[MOJOK] “Lima adaptasi yang terbukti ampuh dari Arsene Wenger supaya Arsenal keluar dari zona medioker seperti klub Manchester berwarna Merah.”
Empat kekalahan beruntun memberi tamparan yang begitu keras ke pipi lembut berkeriput Arsene Wenger. Adalah Ostersund, Manchester City dua kali, dan Brighton menyadarkan manajer asal Prancis tersebut bahwa perubahan harus bisa ditunjukkan Arsenal.
Kesadaran yang terbukti sangat berharga, terutama demi melewati hadangan AC Milan di babak 16 besar Liga Europa. Adaptasi yang dilakukan Wenger berhasil membangkitkan Arsenal. Dari empat kali kekalahan, kini Arsenal melewati tiga pertandingan dengan kemenangan.
Tak hanya sekadar menang, tapi ada beberapa detail penting yang akan menjadi modal Arsenal di babak perempat final Liga Europa. Bahkan tak hanya Liga Europa, adatasi Wenger juga bekal penting untuk mengarungi sisa Liga Primer Inggris musim ini, dan siapa tahu musim depan jika Wenger tetap bertahan sebagai pelatih The Gunners.
Berikut 5 adaptasi Wenger yang berhasil diidentifikasi Mojok Institute.
1. Komposisi dan bentuk gelandang tengah
Jika tak ada yang cedera, lini tengah Arsenal diisi gelandang-gelandang berkualitas. Dari Granit Xhaka, Aaron Ramsey, Jack Wilshere, Mesut Ozil, dan Henrikh Mkhitaryan. Dengan pola dasar 4-2-3-1 yang menjadi favorit Wenger, memainkan kelima pemain di atas butuh sentuhan yang tepat, pun sejatinya tak mudah karena tiga pemain bercorak sedikit mirip.
Apalagi, bagi fans Arsenal, terdapat romantisme tersendiri berupa harapan menyaksikan Ramsey dan Wilshere bermain bersama. Wenger menjawab “tantangan” ini dengan sangat baik. Pola dasar yang digunakan masih tetap sama, yaitu 4-2-3-1. Namun, adaptasinya di tengah pertandingan bisa lebih fleksibel menjadi bentuk tiga gelandang.
Melihat peta di atas kertas, Xhaka akan berduet dengan Ramsey sebagai dua pivot, sedangkan Wilshere berposisi lebih tinggi.
Namun, seiring pertandingan, Ramsey banyak merangsek ke depan, memaksimalkan kelebihannya, yaitu coming from behind demi mengeksploitasi ruang di kotak penalti lawan. Secara simultan, seturut gerakan Ramsey, Wilshere turun ke bawah dekat dengan Xhaka.
Di sini keluwesan bentuk gelandang tengah terlihat. Tidak jarang, Ozil justru yang menjadi gelandang paling dalam. Pemain asal Jerman tersebut punya kemampuan umpan untuk menginisiasi serangan.
Posisi Ozil yang lebih dalam memungkinkan Wilshere naik dekat kotak penalti. Keuntungannya adalah, Wilshere punya kemampuan menerima umpan vertikal sambil membelakangi gawang lawan. Begitu mendapat umpan, ia bisa memutar badan untuk penetrasi ke gawang lawan.
Fleksibilitas ini memungkinkan Arsenal lebih lama menguasai bola, pun melakukan penetrasi dengan siapa saja yang berada dekat dengan kotak penalti lawan. Tak hanya itu, kelima pemain yang cenderung berdekatan, memungkinkan Arsenal menekan pemain belakang lawan yang hendak membangun serangan dari bawah.
Cara inilah yang membuat Arsenal mampu menekan Watford sejak lini pertama dan dua kali menang atas Milan. Berhasil merebut bola secepat mungkin memungkinkan Arsenal menginisiasi serangan balik lebih dekat dengan gawang lawan. Logika sederhana, jika lebih dekat dengan gawang lawan, peluang akan lebih mudah dikreasikan.
Sebenarnya, Arsenal sudah pernah bermain dengan pendekatan serupa. Namun memang, Wenger tak sekonsisten tiga pertandingan terakhir. Lini tengah yang solid, kreatif, dan tajam sangat membantu kinerja lini depan.
2. Pergantian pemain yang lebih berfaedah
Cukup sering, Arsene Wenger melakukan pergantian pemain yang tak berfedah, pun telat melakukannya. Kesalahan ini membuat Arsenal tak bisa memanfaatkan momentum dan kehilangan ritme yang sangat penting, terutama ketika dalam posisi tertinggal atau melawan tim yang lebih bagus.
Misalnya, ketika tertinggal, yang paling sering dilakukan Wenger adalah memasukkan satu penyerang lagi dan menumpuk mereka di kotak penalti lawan. Celakanya, dengan situasi seperti ini, gelandang dan dua bek sayap Arsenal tak bisa mengirim umpan silang yang ideal untuk dimaksimalkan. Hasilnya? Arsenal semakin monoton, padahal tengah membutuhkan perubahan.
Untuk tiga pertandingan terakhir, pergantian pemain yang dilakukan Wenger cukup jitu.
Pada leg pertama di kandang Milan, Mohamed Elneny dan Ainsley Maitland-Niles yang masuk menggantikan Calum Chambers dan Sead Kolasinac mampu menjaga intensitas tim. Ketika melawan Watford, Danny Welbeck yang masuk mengganti Alex Iwobi cocok dengan kebutuhan tim untuk bermain lebih direct.
Leg kedua melawan Milan, Wenger memasukkan Elneny dan Kolasinac untuk mengganti Mkhitaryan dan Ozil. Dua pemain terakhir memang butuh istirahat untuk keperluan melawan Leicester City di akhir minggu. Baik Elneny maupun Kolasinac yang lebih “bertahan” ketimbang Ozil dan Mkhitaryan cocok untuk menambah jumlah pemain di kotak penalti guna mencegah Milan menambah gol.
Kejelian ini harus terus dipertahankan, terutama ketika melawan tim-tim yang jago mengubah cara bermain di tengah pertandingan.
3. Mengembalikan level performa pemain Arsenal
Selain empat kekalahan yang memang menyedihkan, Arsenal harus kehilangan pemain karena cedera. Oleh sebab itu, Wenger harus memaksimalkan pemain-pemain yang ada. Masalahnya adalah, beberapa pemain di bangku cadangan tidak berada dalam level performa yang memuaskan.
Danny Welbeck, Sead Kolasinac, Calum Chambers, David Ospina, dan Rob Holding tidak selalu bisa memenuhi ekspektasi. Sadar bahwa tenaga mereka sangat dibutuhkan, Wenger terbilang tepat waktu mengembalikan kepercayaan diri masing-masing.
Kolasinac dan Chambers bermain sangat baik di leg pertama ketika melawan Milan. Keduanya menggantikan Nacho Monreal dan Hector Bellerin yang cedera. Welbeck, yang sudah masuk dalam tahap “dimaklumi” ketika membuat kesalahan, tampil memuaskan di San Siro, rumah Milan. Holding kembali tampil stabil ketika menggantikan Laurent Koscielny untuk meladeni Watford.
Keberhasilan Wenger mengembalikan performa mereka sukses menjaga level permainan Arsenal sendiri.
4. Rotasi yang pas
Ada satu hal yang perlu dipahami soal rotasi. Kebijakan merotasi sebaiknya bukan sekadar menggantikan pemain A dengan pemain B. Tujuan rotasi lebih kompleks, misalnya keperluan mengubah cara bermain demi beradaptasi dengan lawan yang berbeda.
Untuk kali pertama musim ini, Wenger memainkan Ainsley sebagai bek kanan ketika menjamu Watford untuk menggantikan Bellerin yang belum fit. Wenger memutuskan tidak memainkan Chambers yang bermain apik sebagai bek kanan di kandang Milan.
Arsenal butuh kecepatan dan kemampuan penetrasi dari sisi kanan. Oleh sebab itu, Ainsley yang dipilih ketimbang Chambers yang lebih konservatif. Selain Ainsley, Wenger juga memainkan Elneny untuk menggantikan Wilshere. Mobilitas dan kemampuan fisik pemain asal Mesir ini sangat cocok untuk keperluan melakukan pressing sejak lini pertama.
Rotasi Wenger sukses besar. Level Arsenal tidak menurun, meskipun cara bermain sedikit berubah.
5. Beradaptasi dengan cara bermain lawan
Penguasaan bola yang menjadi pakem Arsenal memang masih terasa. Namun, di tiga pertandingan, pakem tersebut tak lagi boros terlihat.
Komposisi dan bentuk lini tengah seperti yang dijelaskan di poin 1 memungkinkan Arsenal untuk bermain lebih direct ketika momen yang tepat hadir. Penetrasi dengan umpan pendek lebih kental, bukan lagi seperti ayam yang kehilangan kepala ketika lawan terlanjur bertahan begitu dalam.
Ini yang paling penting: meski memang masih belum fasih mempertahankan struktur tim ketika bertahan, Arsenal tak begitu menderita ketika menerima serangan balik lawan. Posisi berdiri antar-lini yang tidak terlalu jauh memungkinkan para pemain untuk melakukan cover ketika lawan masuk dalam fase transisi serangan. Hasilnya, Arsenal lebih nyaman untuk mengetasi bola-bola di belakang garis pertahanan.
Ketika lawan lebih punya inisiatif menyerang dan menguasai bola, Arsenal mengubah pendekatan dengan bermain lebih dalam dan mengincar serangan balik. Sebuah perubahan yang cukup cepat, yang jarang terlihat. Level performa beberapa pemain, terutama Welbeck di lini depan memungkinkan Arsenal untuk menggunakan pakem serangan balik.
Welbeck lebih nyaman menguasi bola dan melakukan penetrasi. Level kepercayaan diri yang untuk beberapa waktu menghilang.
Lima adaptasi dari Wenger di atas sangat perlu untuk terus dipertahankan demi prestasi Arsenal di sisa musim ini. Terutama, ketika menghadapi lawan-lawan berat di Liga Europa di mana kontestan delapan besar kali ini semuanya berasal dari negara yang berbeda. Artinya, setiap tim punya gaya masing-masing di mana dibutuhkan pendekatan yang berbeda-beda pula untuk menghadapi mereka.
Jika kembali bebal dengan kembali masuk ke kebiasaan lama, yaitu kalahan, yang jangan berharap Arsenal keluar dari kotak medioker sama seperti Setan berwarna Merah itu.