[MOJOK.CO] “Jika menggunakan akal sehat, seharusnya Real Madrid tidak membutuhkan tenaga Neymar.”
Awal musim 2017/2018, rekor pemain termahal pecah ketika Paris Saint-Germain (PSG) resmi mendapatkan tanda tangan Neymar dari Barcelona. PSG, raksasa kaya dari Prancis itu, mengucurkan dana hingga 222 juta euro. Sebuah nilai yang nisbi besar untuk situasi ukuran jendela transfer saat ini yang memang makin tak masuk akal.
Namun, meski menyandang status pemain termahal, dan tengah mendominasi Ligue 1, berita yang paling banyak diproduksi soal Neymar adalah soal dirinya yang tak menikmati kehidupannya bersama PSG. Perseteruan dengan rekan satu tim, hingga dirinya yang menjadi “anak emas” presiden klub menjadi isu.
Oleh sebab itu, menjadi masuk akal apabila pemberitaan soal transfer dengan nama Neymar sebagai subjeknya, selalu dinantikan.
Mengapa? Karena dua hal. Pertama, jika pada akhirnya hengkang dari PSG, Neymar jelas berpeluang memecahkan rekor pemain termahal lagi. Kedua, statusnya sebagai pemain ketiga yang bakal mendobrak dominasi Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.
Berita transfer dengan nama Neymar, paling banyak disandingkan dengan Real Madrid. Apa alasannya? Pertama, semata karena nama “Real Madrid”, klub kaya dengan tradisi memboyong ikon sebuah klub. Kedua, sosok sentral mereka saat ini, Ronaldo, membutuhkan suksesor. Dan siap lagi jika bukan Neymar yang dianggap sangat cocok.
Satu alasan bisa Anda masukkan di sini, yaitu melukai hati Barcelona, mantan klub Neymar. Sebuah kenikmatan tentunya, bisa melukai rival dari berbagai penjuru.
Nah, pertanyaannya, apakah Real Madrid memang membutuhkan tenaga Neymar? Setidaknya ada 3 alasan mengapa Los Merengues tidak membutuhkan Neymar. Inilah ketiga alasan tersebut:
1. Masalah Real Madrid hanyalah penurunan performa
Salah satu narasi paling kuat tentang urgensi kedatangan Neymar ke Real Madrid adalah terkait masa depan Garet Bale dan Karim Benzema.
Kedua pemain tersebut dianggap tidak lagi berada dalam level yang dibutuhkan Madrid. Terutama pemain yang disebut pertama, yang karena cedera panjang, sangat sulit menemukan performa terbaiknya.
Praktis, selama dua musim terakhir, nama Bale bisa diartikan sebagai “pemain pengganti”. Didatangkan dengan harga mahal dari Tottenham Hotspur, mental Bale seperti rapuh ketika berhadapana dengan trauma cedera dan beratnya ekspektasi ketika mengenakan seragam Madrid. Maka, isu penjualan Bale adalah berita yang tak kalah laku dibandingkan berita transfer soal Neymar itu sendiri.
Lalu soal Benzema. Terutama dua musim ini, sama seperti Bale, penyerang asal Prancis ini juga mengalami penuruna performa yang cukup signifikan. Terutama terkait ketajamannya di depan gawang lawan. Namun, banyak orang yang seperti menutup mata, enggan meliha kembali bahwa Benzema juga punya peran penting di Liga Champions musim lalu.
Sebagai kompensasi penurunan ketajaman, kerja Benzema tak lagi melulu soal mencetak gol. Ia menjadi rekan duet Ronaldo yang pas. Benzema punya kelebihan yang sering luput dari mata penonton, yaitu kemampuan pergerakan tanpa bola kelas elite. Sebuah kemampuan yang sangat mendukung perubahan cara bermain Ronaldo itu sendiri.
Ronaldo bukan lagi penyerang sayap yang banyak menggunakan aksi menggiring bola. Kapten timnas Portugal tersebut berubah menjadi eksekutor yang membutuhkan dukungan yang sangat spesifik dari rekan-rekannya, yaitu suplai bola dan ketersediaan ruang di kotak penalti lawan. Benzema, mengubah dirinya menjadi “pelayan” yang baik. Sebuah pengorbanan yang lalai dicatat oleh banyak media.
Mempertimbangkan fakta di atas, maka jelas bahwa masalah Madrid bukan membeli pemain baru. Namun, kerja Madrid adalah mengembalikan performa pemain-pemain mahal mereka. Toh, untuk ke depan, Madrid punya pemain-pemain muda berkaliber besar yang butuh kesempatan.
2. Teguh dengan proyek pemain muda potensial
Musim panas yang lalu, Madrid mendatangkan cukup banyak pemain muda. Dari posisi bek, hingga penyerang, yang datang adalah pemain belia menjanjikan.
Mereka yang dibeli Madrid adalah Theo Hernandez (19 tahun) dan Dani Ceballos (20). Sementara itu, yang dipulangkan dari masa peminjama adalah Jesus Vallejo (20 tahun), Diego Llorente (23), Borja Mayoral (20), Marcos Llorente (22). Sementara itu, ada satu pemain akademi yang diangkat statusnya menjadi pemain tim utama, yaitu Achraf Hakimi (18 tahun).
Pembelian pemain muda berkualitas ini merupakan investasi yang tentunya sangat baik untuk masa depan klub. Terutama, di tengah bursa transfer yang makin gila. Ingat, meskipun Madrid adalah salah satu tim kaya, mereka harus bersaing dengan uang minyak dari Timur Tengah.
Tentu akan sangat sulit bersaing dengan sebuah klub yang pendanaanya didukung langsung oleh sebuah negara. Strategi transfer dengan fokus mendatangkan pemain muda harus teguh dilakukan. Meski akan sangat menguntungkan dari segi komersil, memboyong Neymar akan “melukai” Madrid secara finansial.
3. Beberapa lini lebih membutuhkan fokus
Mari kita berandai-andai. Jika PSG membutuhkan 222 juta euro untuk membeli Neymar, maka berapa biaya yang perlu dikeluarkan Madrid untuk membeli pemain asal Brasil tersebut. 250 juta euro? 300 juta euro? Atau lebih?
Intinya adalah, berapa pun yang dikeluarkan Real Madrid untuk Neymar, yang pastinya nilainya tak lagi besar, namun sangat besar. Katakanlah Madrid mengeluarkan 300 juta euro demi tanda tangan Neymar. Padahal, jika mau melihat dengan nalar, Madrid membutuhkan penguatan di beberapa lini.
Pertama, lini pertahaan. Saat ini, duet bek tengah ada pada Sergio Ramos dan Raphael Varane. Deputi keduanya ada pada Jesus Vallejo dan Nacho. Ketika Vallejo dan Nacho masih belum bisa mendekati level Ramos dan Varane, Madrid hanya puna dua bek tengah yang bisa diandalkan untuk berbagai jenis pertandingan.
Kedua, pos bek kanan. Bek kanan tim utama Madrid adalah Dani Carvajal dengan Hakimi sebagai deputi. Di atas kertas, Hakimi adalah bek muda potensial, sama seperti Theo Hernandez dan Vallejo. Namun, musim ini menjadi bukti bahwa kehadiran bek sayap kelas dunia sangat dibutuhkan Madrid karena menjadi salah satu kunci dalam cara bermain mereka.
Ketika Carvajal dan Marcelo (bek kiri) berhalangan, suplai bola di sepertiga akhir lapangan menjadi berkurang. Nah, masalahnya adalah, seiring waktu, harga bek sayap modern semakin tinggi. Coba lihat berapa biaya yang dikeluarkan Manchester City untuk memboyong Kyle Walker dan Benjamin Mendy. Tak kurang dari 50 juta euro.
Pos ketiga yang butuh perhatian adalah penjaga gawang. Sebenarnya, untuk pos ini, Madrid sudah punya Keylor Navas yang juga kiper berkualitas. Namun, jika merunut pemberitaan, manajemen Madrid nampaknya butuh “sosok tenar”. Beberapa nama sudah mengapung, dari Kepa (Athletic Bilbao), Thibaut Courtois (Chelsea), dan Allison Becker (AS Roma).
Berapa harga kiper-kiper ini? Tidak kurang dari 50 juta euro juga.
Nah, coba jumlahnya angka-angka di atas. Kira-kira, Madrid butuh 100 juta lebih hanya untuk dua posisi (bek kanan dan kiper). Jika ditambah bek tengah, yang mana harganya bisa lebih mahal ketimbang bek kanan, maka Madrid butuh 150 juta lebih. Ketimbang boros membeli Neymar, hanya untuk pos lini depan, Madrid bisa memperkuat tiga posisi sekaligus.
Mana yang lebih bijak?