capres cawapres Jokowi Prabowo tidak berbeda dengan gejolak di penutupan jendela transfer Liga Inggris. Menanti kejutan?
Tanggal 9 Agustus 2018 akan menjadi hari yang meriah di Inggris. Hari Kamis waktu Indonesia akan menjadi momen penutupan jendela transfer di Liga Inggris. Sementara itu, pagi harinya, 10 Agustus 2018, jika tidak ada perubahan, akan terjadi “penutupan jendela yang berbeda” di Indonesia. Yang saya maksud tentu saja penutupan jendela pendaftaran capres dan cawapres 2019.
Capres untuk Pemilihan Presiden 2019 mengerucut ke dua nama, yaitu Jokowi dan Prabowo. Dua nama yang sudah bertarung di tahun 2014 dengan Jokowi keluar sebagai pemenang. Sementara itu, untuk wakil kedua calon, Jokowi akan menggandeng Mahfud MD dan Prabowo diajak Sandiaga Uno untuk bertarung tahun depan.
Penuh intrik dan kalkulasi, bursa capres dan cawapres sama persis dengan drama di bursa transfer pemain. Kebetulan, penutupan “jendela” kedua bursa hanya berselisih tidak sampai 24 jam. Jika Jokowi dan Prabowo sibuk dengan seleksi calon pendamping, demikian juga dengan gejolak klub-klub di bursa transfer Liga Inggris. Berikut rangkuman dari Mojok Institute.
1. Pemilihan waktu yang tepat untuk mengumumkan “pemain baru”.
Jika merunut pemberitaan selam satu minggu terakhir, cawapres Jokowi sebetulnya sudah ditentukan. Hal ini berbeda dengan situasi cawapres Prabowo yang masih samar lantaran tertutup oleh lobi-lobi politik tingkat tinggi. Situasi baik cawapres Jokowi maupun cawapres Prabowo sama persis dengan gelagat klub-klub yang tidak terburu-buru.
Jadi begini maksudnya. Sebuah tim besar, yang tentunya punya banyak dana, biasanya berhati-hati ketika hendak menyatakan ketertarikan kepada seorang pemain berkualitas. Begitu pula dengan pemilihan waktu yang tepat untuk mengajukan tawaran resmi. Misalnya, ketertarikan Arsenal, klub besar di Liga Inggris, kepada Lucas Torreira.
Arsenal bekerja cepat untuk mengamankan tanda tangan Torreira sebelum Piala Dunia 2018 dimulai. Bekerja cepat memastikan Arsenal membayar transfer si pemain dengan harga normal. Maklum, jika bermain baik di Piala Dunia, harga pemain asal Uruguay tersebut sontak akan naik. Namun, meski sudah mendapatkan kepastian, Arsenal tidak terburu-buru meresmikan si pemain.
Selain memberi kesempatan kepada Torreira untuk berkonsentrasi di Piala Dunia, kebijakan ini menghindarkan Arsenal dari pemindaian klub-klub lain yang berkepentingan. Maksudnya, Arsenal tidak dianggap punya dana besar untuk belanja pemain. Ini penting karena sekali Arsenal terburu-buru, klub-klub lain akan menaikkan banderol pemainnya.
Jokowi sudah mengantongi nama pendamping sejak lama. Namun, sembari melihat gejolak arus politik, Jokowi juga bersiasat menjaga suasana kondusif partai koalisinya. Misalnya, jika terburu-buru mengumumkan cawapresnya, Jokowi dan wakil akan lebih dini diserang oleh lawan. Kesepakatan-kesepakatan politis yang negatif rentan terjadi.
2. Jokowi dan Prabowo mempertimbangkan sifat, sama seperti klub di Liga Inggris.
Membeli pemain tentu saja mempertimbangkan banyak aspek, salah satunya adalah sifat. Kata “sifat” tidak selalu berkaitan dengan kepribadian pemain, meski ini juga sangat penting demi kondusifnya situasi tim. kata “sifat” di sini juga berkaitan dengan kecocokan pemain dengan ide pelatih atau berkaitan dengan kebutuhan teknis.
Manchester City membeli Ryad Mahrez lantaran melihat kebutuhan teknis. Pep Guardiola membutuhkan winger yang jago di situasi satu lawan satu. Arsenal membeli Stephan Lichtsteiner untuk membantu perkembangan Hector Bellerin sekaligus menambah unsur pengalaman di dalam tim. Kesesuaian itu penting.
Untuk memilih cawapresnya, Jokowi tentu harus mempetimbangkan unsur nasionalis dan agamis. Cawapres Jokowi harus bisa menjaga keseimbangan itu. Oleh sebab itu, Mahfud MD dianggap sosok yang tepat. Namun, pemilu membutuhkan asupan logistik yang mantap. Maka bisa jadi, Prabowo menerima pinangan Sandiaga Uno. Cocik.
3. Kepanikan Prabowo memilih cawapres sama seperti kepanikan klub Liga Inggris.
PAN dan PKS, dua partai koalisi Partai Gerindra, menyatakan tidak sreg ketika Agus Harimuti Yudhoyono (AHY) menjadi cawapres Prabowo. Gejolak terjadi dalam semalam ketika Andi Arief, Wakil Sekretaris Jenderal Parai Demokrat berkicau lewat akun Twitter pribadinya.
Andi Arief menyebut bahwa Prabowo seperti jenderal kardus, yang kesetiaannya mudah terbeli. Kalimat menyengat dari Andi Arif dilatarbelakangi oleh perubahan mendadak terkait posisi cawapres. Begitu cepat, tanpa disangka, nama Sandiaga Uno menyeruak menjadi calon kuat pendamping Prabowo. Konon, Sandiaga Uno menyerahkan upeti senilai 500 miliar supaya dirinya bisa naik menjadi cawapres Prabowo.
Kepanikan ini sama persis dengan situasi Jose Mourinho di Manchester United dan Chelsea yang ditinggal pergi oleh Thibaut Courtois.
Mourinho sudah sejak lama merengek minta dibelikan pemain baru, salah satunya bek tengah. Namun, manajemen bekerja begitu lambat hingga deadline day sudah di depan mata. Saking gregetan, Mourinho menyebut Paul Pogba juga bisa menjadi bek tengah yang andal. Antara kepepet dan kecewa berbaur.
Sementara itu, Chelsea dibuat panik ketika Courtois tidak kunjung bergabung setelah libur Piala Dunia. Sikap mangkir Courtois adalah kode bahwa dirinya minta dijual. Panik, Chelsea dipaksa membeli Kepa Arrizabalaga dengan banderol sekitar 80 juta euro yang sukses menjadikan kiper asal Spanyol tersebut sebagai kiper termahal di dunia.
Sementara itu, beberapa jam setelah meresmikan Kepa, Chelsea resmi ditinggal pergi Courtois ke Real Madrid. Kepanikan dengan harga yang mahal.
4. Ada pemain yang flirting ke klub lain, sama persis seperti Cak Imin dengan balihonya.
Ketika Piala Dunia 2018 masih berlangsung, Thibaut Courtois memang sudah mengindikasikan bahwa dirinya ingin hengkang ke Chelsea. Mirip seperti Eden Hazard, kiper berusia 26 tahun tersebut ingin bergabung dengan Real Madrid. Flirting, Courtois ingin Madrid segera datang menjemput dirinya.
Tidak jauh berbeda, di bursa capres dan cawapres Jokowi Prabowo juga terjadi hal yang serupa. Jauuuh sebelum Jokowi memberi kisi-kisi cawapres dirinya, Cak Imin sudah dadah-dadah di pinggir lapangan supaya menarik perhatian. Politisi PKB tersebut bahkan sampai membuat baliho dengan tagar #Cawapres2019 yang dicetak besar-besar. Ada-ada saja.
5. Menunggu kejutan ketika penutupan.
Baik bursa capres dan cawapres maupun bursa transfer pemain di Liga Inggris pasti akan memanas jelang penutupan. Kejutan-kejutan rentan terjadi. Bisa jadi, tiba-tiba Jokowi urung menggandeng Mahfud MD. Atau bahkan bisa jadi juga, Jokowi malah berduet dengan Prabowo untuk melawan poros ketiga yang konon akan dibentuk oleh Partai Demokrat, PKB, dan PAN.
Di Liga Inggris, beberapa klub masih perlu untuk menjual pemain demi mengurangi beban gaji. Biasanya, jika sukses melepas pemain, sebuah klub akan membeli pemain baru demi mengangkat kualitas tim. Di sinilah kejutan bakal semakin dinanti.